Kegiatan diksar mahasiswa pecinta alam (Mapala) yang memakan korban meninggal kembali terjadi. Kali ini yang menjadi sorotan adalah Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta. Setelah kegiatan The Great Camping yang dilaksanakan pada tanggal 13-20 Januari 2017 di Gunung Lawu, sangat disayangkan harus memakan korban meninggal dunia. Dari 37 peserta, ada tiga korban meninggal dunia dan sisanya masih dalam penanganan intensif pihak rumah sakit. Adapun tiga korban meninggal dunia yakni Muhammad Fadli, Syaits Asyam, dan Ilham Nur Padmi Listiadi.
Di balik kabar yang sangat tidak mengenakkan ini dan membuat terpukul banyak pihak, terutama pihak keluarga korban, ada sosok Rektor UII, Harsoyo, yang mau dengan berbesar hati berkomitmen mengawal kasus ini sampai tuntas. Dengan kesabarannya, Harsoyo berupaya sebisa mungkin untuk membantu proses investigasi agar kasus ini tidak terlewat begitu saja.
ADVERTISEMENTS
1. Melalui siaran pers resmi, Harsoyo telah mengakui adanya tindak kekerasan pada kegiatan diksar Mapala UII. Ia pun berjanji untuk segera menyelesaikan kasus ini
Rektor UII ini secara gamblang telah mengakui adanya kekerasan yang mewarnai kegiatan Diksar Mapala UII di Gunung Lawu, 13-20 Januari 2017 silam. Harsoyo tak menampik hal tersebut, dan mempersilahkan pihak kepolisian untuk melakukan investigasi lebih lanjut. Menurut Harsoyo, hal tersebut terkuak dari hasil investigasi tim internal UII yang telah bekerja sejak tanggal 21 Januari 2017 kemarin. Dan bukti-bukti yang ada mengarah pada tindak kekerasan oleh oknum panitia kepada para peserta Diksar, hingga mengakibatkan tiga orang meninggal serta peserta lain luka-luka.
Adapun tindak kekerasan yang dilakukan selama Diksar Mapala UII, antara lain peserta yang dicambuk ranting pohon sepanjang 30 cm, dipaksa mengangkat beban air, diinjak kaki hingga menyebabkan kuku terlepas. Tak hanya itu, pada tubuh korban-korban yang meninggal juga ditemukan luka parah di beberapa bagian. Sementara salah satu korban juga sempat berak darah sebelum meninggal.
ADVERTISEMENTS
2. Meski mempertaruhkan nama baik almamaternya, Harsoyo bersedia melakukan pendampingan pada keluarga korban selama proses pelaporan ke pihak kepolisian
Adanya kasus ini jelas mencoreng nama baik kampus UII. Namun hal ini tidak menggetarkan niat Harsoyo untuk menyelesaikan kasus ini. Ia pun menyerahkan seluruh proses hukum pada pihak yang berwenang. Tak berhenti sampai disitu, pihak UII melalui Harsoyo telah menyampaikan siap melakukan pendampingan kepada orangtua korban yang melaporkan kasus ini ke polisi.
Saat ini Syafii, ayah almarhum Ilham Nur Padmi Listiadi telah melaporkan kasus ini kepada Polda DIY. Dan juga telah mengizinkan jenazah anaknya untuk diautopsi agar kasus ini bisa segera menemui jalan terangnya. Harsoyo juga telah berjanji akan menyelesaikan kasus ini sampai tuntas dan terbuka bagi semua pihak.
“Bagi peserta dan keluarga yang akan menempuh jalur hukum, UII memberikan kebebasan dan tidak menghalangi proses tersebut,” ucapnya. (seperti dikutip dari tribunjogja.com)
ADVERTISEMENTS
3. Harsoyo juga bisa dibilang mengambil tindakan cepat dalam menangani kasus ini. Yakni membekukan segala kegiatan Mapala dan outdoor, serta melarang panitia Diksar untuk bepergian ke luar kota
Dalam surat edaran yang keluar pada tanggal 24 Januari 2017 kemarin, Harsoyo pun segera mengambil tindakan cepat agar peristiwa serupa tak lagi terjadi. Yakni membekukan seluruh kegiatan Mapala dan kegiatan outdoor lainnya sampai batas waktu yang tidak ditentukan. Tindakan ini tentunya menjadi salah satu kebijakan yang tepat, karena tentunya akan menjadi pembelajaran bagi kegiatan-kegiatan serupa ke depannya.
Tak hanya itu, demi kemudahan pemeriksaan oleh pihak kepolisian, Harsoyo juga telah melarang panitia Diksar untuk keluar dari wilayah DIY. Hal ini untuk mempermudah proses investigasi dan meminta mereka untuk mudah dihubungi kapan saja.
ADVERTISEMENTS
4. Namun di balik kasus ini, Harsoyo tetaplah manusia biasa yang hanya bisa meminta pertolongan pada Tuhannya. Momen ini pun menjadi kesempatan untuk dirinya berpasrah
Selain fakta kematian tiga mahasiswa UII pascamengikuti kegiatan Diksar Mapala UII, mungkin momen dimana Harsoyo bersimpuh di masjid ini mampu menggetarkan hati siapapun yang melihatnya. Beban pikiran yang begitu berat yang harus ditanggungnya, membuat Harsoyo pada akhirnya harus berpasrah pada Tuhan. Karena jelas, tekanan dari banyak pihak ditujukan padanya.
Tanpa banyak kata, foto di atas sebenarnya sudah menjelaskan banyak hal. Bagaimana kasus ini tak hanya membuat terpukul seluruh keluarga korban, namun juga pihak-pihak lain yang terkait dengan peristiwa memilukan ini. Harsoyo, sebagai sosok yang merasa paling bertanggung jawab atas kejadian ini berupaya tegar untuk menghadapi tuntutan-tuntutan yang dilayangkan pada institusi yang dipimpinnya.
Namun di hadapan Tuhan, ia tetap manusia biasa dengan segala kelemahan dan kepasrahan hati dalam menghadapi masalah ini. Semoga selalu dalam lindungan-Nya dan dikuatkan dalam menghadapi masalah ini, Pak!
Kita semua tentu berharap kejadian seperti ini tak akan pernah terulang lagi. Sudah selayaknya tindakan kekerasan dalam institusi pendidikan tak lagi pernah terjadi.