Penerima beasiswa pada umumnya adalah anak-anak muda yang berprestasi di bidang akademik maupun non-akademik. Tapi di salah satu distrik di Afrika Selatan, ada beasiswa khusus cewek-cewek yang mau mempertahankan keperawanan.
Iya. Walikota Distrik Uthukela, Afrika Selatan, Januari lalu mengumumkan virginity scholarship kepada 16 cewek perawan yang bersedia untuk tetap mempertahankan keperawanannya sampai akhir masa studi kuliah mereka.
Walikota Dudu Mazhibuko beralasan, beasiswa ini diperlukan untuk menekan tingkat penularan HIV/AIDS di Afrika Selatan. Hmm…
ADVERTISEMENTS
Selama ini, Afrika Selatan memang masih berjuang dengan tingkat penularan HIV/AIDS yang tinggi.
Ada 6,3 juta penderita HIV/AIDS di Afrika Selatan. Padahal, warganya sendiri hanya berjumlah sekitar 63 juta jiwa. Ini artinya, 1 dari 10 warga Afrika Selatan hidup dengan virus yang belum ada penyembuhnya tersebut. Bandingkan ini dengan Indonesia, deh, yang jumlah penderita HIV/AIDS-nya kurang dari 1% (kamu bisa cek di sini statistik lengkapnya).
Distrik Uthukela berada di provinsi Kwazulu-Natal, salah satu provinsi dengan pengidap HIV/AIDS paling banyak. Nggak hanya paling banyak di Afrika Selatan saja, namun juga di dunia.
ADVERTISEMENTS
Selain transmisi HIV/AIDS yang tinggi, Afrika Selatan juga berjuang dengan para cewek sekolah yang hamil dini
Nggak hanya tingkat HIV/AIDS, Afrika Selatan juga mencatat tingkat kehamilan dini yang tinggi. Tahun 2014 saja, Departemen Pendidikan Dasar Afrika Selatan mencatat 20.000 siswi sekolah di Afrika Selatan mengalami kehamilan dini. 223 anak dari 20.000 itu masih duduk di bangku SD.
Nggak cuma itu, program cacah jiwa dari Biro Statistik Afrika Selatan di tahun 2013 juga menemukan kalau 5,6 persen dari seluruh cewek di sana telah hamil saat usia mereka 14-19 tahun.
ADVERTISEMENTS
Virginity scholarship diharapkan bisa mencegah kehamilan pada anak-anak perempuan di Uthukela
Dengan memberikan beasiswa khusus perawan, Walikota Uthukela Dudu Mazhibuko berharap bisa mengurangi angka HIV/AIDS dan angka kehamilan gadis di bawah umur. Menurut beliau, cewek-cewek muda Afrika Selatan lebih rentan terhadap eksploitasi seksual dari lingkungannya, yang mengakibatkan kehamilan sejak dini sampai penyakit menular seksual.
Juru bicara walikota Jabulani Mikhonza menambahkan: beasiswa ini bertujuan supaya para gadis yang masih perawan supaya mereka mengutamakan pendidikannya. Sebenarnya sih setiap tahun distrik Uthukela juga sudah rutin memberikan beasiswa kepada lebih dari 100 pelajar dan mahasiswa berprestasi dari distrik tersebut. Tapi tentu saja, tidak ada syarat harus perawan untuk melamar beasiswa prestasi ini.
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
Mereka yang mendaftar beasiswa perawan harus mengikuti tes keperawanan. Nggak cuma sekali, tapi berkali-kali sampai selesai masa studi
Saat mengajukan aplikasi lamaran beasiswa, para gadis harus mempertahankan keperawanannya dan wajib mengikuti tes keperawanan secara rutin selama masa studi. Jika di tengah-tengah masa studi mereka tidak lulus tes keperawanan ini, beasiswa mereka akan dicabut.
“Buat kami, beasiswa keperawanan ini hanyalah cara untuk menghargai para perempuan muda Uthukela yang sudah bersusah payah menjaga diri, bukan hanya menjaga diri sekarang, tapi sampai 3 tahun ke depan sampai mereka jadi sarjana atau mendapat ijazah.”
-Dudu Maszhibuko, Walikota Uthukela, seperti dilansir oleh Associated Press.
ADVERTISEMENTS
Tentu saja, pengadaan beasiswa ini menuai kontroversi. Kenapa harus perawan syaratnya? Kata para kritik
Keputusan yang biasa saja sering dihujani kritik. Apalagi yang nggak biasa seperti ini. Setelah mencetuskan program beasiswa khusus perawan, Ibu Walikota pun nggak luput dari perhatian warga Afrika Selatan, bahkan dunia.
Beasiswa ini menuai kritik salah satunya dari Ketua Komisi Kesetaraan Gender Afrika Selatan, Mfanozelwe Shozi. “Niat memberikan beasiswa ini sebenarnya mulia,” katanya. “Tapi kenapa harus ditujukan spesial pada gadis perawan?”
“Sudah ada cukup banyak stigma negatif di masyarakat terhadap gadis-gadis yang memilih untuk tidak perawan lagi, terhadap mereka yang hamil di luar nikah, dan bahkan terhadap anak muda laki-laki. Niat memberi beasiswa boleh mulia, tapi ini sudah keterlaluan.”
Sebagaimana di Indonesia, isu tes keperawanan di Afrika Selatan juga kontroversial. Meskipun tes keperawanan tidak bertentangan dengan undang-undang Afrika Selatan, banyak aktivis yang khawatir bahwa tes itu cuma akan jadi alat untuk mempermalukan para perempuan muda. Sementara itu, para pembela tes keperawanan beralasan bahwa tes tersebut ada untuk menghargai kultur Afrika Selatan, serta untuk mengedukasi anak muda tentang pentingnya menjaga diri dari penyakit menular seksual. Wah — pelik, ya.
Menurut kamu sendiri, gimana ya kira-kira kalau beasiswa semacam ini ada di Indonesia?