Selama pandemi ini, kita nggak bisa bepergian untuk makan di restoran sebebas sebelumnya. Sebagian orang memutuskan untuk memasak sendiri, tapi banyak juga yang akhirnya mengandalkan jasa layanan pesan-antar atau delivery servise untuk membeli makanan. Biasanya mereka menggunakan layanan berbasis aplikasi online. Yang paling populer adalah Gojek dan Grab yang sudah tersedia di berbagai kota. Cara memesannya pun gampang, tinggal pilih menu sesuai keinginan lalu tunggu hingga makanan diantar sampai depan rumah. Praktis banget!
Namun tahukah kamu, ternyata nggak semua negara mempunyai sistem food delivery yang sebagus dan semurah Indonesia. Ada sejumlah negara yang justru kurang familiar dengan gaya hidup semacam itu. Alasannya pun beragam, misalnya karena harga yang terlalu mahal. Tetapi, ada juga lo negara yang sistemnya lebih bagus dari Indonesia. Yuk kita simak perbandingannya!
ADVERTISEMENTS
Di Amerika dan Eropa, orang-orang jarang memesan makanan secara online karena ongkosnya lebih mahal. Apalagi ada layanan yang lebih populer, yaitu drive thru dari berbagai restoran
Kalau dibandingkan dengan negara lain, biaya antar makanan di Indonesia sangatlah murah. Kalau pakai Go-Food atau GrabFood, ongkosnya mulai dari Rp4.000. Sedangkan harga makanan per porsi mulai dari belasan ribu atau dua puluhan ribu tanpa minimal pesanan. Apalagi, Go-Food dan GrabFood sering berlomba-lomba memberi promo serta diskon. Bahkan bisa diskon lebih dari 50% lo! Pantas banyak orang yang sering memesan lewat kedua aplikasi ini.
Namun, kondisinya berbeda dengan di Amerika Serikat. Aplikasi populer untuk memesan makanan adalah Uber Eats, Grubhub, DoorDash, dan Postmates. Dilansir dari New York Times, ongkos kirimnya sekitar 2 dolar hingga 4 dolar (sekitar 28 ribu rupiah hingga 56 ribu rupiah). Padahal masih ada ongkos pelayanan (sekitar 1,2 dolar hingga 2,4 dolar) dan potongan pajak (sekitar 0,6 dolar hingga 1,3 dolar). Banyak juga nih kalau ditotal! Padahal harga setangkup sandwich hanya sekitar 6 dolar.
Selain karena ongkos yang mahal, orang-orang Amerika juga jarang memesan makanan secara online karena ada layanan drive thru yang lebih populer. Lewat layanan drive thru, pelanggan bisa memesan makanan di restoran sambil duduk di mobil. Apalagi ada banyak food chain seperti McDonald’s, Pizza Hut, Burger King, dan Wendy’s. Hal serupa dialami di negara-negara Eropa. Selain karena alasan tersebut, pesan-antar relatif mahal karena labour cost atau biaya untuk tenaga kerja di sana tinggi. Pihak perusahaan nggak bisa sembarangan ngasih gaji rendah karena bisa melanggar peraturan.
ADVERTISEMENTS
Setiap negara memang mempunyai sistem food delivery yang berbeda. Salah satu yang terbaik ada di Cina dengan ratusan juta pengguna
Pada dasarnya, setiap negara menyediakan dua cara untuk memesan makanan secara online. Bisa lewat aplikasi pemesanan umum, bisa juga lewat telepon dan aplikasi khusus yang dikeluarkan oleh restoran. Tetapi, sistem dan kualitas pengantarannya berbeda-beda di setiap negara. Nah, salah satu sistem terbaik terdapat di Cina. Negara ini sudah mengenal layanan pesan-antar makanan sejak 1990-an. Berdasarkan perkiraan Statista, ada 336,4 juta pengguna aplikasi delivery umum dan 183,4 juta pengguna aplikasi delivery restoran pada 2020 di Cina. Banyak banget ya jumlahnya! Lebih dari setengah pengguna memesan sebanyak 1-5 kali dalam seminggu.
Sebagian besar orang di Cina memesan makanan lewat aplikasi Meituan dan Ele.me. Cara menggunakannya kurang lebih sama seperti Go-Food dan GrabFood. Pelanggan juga bisa membayar secara online maupun cash. Promo dan diskon pun sering diberikan. Setelah selesai memesan, mereka tinggal menunggu makanan diantar oleh petugas bermotor dalam waktu yang relatif cepat. Biasanya makanan tersebut dimasukkan dalam boks khusus agar tetap hangat. Sistem delivery di Cina lebih mapan dibandingkan Indonesia karena sudah berjalan lebih lama dengan jumlah pelanggan yang lebih banyak.
ADVERTISEMENTS
Sistem pesan-antar makanan di Korea Selatan juga nggak kalah bagus. Layanannya cepat banget dan memerhatikan detail kecil seperti bungkus makanan yang efektif
Food delivery juga sangat populer di Korea Selatan. Dilansir dari The Korea Herald, 7 dari 10 orang Korea menggunakan aplikasi pemesan makanan. Maka, banyak restoran yang membuka layanan pesan-antar sehingga variasi makanannya sangat banyak. Sistemnya juga gampang dan cepat. Bahkan karena ada begitu banyak restoran, pesanan bisa diantar hanya dalam 10 menit. Terlebih lagi, ditopang dengan koneksi internet tercepat di dunia, sistem pemesanan dan delivery online di Korsel itu sangat maju. Makanya begitu ada pandemi yang mengharuskan banyak orang melakukan segala aktivitas dari rumah saja termasuk belanja, orang-orang Korea tidak panik karena mereka sudah sangat terbiasa belanja atau pesan makanan online.Â
Makanannya pun nggak dibungkus dengan plastik atau styrofoam untuk menghindari tumpah dan berantakan ke mana-mana. Banyak restoran di Korea Selatan terutama restoran masakan chinese, mengantarkan makanan sepiring-piringnya sampai ke rumah pelanggan. Nantinya piring-piring itu akan diambil kembali oleh pihak restoran. Pelanggan biasanya tinggal meletakkan piring atau peralatan makan milik restoran tersebut di depan rumah atau pintu apartemennya. Mungkin sistem ini terdengar aneh dan merepotkan bagi kita, tapi sudah jadi kultur di Korsel.
ADVERTISEMENTS
Di sisi lain, masyarakat di sejumlah negara nggak bisa sering-sering memesan makanan. Jadi solusinya adalah memasak sendiri di rumah
Orang-orang di Indonesia, Cina, dan Korea Selatan bisa sering memesan makanan karena ongkosnya murah. Tetapi di negara seperti Amerika Serikat, para penduduknya harus mencari alternatif yang lebih terjangkau. Banyak yang memilih untuk memasak sendiri di rumah. Mereka tinggal membeli bahan-bahan mentah di supermarket, lalu mengolahnya jadi sajian yang lezat dan sehat. Memang butuh waktu dan tenaga yang lebih banyak sih, tetapi apa boleh buat~
ADVERTISEMENTS
Sebagai orang Indonesia, kita perlu bersyukur karena dikelilingi berbagai kemudahan. Manfaatkan fasilitas ini sebaik mungkin untuk menunjang keseharian
Layanan pesan-antar makanan bisa sangat menguntungkan. Kita jadi hemat tenaga, waktu, bahkan bisa hemat uang juga kalau ada diskon dan promo. Beruntung banget deh! Jadi kita perlu memanfaatkannya dengan baik. Jangan malah mager karena bisa pesan makanan terus. Sebaliknya, gunakan waktu dan tenaga kita untuk melakukan hal-hal yang penting, misalnya bekerja atau membereskan rumah.
Di sisi lain, sebetulnya food delivery mempunyai beberapa dampak negatif. Akibat jumlah pengantar yang banyak, jalanan jadi lebih macet. Penggunaan sampah juga jadi lebih banyak karena makanan pesanan kita harus dibungkus dengan boks atau plastik. Syukurlah sekarang banyak restoran yang menyediakan pilihan untuk nggak menggunakan plastik. Semoga di masa depan, inovasi bagus semacam itu makin bertambah!