Siapa bilang ini aksi simulasi
Yang bilang ini aksi simulasi
Itu orang nggak punya hati…
Sepenggal nyanyian ini ramai dikoarkan oleh kerumunan massa dengan jaket almamater Universitas Gadjah Mada di Gedung Rektorat UGM sejak Senin pagi. Lah, bukannya kuliah, ngapain nih nyanyi-nyanyi?
ADVERTISEMENTS
Denger-denger sih Gadjah Mada sedang terluka. Ada apa memangnya?
Bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional yang jatuh di tanggal 2 Mei 2016 ini, ribuan mahasiswa dan pegawai melakukan aksi demonstrasi di gedung Rektorat UGM. Aksi yang juga disebut dengan Pesta Rakyat ini menyatukan berbagai elemen rakyat UGM yang berasal dari kalangan mahasiswa, tenaga kependidikan, dan juga pedagang kantin kluster Sosio-Humaniora.
ADVERTISEMENTS
Lalu, apa dong yang bikin Gadjah Mada sedih? Kan kami juga jadi ikutan perih 🙁
Semalam sebelum aksi digelar, Rektor UGM Dwikorita beserta jajaran petinggi UGM tampil dalam siaran radio. Di dalam perbincangan yang digelar, Ibu Rektor menyampaikan bahwa akan ada agenda gladi demonstrasi yang akan dilaksakanan hari ini. Katanya UGM kesempatan bagi mahasiswa untuk ikut terlibat dalam kegiatan ini sebagai ajang latihan politik praktis yang dipelajari di perkuliahan.
“Ke depan mereka ini kan menjadi pemimpin bangsa, pemimpin DPR, MPR, presiden, menteri. Jadi harus dilatih sejak awal, nah cara latihannya seperti ini. UGM sebagai wahana untuk training, melatih cara berpolitik praktis,” – Ibu Rektor Dwikorita (kutipan Detiknews)
Dengan tujuan pembelajaran inilah, menurut beliau, proses latihan provokasi dan unjuk rasa lewat ‘gladi’ latihan demokrasi yang melibatkan civitas akademika UGM dilaksanakan. Jadi yah, semacam simulasi gitu deh…
ADVERTISEMENTS
Dibilang simulasi, banyak yang nggak terima. Kayak hubungan serius yang nggak diakui, ya makanya terluka
Aliansi Mahasiswa UGM menurunkan pernyataan klarifikasi tentang wacana yang dikeluarkan Rektor tentang ‘gladi’ latihan demokrasi ini.
“Pernyataan yang dikeluarkan oleh Rektor UGM dalam siaran radio pada 1 Mei 2016 salah dan tidak dapat dibenarkan dengan keadaan yang sebenarnya terjadi di lapangan. Aksi yang dilakukan hari ini bukan gladi maupun praktik politik praktis, namun upaya sungguh-sungguh untuk menagih janji dan mencari solusi bersama.”
Menurut mereka, kronologi isu Uang Kuliah Tunggal (UKT), relokasi Kantin Sosio Humaniora yang sepihak antara dewan UGM dan pedagang, serta isu Tunjangan Kerja Tenaga Kependidikan yang tidak dibayarkan selama tiga semester menjadi alasan kuat untuk aspirasi yang sebenarnya. Nggak bener tuh jika perjuangan mereka hari ini hanya sekadar latihan politik praktis seperti yang dikatakan Bu Rektor.
ADVERTISEMENTS
Nggak pura-pura gladi, banyak yang nungguin Ibu Rektor buat ngobrol cantik hari ini
Mereka nggak akan bubar sampai Bu Rektor keluar dan menghadapi anak-anaknya dengan bijaksana. Nggak cuma di Gedung Rektorat yang sedang hangat, perbincangan di media sosial pun kian ramai. Hashtag #bUKTicinta dan #2MeiBukanSimulasi pun mewarnai linimasa.
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
Kalau ini cuma praktikum, yang suka baper harap maklum. Cukupin deh ya Bu, karena tanpamu kita kurang satu…
Ditunggu anak-anaknya yang kepanasan dan kelaparan di luar sana, Ibu Rektor akhirnya turun tangga dan menemui mereka untuk berbicara. Akhirnya mahasiswa dan rektor berdialog juga di ruang terbuka. Meski masih banyak tanda tanya, setidaknya kita bisa lega dong ya. Setidaknya sedikit menyembuhkan luka.
Salah satu mahasiswa Fisipol UGM peserta aksi, Didi, sambil senyum-senyum berkata,
“Aku mau menuntut hakku. Hak untuk dicintai oleh rektorku..”
Hehe. Iya nih, sama kayak Didi. Kita semua mau…