Kehidupan manusia di dunia ini dipenuhi dengan inovasi. Kalau kita flashback ke beberapa tahun silam, tentu segalanya belum semodern sekarang. Kini hampir semuanya telah berubah, mulai dari fashion, gaya hidup, model tempat tinggal, hingga makanan. Mungkin kamu tak begitu menyadari kalau ternyata makanan yang dikonsumsi manusia juga mengalami perubahan dari masa ke masa lho. Apa yang kita anggap sehat hari ini, bisa jadi berbeda dengan persepsi makanan sehat bagi generasi ayah ibu kita dulu.
Keinginan untuk menjalani gaya hidup sehat melatarbelakangi munculnya berbagai tren makanan dan diet, dari orang yang berkomitmen menjadi vegan atau vegetarian seumur hidup, sampai mereka yang sangat picky terhadap produk dan bahan makanan yang dibeli di supermarket. Label-label makanan yang dinilai lebih ‘sehat’ pun kini sangat beragam seperti low-fat, low-sugar, low-carb, 100% organic, dan lain sebagainya. Namun ternyata kita nggak boleh lho serta-merta percaya dengan klaim kesehatan yang sering tertera di produk-produk kemasan itu guys.
Sebagaimana dilansir dari Bustle, bahkan banyak ahli yang berpendapat kalau label-label tersebut tak lebih dari strategi marketing semata. Masa iya sih?! Yuk simak info selengkapnya bareng Hipwee News & Feature!
ADVERTISEMENTS
Tahun 1950-an : Tampaknya seperti segala sesuatu di dunia, tren makanan global juga dapat diamati bermula di Amerika Serikat. Pasca perang, orang mulai menikmati berbagai inovasi dan makanan yang berlimpah
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
Bangkit dari perang dan keterbatasan makanan, orang-orang mulai menyertakan banyak protein hewani dalam diet mereka. Es krim pun populer jadi dessert yang bergizi
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
Tahun 1960-an: Gerakan untuk mengonsumsi makanan yang lebih sehat mulai ramai. ‘Penjahat’ pertama yang diperangi bersama adalah lemak karena ditengarai meningkatkan risiko penyakit jantung
ADVERTISEMENTS
‘Memerangi’ lemak ini juga menjadi tren marketing di pasaran. Mulai banyak produk-produk yang sengaja dikemas sebagai alternatif makanan low-fat
Tahun 1970-an: Meski dasar penelitiannya masih rancu, banyak negara yang merekomendasikan diet low-fat sebagai rekomendasi nasional
Namun anjuran diet ‘rendah lemak itu justru nantinya diyakini menyebabkan banyak orang kini obesitas. Pasalnya, orang serta merta percaya label ‘low-fat‘ itu berarti lebih sehat
Meskipun kandungan lemaknya diturunkan, banyak perusahaan manufaktur yang akhirnya justru menaikkan gula atau bahan pengganti lemak lainnya supaya rasa produk tetap enak dan laku di pasaran. Makanya kita memang tidak seharusnya langsung percaya dengan label atau klaim di depan bungkusan produk kemasan, harus benar-benar melihat detail komposisi bahan di belakang kemasan juga.
Tahun 1980-an: Perperangan low-fat tidak membuah hasil karena masyarakat dunia justru semakin banyak yang menderita obesitas. Akhirnya gula ganti ‘disalahkan’
Sama seperti tren sebelumnya, industri makanan dengan cepat mulai menyediakan produk-produk diet atau sugar free. Sayangnya itu banyak juga yang berarti tidak menggunakan gula asli tapi pengganti gula yang justru berbahaya
Pakar nutrisi, Adelle Davis juga banyak memengaruhi orang untuk beralih ke makanan yang tidak dimasak. Bahan-bahan makanan organik juga mulai banyak dijual
Tahun 1990-an: Pernah dengar “Piramida Makanan”? Istilah diet itu ternyata udah ada sejak 1990-an lho. Saat itu definisi sehat direpresentasikan dari diet ini, tapi sayangnya, banyak ahli gizi yang menganggap The Food Pyramid justru berdampak pada obesitas
Di tahun ini juga pemerintah mulai mendorong produsen makanan untuk mencantumkan label “Nutrition Facts” atau “Fakta-Fakta Nutrisi” yang terkadung di dalamnya
Tahun 2000-an: Diet south beach, master cleanse, dan lemak trans, adalah istilah-istilah terkait makanan yang sering disebut pada tahun ini. Orang jadi sangat hati-hati dengan obesitas dan lebih peduli pada bagaimana cara suatu makanan dimasak
Master cleanse sendiri adalah diet dengan meminum air lemon yang dicampur sirup maple organik dan bubuk cabe rawit
Tahun 2010-an: Di tahun ini konsumen jadi lebih ‘pintar’ dalam memilah dan memilih makanan atau minuman apa saja yang baik bagi mereka. Banyak yang bertanya dan mencari tahu lebih dalam soal zat-zat berbahaya yang terkandung dalam makanan
Gluten sendiri adalah salah satu jenis protein yang biasanya terkandung dalam gandum hasil persilangan. Sebenarnya mengonsumsi gluten nggak akan menimbulkan masalah jika memang yang mengonsumsi nggak memiliki intoleransi gluten. Biasanya orang yang sensitif dengan gluten akan mengalami efek samping ketika mengonsumsinya, tapi kalau tak ada masalah, mengonsumsi gluten pun nggak akan berdampak apapun, malah bisa bermanfaat menurunkan risiko diabetes dan penyakit jantung.
Di tahun ini juga makin banyak orang yang mengonsumsi sayuran organik dan melabeli diri mereka vegetarian. Ini nggak lepas dari pengaruh para public figure yang memutuskan hidup lebih sehat
Nah saat ini juga masih banyak orang yang cenderung memilih produk-produk rendah gula. Padahal sebenarnya nggak semua produk berlabel itu benar-benar sehat lho. Karena kebanyakan mereka malah mengganti gula dengan bahan lain yang justru lebih berbahaya karena mengandung zat kimia. Rasanya mungkin nggak manis, tapi kalau dikonsumsi jangka panjang nggak menutup kemungkinan malah menimbulkan masalah kesehatan. Jadi meski trennya lagi booming sebaiknya jangan langsung percaya dan mengikuti tren ya!