Katanya, sirkuit tanpa grid girls seperti lahan gersang yang terbengkalai. Istilah ini justru makin memperjelas posisi cewek di sirkuit sebagai objek penyejuk mereka yang tengah panas bertanding. Obrolan soal kehadiran cewek di sirkuit sebagai pembaya payung dan pendamping pembalap memang sudah lama dipertanyakan. Banyak yang menganggap kehadiran cewek ini malah jadi objektifikasi aja dan nggak sesuai dengan kesetaraan gender. Terlebih lagi pakaian mereka itu lho, bikin pembalap dan yang nonton jadi gagal fokus.
Akhirnya penyelenggara F1 menanggapi permasalahan ini dengan tegas dengan tidak lagi menggunakan para cewek di sirkuit balapan F1 tahun ini. Alasannya selain buat penghematan, kehadiran cewek-cewek seksi ini nggak sesuai dengan norma masyarakat modern. Kehadiran cewek di ajang olahraga nggak hanya di F1 aja, tapi ada juga di balap motoGP, balap sepeda, hingga sebagai pembawa papan skor di ring tinju. Yuk coba kita diskusikan bareng kilas balik umbrella girls dan kehadira cewek dalam ajang olahraga bareng Hipwee News & Feature berikut!
ADVERTISEMENTS
Penyelenggara balap F1 mengkaji ulang aturan balapan tahun ini. Salah satunya adalah keputusan untuk meniadakan grid girls di sirkuit
Cewek-cewek seksi yang populer disebut grid girls memang sudah jadi elemen wajib yang selalu ada dalam perhelatan balapan jet darat sejak beberapa dekade yang lalu. Namun kini kehadiran para cewek buat menemani pembalap sebelum start ini, dimulai dianggap nggak sesuai dengan visi misi F1. Selain itu penyelenggara F1 menganggap praktik grid girls nggak sesuai dengan norma masyarakat modern. Hal ini dikatakan langsung oleh Sean Bratches, direktur pelaksana operasi komersial F1 melalui BBC. Jadi mulai 2018 ini, kalau para pembalap kepanasan mungkin mereka akan minta tolong asisten pribadi atau mekaniknya kali ya…
ADVERTISEMENTS
Kalau menimbang dari fungsinya, kehadiran cewek di sirkuit memang agak meaningless. Seringnya memang jadi pendamping pembalap sambil bawa misi marketing produk otomotif
Pada awalnya kehadiran cewek berpakaian mini di sirkuit ini jadi tradisi sejak 1983 di Le Mans, Prancis. Ketika itu justru mereka hanya mengenakan bikini lho. Seiring berjalannya waktu, pakaian mereka lebih baik dari bikini, namun seringnya tetap terkesan seksi sehingga nggak sedikit yang menjadikan grid girls sebagai objek seksual di arena balap.
Grid girls atau yang dalam sebutan lain dipanggil sebagai umbrella girls, race queens, dan pit babes ini dihadirkan untuk mendampingi pembalap dan memayunginya dari terik matahari. Tugas mereka adalah tampil seksi dan tersenyum di depan kamera. Selain itu mereka juga digunakan untuk merepresentasikan brand otomotif ternama. Entah mengapa, cewek cantik dan seksi sering difungsikan sebagai magnet bagi para penyuka otomotif yang kebanyakan adalah kaum adam.
ADVERTISEMENTS
Menyewa model dari agensi professional juga jadi pengeluaran yang nggak sedikit tapi minim fungsi dalam ajang balapan
Cewek yang bisa jadi grid girls juga terhitung sebagai model yang diseleksi secara professional melalui agensi tertentu. Gaji yang menggiurkan dalam sekali tampil jelas membuat cewek-cewek berbondong-bondong untuk ikut audisi. Di sisi lain, gaji grid girls yang nggak murah dianggap sebagai sebuah pengeluaran bagi penyelenggara ajang balap. Dengan pengeluaran yang lumayan dan fungsinya yang kurang bikin praktik grid girls ini nggak seimbang. Mungkin ini juga salah satu alasan penyelenggara F1 meniadakannya.
ADVERTISEMENTS
Padahal, cewek seharusnya nggak hanya dijadikan objek sejuk-sejuk mata di sirkuit. Cewek juga ada yang turun untuk membalap kok!
Nggak hanya cowok saja yang berhak atas panggung olahraga. Cewek juga bisa lho membalap dan pegang kendali diatas roda. Bahkan pembalap cewek juga bukan hal baru di ajang balap F1. Maria Teresa de Flippis pernah mengendarai jet darat pada 1958. Namun sayangnya direktur balapan memandang sebelah mata keikutsertaannya dengan pernyataan seksis, “Satu-satunya helm yang bisa dipakai seorang wanita adalah helm penata rambut.”
Lima belas tahun kemudian pembalap cewek beraksi lagi di sirkuit. Beberapa nama yang tercatat sebagai pembalap cewek F1 diantaranya Lella Lombardi, Divina Galica, Desire Wilson, dan Giovanna Amati. Catatan ini membuktikan bahwa cewek nggak seharusnya dianggap sebagai ‘pelengkap’ ajang balap tapi juga bisa diperhitungkan sebagai peserta. Pertanyaannya, kalau cewek yang jadi pembalap, masa iya sih mau disuguhin grid girls juga? Atau bakalan ada grid boys?
ADVERTISEMENTS
Kehadiran cewek di arena olahraga dengan fungsi yang sama dengan grid girls juga ditemukan di arena balap Motogp, balap sepeda, sampai ring tinju
Cewek dalam ajang olahraga memang sering diposisikan jadi ‘penyemangat’ dan ‘pemanis’ belaka. Mulai dari jadi pemandu sorak di lapangan basket, gadis payung di arena balap, pembawa papan ronde ring tinju, hingga yang bertuga mengecup pemenang balap sepeda di podium. Tak jarang cewek-cewek ini pun jadi objek cat calling dan dipanggil dengan siulan oleh ara atlet dan cowok di arena olahraga. Bahkan dilansir dari BBC, seorang pembalap sepeda Peter Sagan memicu kontroversi setelah dipotret mencubit bokong di atas panggung di ajang lomba bergengsi Tour de France pada 2013.
Keputusan penyelenggara F1 meniadakan grid girls dari sirkuit memang memicu pro dan kontra baik di kalangan yang berkepentingan hingga masyarakat luas. Kerugian materiil akan didapatkan oleh para agensi dan tentunya para model. Tetapi jika praktik grid girls ini memang lebih banyak dampak negatif daripada manfaatnya, kenapa harus takut diperbarui?