Harus diakui bahwa berita-berita soal virus corona selama ini banyak yang justru bikin takut dan parno. Wuhan sebagai titik awal persebaran virus corona disebut-sebut sebagai kota mati, mirip di film-film tentang virus atau wabah. Di grup-grup perbincangan daring, nggak sedikit yang ikutan menyebarkan info-info soal virus corona termasuk foto maupun video yang diklaim diambil dari sana, padahal belum tentu semuanya benar. Yup, hoaks memang jadi rentan tersebar di tengah kemelut situasi seperti yang sedang terjadi saat ini.
Memang, kecepatan persebaran virus corona ini nggak bisa disangkal. Hingga artikel ini rilis sudah ada 7.783 kasus dikonfirmasi, dengan total kematian sebanyak 170 orang. Negara-negara yang terjangkit juga makin bertambah. Tapi, di Indonesia sendiri sejauh ini belum ada pasien yang positif terinfeksi virus corona. Paling mentok ya baru “terduga (suspect)” aja. Fakta ini di satu sisi mungkin bisa bikin kita jadi rada lega, tapi di sisi lain mungkin juga ada yang bertanya-tanya, kok aneh ya padahal di negara-negara tetangga udah ada yang positif, atau jangan-jangan ada yang disembunyiin? Hmm… nggak gitu juga cara mainnya~
Bukannya mau meremehkan, tapi kalau dibandingkan sama dua virus lain yang masih satu keluarga –SARS dan MERS– angka kematian akibat virus corona jauh lebih rendah
Dari 7.000-an orang yang terinfeksi virus corona, “hanya” 170 orang yang meninggal dunia. Itu artinya rasio kematian kasus ini berada di bawah 5% atau sekitar 2% lah. Coba dibandingkan sama SARS yang sempat menggegerkan dataran Cina juga tahun 2002-2003 lalu, dimana dari 8.096 kasus, 774 di antaranya meninggal, berarti rasio kematiannya 9,5%. MERS bahkan lebih parah lagi, dari 2.494 yang teinfeksi, 858 dilaporkan meninggal dunia, rasionya mencapai 34,5%.
Tapi kata Menteri Kesehatan Perancis, Agnes Buzyn, meskipun mortality rate-nya paling rendah, tapi virus corona 2019-nCoV ini lebih menular kalau dibandingkan SARS dan MERS. Tiap satu orang bisa menulari rata-rata 3-5 orang. Mungkin ini yang bikin kenapa jumlah pasien virus corona cepet banget nambahnya.
Data lain menunjukkan kalau pasien yang terjangkit virus corona rata-rata berumur 50-60 tahun. Meski ada juga sih yang di bawah itu tapi jumlahnya sedikit. Mayoritas pasien berjenis kelamin laki-laki dan punya riwayat penyakit sebelumnya
Studi yang dipublikasikan jurnal kesehatan The Lancet, menyatakan kalau sebagian besar pasien virus corona ini orang-orang usia lanjut yang memang sudah punya riwayat penyakit sebelumnya. Mereka juga rata-rata berjenis kelamin pria. Korban meninggal sejauh ini hanya yang berada di Cina. Sedangkan seluruh pasien yang tertular virus corona adalah mereka yang memang kontak langsung dengan penderita, mengonsumsi daging hewan pembawa virus –sementara ini diyakini ada dalam kelelawar dan ular, atau mereka yang habis berkunjung ke Cina.
Jadi selama kita merasa nggak kontak langsung sama orang Cina atau yang habis dari Cina atau penderita, sepertinya nggak perlu khawatir berlebih. Asal rajin-rajin cuci tangan dan jaga kebersihan aja.
Sebetulnya kalau ngomongin penyakit mematikan, di Indonesia ini TBC malah lebih bahaya lo dibanding corona. Setidaknya untuk saat ini…
TBC memang kalah hits dibanding virus corona. Tapi kalau ngomongin mana yang lebih mematikan (di Indonesia), jawabannya adalah TBC. Tubercolosis, penyakit menular akibat bakteri Mycobacterium tuberculosis ini pada 2016 aja telah mengakibatkan 274 kematian per hari di Indonesia. Per hari lo ya, coba dikalikan sendiri kalau sebulan ada berapa korbannya. Ini membuat Indonesia berada di peringkat kedua TBC sedunia.
Jadi ya untuk saat ini yang bisa kita lakukan selain jaga kebersihan dan kesehatan adalah dengan berusaha positive thinking, tetap update info resmi dari pihak-pihak terkait, dan berhenti menyebar ketakutan
Kita yang di Indonesia boleh jadi disibukkan dengan saling menyebar berita menegangkan soal virus corona ini, sampai Wuhan disebut-sebut sebagai kota mati yang kondisinya mirip di film-film. Mungkin sedikit dari kita yang berpikir gimana nasib WNI yang ada di Wuhan atau kota-kota di Tiongkok lainnya. Gimana perasaan mereka melihat pemberitaan yang isinya memperlihatkan betapa mematikannya virus corona. Gimana juga perasaan keluarga mereka di Indonesia yang saat nonton TV, baca koran, atau akses internet isinya virus corona yang digambarkan begitu mengerikan.
Belum lagi hoaks-hoaks yang turut “memeriahkan” eksistensi virus ini. Miris banget sih melihat deretan hoaks soal virus corona ini, ada yang nyuruh minum rebusan bawang putih buat menyembuhkan corona, ada yang nyebarin foto-foto “mayat” di jalanan Cina yang ternyata itu foto orang-orang di Jerman saat mengenang aksi kekejaman NAZI tahun 2014, ada juga info yang bilang kalau virus corona bisa ditularkan lewat HP Xiaomi!! Ya Tuhanku, ampuni hamba-hambamu ini 🙁
Hmm, oke, virus corona ini memang berbahaya, tapiiii, tolong lah nggak perlu saling menebarkan ketakutan, nggak perlu juga marah-marah sama pemerintah karena cuma bakal ngabis-ngabisin tenaga, apalagi sampai berkontribusi nyebar hoaks geje bikinan wong edan. Udah, yuk, fokus aja meningkatkan sistem imun, makan dan minum bergizi, jaga kebersihan diri, dan seneng-seneng nonton Netflix. Eh, berdoa juga ding hehe~
HOTLINE CORONAVIRUS
KBRI TIONGKOK
Tel. 001-86-(10) 6532 5489
Fax: 001- 86- (10) 65325368
Email: set.beijing.kbri@kemlu.go.id
PUSAT KRISIS KEMENTERIAN KESEHATAN
021-5210411 dan 081212123119
POSKO KLB DINAS KESEHATAN DKI JAKARTA
081388376955 (Telepon/WhatsApp)