Situasi Ramadan tahun ini berbeda akibat munculnya virus corona. Sesuai anjuran pemerintah, orang-orang harus melakukan physical distancing untuk mencegah penyebaran virus tersebut. Mereka diimbau untuk beribadah di rumah masing-masing. Maka, nggak heran kalau banyak masjid yang kosong-melompong.
Dampak virus corona juga terasa dalam hal mudik dan pulang kampung. Biasanya, masyarakat akan mudik untuk merayakan Lebaran bersama keluarga, tetapi tahun ini terancam tidak bisa pulang karena dilarang pemerintah, tentu demi mencegah penyebaran virus corona. Meski begitu, tetap aja ada orang-orang yang nekat melanggarnya. Bahkan, mereka sampai rela bersembunyi di dalam bagasi bus supaya nggak ketahuan! Berikut ini selengkapnya~
ADVERTISEMENTS
Untuk mencegah penyebaran virus corona, pemerintah melarang masyarakat untuk mudik sejak 24 April hingga 31 Mei. Ada sanksi bagi yang melanggarnya
Awalnya, larangan mudik hanya diberlakukan bagi ASN, TNI, Polri, dan pegawai BUMN. Kemudian pada Selasa (21/4), Presiden Joko Widodo menyampaikan pengumuman baru, yakni melarang warga yang tinggal di zona merah, seperti di Jabodetabek dan Bandung Raya, untuk mudik mulai 24 April hingga 31 Mei 2020. Aturan ini berlaku bagi pemudik yang naik kendaraan pribadi seperti mobil maupun sepeda motor; juga yang naik transportasi umum di darat, laut, maupun udara.
Orang-orang yang melanggar aturan ini bakal dikenai sanksi dalam dua tahap, seperti yang disampaikan Adita Irawati selaku Juru Bicara Kementerian Perhubungan. Tahap pertama dimulai pada 24 April hingga 7 Mei secara persuasif. Orang-orang yang ketahuan mudik bakal diminta untuk putar balik ke tempat tinggalnya. Kemudian, tahap kedua dimulai pada 7 hingga 31 Mei. Sanksi bagi pelanggarnya lebih berat, mereka bisa terancam hukuman denda sampai Rp100 juta dan penjara selama satu tahun!
ADVERTISEMENTS
Meski demikian, beberapa orang tetap berusaha mudik. Bahkan ada bus yang nekat menyembunyikan penumpangnya di dalam bagasi
Sorry for being political here but really. This is what the govt was talking abt. Allowing mudik for informal workers who lost their job. But armchair activists said the govt is allowing the virus to spread to rural areas. So the govt banned it altogether. AND NOW THEY SAID THIS. pic.twitter.com/Ma9tTDzvLZ
— r. 🐺 (@septmcrs) April 25, 2020
Baru-baru ini, beredar foto para pemudik yang bersembunyi di dalam bagasi bus antarkota antarprovinsi (AKAP). Pemandangan itu sungguh miris. Mereka duduk berjongkok dan lesehan di lantai bagasi yang nggak dialasi apa pun. Tentu rasanya nggak nyaman. Namun, mereka rela melakukannya supaya bisa mudik tanpa ketahuan dengan membayar Rp450 ribu pada pihak bus. Fenomena unik ini sudah dikonfirmasi oleh petugas.
“Kejadiannya di Cileduk, tapi bukan terminal resmi. Sebenarnya begini, bukan busnya saja, tapi penumpangnya yang memang sudah mau mudik, artinya kemauan dari penumpang atau masyarakatnya. Karena takut ada razia jadi penumpang itu mau duduk di dalam bagasi dulu,” kata Kurnia Lesani Adnan, Pemilik PO SAN sekaligus Ketua Umum Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia (IPOMI), seperti dikutip dari Kompas.
Selain bus AKAP tersebut, ternyata masih banyak bus lainnya yang tetap beroperasi membawa pemudik. Alasannya pun beragam. Ada pengemudi bus yang memang nggak mengetahui larangan mudik, tetapi ada juga yang memanfaatkan kesempatan karena lemahnya atau tidak adanya pengawasan di perbatasan wilayah.
ADVERTISEMENTS
Dalam kondisi seperti ini, sebaiknya masyarakat mematuhi larangan pemerintah untuk mudik. Ini demi kebaikan kita bersama kok~
Serindu apa pun pada kampung halaman, sebaiknya tahun ini kita menahan diri untuk tidak mudik. Sebab tanpa disadari, pemudik bisa menjadi pembawa virus dan menularkannya pada keluarga tercinta. Sebaliknya, pemudik juga bisa tertular dari keluarga atau masyarakat kampungnya. Karena itulah, mari kita rayakan Lebaran kali ini di perantauan saja, walaupun berat. Bersabarlah dan berusahalah untuk nggak egois. Ini demi kebaikan kita bersama kok~
ADVERTISEMENTS
Di sisi lain, pemerintah juga perlu memberikan bantuan nyata agar masyarakat tidak nekat untuk mudik. Pasalnya, beberapa masyarakat tak mampu lagi untuk bertahan di perantauan karena tak ada penghasilan
Masa-masa pandemi ini berdampak sekali bagi kondisi ekonomi. Sudah ada ratusan ribu orang yang dirumahkan dan di-PHK. Karena nggak punya penghasilan, mereka pun sulit bertahan hidup di perantauan dan memilih pulang saja ke kampung halaman.
Untuk mengatasi permasalahan ini, pemerintah perlu memberikan fasilitas yang memadai. Saat ini memang sudah ada Kartu Prakerja, bantuan tunai, bantuan sosial, BLT Desa, dan lain-lain. Tetapi nyatanya jumlah bantuan dan jangkauannya belum maksimal sehingga belum semua orang yang membutuhkan bisa menikmatinya. Diharapkan, pemerintah bisa terus meningkatkan bantuan untuk masyarakat sementara mereka tidak mudik dengan tanpa penghasilan.
Dilematis memang, di satu sisi kita ingin membantu pemerintah untuk memutus rantai persebaran virus corona dengan tidak mudik, tapi di sisi lain, menjalani kehidupan di perantauan di masa-masa pandemi ini semakin sulit saja. Untuk saat ini, berusahalah untuk tetap berada di rumah, bagaimanapun kondisinya. Jangan lupa untuk terus berdoa, semoga musibah ini segera berakhir sehingga kita pun bisa beraktivitas seperti sedia kala. Amin~
ADVERTISEMENTS