Kabar virus corona telah “resmi” masuk Indonesia membuat masyarakat sangat ketakutan. Presiden Jokowi didampingi Menkes Terawan mengumumkannya sendiri hari Senin, 2 Maret kemarin. Katanya ada dua orang positif corona di Indonesia, mereka adalah ibu dan anak. Meski Jokowi nggak menyebut lebih jauh siapa dua pasien positif itu, tapi entah dari mana awalnya, profil pasien seperti nama, alamat, bahkan foto dan media sosialnya sudah tersebar luas di internet!
Kemarin, sebuah tangkapan layar yang berisi chat WhatsApp salah satu pasien positif itu, viral. Lewat chat itu, si pasien merasa keberatan jika dirinya dan ibunya diberitakan begitu heboh di media massa. Sampai fotonya tersebar luas, akun media sosialnya diserbu warganet, alamat rumahnya pun juga disebut terang-terangan di sejumlah pemberitaan. Ia merasa stres, bukan karena penyakitnya, tapi justru karena stigma negatif di masyarakat. Ternyata, di belahan dunia lain juga nggak sedikit orang yang mengalami perundungan dan rasisme gara-gara virus corona.
ADVERTISEMENTS
1. Lewat sebuah wawancara telepon dengan Kompas, pasien positif Covid-19 di Indonesia ini mengaku tertekan. Bukan, bukan karena virusnya, tapi karena pemberitaan soal dirinya di media
Ini kejelasan dari korban corona yang di Depok #CoronaVirusIndonesia pic.twitter.com/5WCgbi89XU
— 𝐋𝐢𝐚𝐧𝐚⁷ ✨ (@Shinelisunny) March 3, 2020
Ibu berusia 64 tahun ini diwawancara Kompas lewat sambungan telepon. Ia mengaku dalam kondisi baik meski masih berada di ruang isolasi. Ibu tersebut pun menceritakan bagaimana awal mula ia merasakan gejala sampai akhirnya dinyatakan positif corona. Yang bikin miris, ia mengaku tertekan bukan karena penyakitnya, tapi justru karena pemberitaan yang berlebihan soal dirinya dan anaknya. Ia stres karena rumahnya sampai dipasang garis polisi, disemprot disinfektan, belum lagi foto dan data pribadinya juga tersebar.
ADVERTISEMENTS
2. Ternyata perundungan dan stigma negatif seperti itu nggak cuma terjadi di Indonesia. Seorang WN Singapura berwajah oriental dipukul orang tak dikenal sampai matanya biru
Jonathan Mok menceritakan kisah pilu yang menimpanya di Facebook. Mok, WN Singapura yang tinggal di London, tiba-tiba diserang kelompok orang di jalanan Oxford, 24 Februari lalu. Ia ditarik dan dipukuli. Salah satu penyerang bilang “Saya nggak mau virus coronamu ada di negaraku!!”. Mok pun babak belur, mata kanannya bengkak dan biru. Sejak wabah virus corona tersebar, Stop Hate UK –organisasi yang peduli pada rasisme atau perundungan– menerima telepon aduan dari penjuru negeri, lebih sering dari biasanya.
ADVERTISEMENTS
3. Sebelumnya di Los Angeles juga ada kejadian serupa. Memang nggak sampai main fisik sih, tapi meski verbal tetap aja namanya perundungan!
Jiraprapasuke mendapat perlakuan kurang mengenakkan dari stranger di kereta. Seorang pria berteriak kalau semua penyakit datang dari Cina, karena mereka sangat menjijikkan. Ia juga bilang kalau orang-orang Cina itu pintar-pintar dan bisa membangun inovasi, tapi mereka bahkan nggak bisa membersihkan pan*atnya sendiri. Kalimat “kotor” itu memang nggak secara langsung ditujukan pada Jiraprapasuke, tapi saat mengatakannya, si pria secara spesifik sambil memandanginya.
ADVERTISEMENTS
4. Ada lagi tindakan rasis di New York. Seorang perempuan Asia yang menggunakan masker dihujat pria saat berada di stasiun bawah tanah
Chinese woman gets attacked for wearing a mask in nyc. #coronaviruschina #coronavirus #NYC pic.twitter.com/IlaYC9aMjE
— Tony He (@TonyySays) February 4, 2020
Pria berkulit hitam tiba-tiba saja meneriaki perempuan Asia bermasker dengan kalimat “diseased bit*h” atau “pelacur yang penyakitan”. Si perempuan nggak terima apalagi pria itu juga memukul kepalanya. Mereka pun sempat terlibat adu fisik, seperti yang terlihat di video yang beredar.
ADVERTISEMENTS
5. Selain tindakan rasis yang dialami orang secara personal, resto-resto Cina di berbagai belahan dunia pun menerima perlakuan serupa. Mereka mendadak sepi pengunjung
Salah satunya adalah restoran New Shanghai Deluxe di New York Chinatown. Rose Wu, pemilik resto tersebut, nggak bisa menampik kalau virus corona telah membuat pemasukannya menurun drastis. Jika per hari biasanya ada 100 meja yang direservasi, sekarang jadi cuma 20-30 saja. Padahal ia dan seluruh karyawannya nggak ada yang kena corona, begitu pun pengunjung di restorannya.
Benar apa yang dibilang Dirjen WHO, Dr. Tedros Adhanom. Sekarang yang jadi musuh kita bukan lagi virus coronanya, tapi ketakutan, rumor, dan stigma lah yang lebih menakutkan. Stigma negatif semacam ini justru bikin orang pada takut ke rumah sakit, atau sekadar cek kesehatannya saat mereka sebenarnya udah merasa ada gejala awal. Akibatnya apa? Kalau orang itu beneran positif, persebarannya malah jadi makin masif.
Sedih banget sih. Yuk, ah, mulai sekarang stop menyebarkan, merundung, menyudutkan pasien-pasien corona, atau siapa pun yang seharusnya nggak berhak menerima perlakuan minus macam itu. Toh, tindakan tersebut nggak bakal bisa menghentikan persebaran virusnya, malah bisa makin memperburuk. Nggak mau kan kasus Covid-19 ini jadi makin gede??