Imaji mewah dan gemerlapnya Jakarta membaur dengan padatnya pencakar langit yang bahkan tak memberi ruang untuk bernafas. Susah memang. Banyaknya jumlah penduduk di kota metropolitan seperti Jakarta, justru berbanding terbalik dengan luasan lahan yang tersedia untuk bermukim. Bahkan hak untuk membangun ke atas untuk bangunan bertingkat sekarang juga mulai dihargai mahal. Ketika tak bisa lagi membangun ke samping ataupun berebutan membangun ke atas, lalu di mana generasi penerus akan membangun tempat tinggal?
Beberapa ahli tata kota di luar negeri yakin jawabannya ada di bawah tanah. Membangun bangunan bawah tanah atau underground sebenarnya sudah banyak dilakukan di masa lalu. Tapi kebanyakan bangunan atau struktur bawah tanah masih terbatas untuk sarana transportasi seperti subway maupun bangunan bunker darurat untuk persiapan bencana alam. Nah tapi mulai ada sejumlah kalangan yang melihat potensi untuk sepenuhnya hidup di bawah tanah. Ini nih Hipwee sudah kumpulkan bangunan atau rumah revolusioner di bawah tanah yang mungkin jadi jawaban untuk kelangkaan lahan yang makin mengancam.
ADVERTISEMENTS
Salah satu yang paling minimalis namun asik adalah The atrium of the Ecology House in Cape Cod, Massachusetts.
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
Bicara soal rumah bawah tanah, rumah pesepak bola dunia Garry Neville tidak bisa ditinggalkan. Rumah underground yang epik banget ini mirip rumah Teletubbies
Rumah dari mantan kapten Manchester United ini terbilang unik dan belum pernah ada sebelumnya. Nah buat kamu yang penasaran interiornya gimana, nih Hipwee kasih lihat.
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
Bukan cuma struktur kecil atau rumah saja yang bisa dibangun underground, kompleks kampus terkenal Ewha University di Seoul juga berlevel-level di bawah tanah
ADVERTISEMENTS
Tidak cuma rencana untuk masa depan, teknik membangun ini sudah ada sejak 2000 tahun lalu. Kota Setenil de Las Bodegas di Spanyol dengan cerdik memanfaatkan lokasinya yang di bawah bukit
Jika melihat kawasan perkotaan kita yang tingkat kepadatannya sudah pada level tinggi, sepertinya kita sudah harus berpikir untuk menggunakan gaya arsitektur bawah tanah, deh. Yah, tapi balik lagi. Masalahnya uang. Membangun dengan teknik ‘building underground’ ini susah. Jadi ya wajar lah kalau mahal. Namun kalau dibangun dengan benar, bangunan bawah tanah bisa jadi pilihan solusi untuk menghadapi over populasi seperti di Indonesia. Semoga deh Indonesia nanti juga bisa memanfaatkan inovasi arsitektur ini, biar hidup manusianya nggak pada berdesakan.