ISIS —Islamic State of Iraq and Syria— dikenal sebagai kelompok jihadis yang aktif di Irak dan Suriah. Mereka dibentuk untuk memerangi pemerintah Suriah dan membentuk pasukan militer di Irak. Dalam pertumbuhannya, ISIS banyak merekrut anggota dari seluruh penjuru dunia dengan iming-iming harta, kekuasaan, dan wanita. Tapi dalam kenyataannya, justru banyak anggota yang menyesal bergabung di ISIS karena kelompok ini banyak ingkar janji.
Belum lama ini penyesalan dilaporkan datang dari anggota ISIS yang berasal dari Selandia Baru. Tapi nggak seperti mantan anggota lain yang kebanyakan menyesal karena melihat begitu banyak kekerasan terjadi di sana, atau nyawa yang dianggap sangat “murah” bagi ISIS. Pria Selandia Baru bernama Taylor ini menyesal karena nggak mendapat budak seks seperti yang diharapkan saat pertama masuk ISIS!
ADVERTISEMENTS
Mark John Taylor, mengungkap penyesalannya bergabung dengan ISIS karena nggak bisa mendapatkan perempuan untuk dijadikan budak seks
Taylor, pria asal Selandia Baru, menyatakan menyesal bergabung dengan kelompok ISIS karena ia nggak bisa mendapatkan budak seks. Menurut ceritanya, seperti dikutip dari Kompas, ISIS kerap membawa kelompok minoritas Yazidi dan memperlakukan para wanita dan anak gadisnya sebagai budak seks. Yazidi sendiri adalah kelompok minoritas Irak yang jadi sasaran pemerkosaan oleh ISIS. Ini karena Yazidi dianggap “orang kafir” bagi ISIS.
ADVERTISEMENTS
Taylor nggak bisa mendapatkan budak dari Yazidi karena para perempuan Yazidi dihargai sangat mahal. Kalau mau yang muda-muda harganya bisa ratusan juta rupiah
Hal yang disesalkan Taylor adalah harga budak Yazidi yang begitu mahal. Untuk mendapatkan perempuan Yazidi yang usianya di atas 50 tahun aja, ia harus merogoh kocek hingga 4.000 dolar AS atau sekitar 56 juta rupiah. Sedangkan harga perempuan yang muda-muda bisa mencapai 20.000 dolar AS atau 280-an juta rupiah. Taylor sendiri mengaku pernah menikahi dua wanita Suriah. Tapi pernikahannya sendiri nggak berlangsung lama.
Di ISIS katanya menikah itu memang seperti perlombaan. Habis menikah, nggak lama bisa menikah lagi, lalu cerai, lalu menikah lagi, begitu seterusnya.
ADVERTISEMENTS
Taylor yang saat ini telah ditangkap pasukan Kurdi di Suriah itu berharap bisa kembali pulang ke negara asalnya, Selandia Baru
Pada 2014 lalu, pria berusia 40 tahun itu ditangkap ISIS karena lupa mematikan fitur penanda lokasi di Twitternya, sehingga lokasi kelompok itu sempat terkuak. Saat ini, Taylor berharap bisa pulang ke negaranya. Lewat wartawan ABC yang mewawancarainya di selnya, ia juga meminta maaf kepada negaranya karena telah menimbulkan masalah.
Taylor memang punya hak di bawah hukum internasional. Namun, menurut Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern, sangat sulit memulangkan Taylor karena ia telah membakar paspornya sendiri ketika memutuskan meninggalkan Selandia Baru dan bergabung ke ISIS beberapa tahun silam.