Makanan pedas memang tergolong makanan yang unik, karena meski memberikan sensasi lidah terbakar dan ‘menyiksa’, makanan ini punya banyak penggemar yang akan selalu ketagihan untuk mengonsumsinya. Bahkan banyak yang merasa makannya belum lengkap kalau belum ditambahkan sambal atau cabai dengan level pedas yang bikin peluh bercucuran. Padahal nih pedas nggak termasuk jenis rasa yang terdeteksi oleh indra pengecap kita lho. Pasalnya sebenarnya lidah hanya mampu mengecap 5 rasa utama, yaitu manis, asin, pahit, asam dan umami atau gurih.
Dilansir dari Inverse, rasa pedas tak lain muncul akibat reaksi yang ditimbulkan oleh zat capsaicinoid yang terdapat di dalam cabai. Senyawa tersebut akan tertangkap oleh sel yang berfungsi memberikan sinyal rasa sakit dan mendeteksi suhu ketika dikonsumsi. Nah, hasil dari reaksi tersebut adalah timbulnya rasa panas dan terbakar di lidah kita, yang kita namai dengan rasa pedas.
Lucunya, rasa pedas ini juga punya banyak haters yang memilih menghindarinya karena ogah merasakan siksaannya. Padahal nih menurut seorang profesor dan ilmuwan di bidang sains makanan, John Hayes dari Pennsylvania State University, masalah suka atau benci makanan pedas nggak didapat dari warisan genetik. Artinya kemungkinan seseorang bertransformasi dari benci banget ke suka banget makan pedas sama sekali bukan hal yang mustahil.
Buat kamu para pecinta pedas (atau mungkin yang nggak suka pedas), Hipwee News & Feature akan sajikan untukmu liputan ilmiah seputar kenapa makanan pedas nggak akan pernah sepi peminat 🙂
ADVERTISEMENTS
Cabai, bintang utama makanan pedas mengandung zat capsaicinoid yang sebenarnya diproduksi oleh tanaman tersebut untuk melindungi diri dari hewan atau jamur
Pada kenyataannya, alih-alih menghindarinya, rasa terbakar yang unik dari makan cabai justru membuat manusia malah jadi ketagihan untuk terus mengonsumsinya. Zat yang bernama capsaicinoid ini sebenarnya nggak punya rasa atau bau, tapi lidah yang mengecap zat ini menyampaikan sinyal rasa sakit ke otak yang kita terjemahkan sebagai definisi ‘pedas’. Tingkat kepedasan sangat bervariasi tergantung jenis cabainya dan di dunia skala Scoville digunakan untuk mengukur tingkat kepedasan sebuah cabai.
ADVERTISEMENTS
Rasa pedas yang ditangkap akan membuat otak bereaksi mengeluarkan neurotransmitter berupa endorfin. Ini nih yang ternyata bikin rasa enak yang ‘nagih’
Saat kamu makan pedas dan mengaktifkan reseptor sakit pada mulut dan tenggorokan, otak akan memerintahkan tubuh untuk mengeluarkan endorfin yang nantinya akan berfungsi meredakan rasa sakit dengan menutup reseptor terhadap rasa sakit yang berada di saraf. Jadi pedas-pedas nikmat yang kamu rasakan itu adalah akibat tubuh yang bertindak ‘menangani’ efek pedas yang diterjemahkan sebagai sakit yang perlu ditangani segera. FYI, endorfin adalah zat kimia seperti morfin yang diproduksi sendiri oleh tubuh dan memiliki efek mengurangi rasa sakit dan memicu rasa tenang, senang dan bahagia.
ADVERTISEMENTS
Tak hanya endorfin, saat merespon rasa ‘sakit’ yang ditangkap otak saat kamu mengonsumsi cabai sejumlah besar dopamin pun juga diproduksi oleh tubuh
Saat kamu makan pedas, otak yang merespon rasa sakit dan terbakar yang kamu rasakan dalam mulut tak tahu bahwa sebenarnya lidahmu nggak benar-benar sedang terbakar. Otak akan meresponnya seolah kamu sedang mengalami sakit yang traumatis sehingga ia pun bertindak mengirimkan banyak endorfin (penghilang rasa sakit alami) dan dopamin yang membantu menenangkan tubuh. Dopamin membantu mengirim sinyal ke reseptor kenikmatan sehingga kamu akan merasa lebih tenang dan nyaman.
Nah, sensasi kenikmatan pasca pedas menyiksa inilah yang membuat banyak orang jadi ketagihan dan nggak bisa berhenti makan pedas. Bukannya kapok, banyak yang jadi justru semakin tertantang untuk makan pedas sampai air mata bercucuran dan mulut bak sedang kebakaran.
ADVERTISEMENTS
Faktanya, semakin kamu banyak makan pedas, level kemampuanmu menahan rasa pedas juga akan meningkat lho. Bahkan kamu yang sekarang anti pedas bisa jadi suatu saat nanti malah tergila-gila dengan sensasinya!
Mungkin kamu akan bertanya-tanya, kenapa kamu ‘hanya’ mampu bertahan makan seblak di level 5 sedangkan temanmu di level 10 pedas mampus? Faktanya, semakin banyak kamu makan makanan pedas, sensasi terbakar yang akan mulutmu rasakan juga akan berkurang karena reseptor di mulutmu pada akhirnya akan berhenti untuk merespon sebegitu hebohnya seperti saat mulutmu makan pedas di awal-awal. Fenomena ini disebut capsaicin desensitisation.Â
Fenomena ini cukup memukau banyak ilmuwan karena membuka kemungkinan zat capsaicin atau  capsaicinoid ini dipergunakan untuk meredakan rasa sakit. Krim capsaicin kini sudah diproduksi dan tersedia untuk menangani sakit arthritis, misalnya. Namun para pemakai krim tersebut kemungkinan akan mengalami efek samping berupa sensasi kepanasan.
Makan pedas memang nikmat dan membuat ketagihan, tapi jangan lupa efek sampingnya pada lambung terutama bagi kamu yang memiliki pencernaan sensitif ya. Dan nggak usah khawatir bakal ketagihan makan pedas seperti yang banyak dipercaya orang, karena faktanya seseorang nggak akan pernah ketagihan sungguhan, seperti manusia ketagihan makan makanan manis atau kopi karena tubuh nggak akan merasakan ketergantungan seperti pada 2 hal tersebut. Alih-alih merasa ‘tubuhku perlu pedas’ sebenarnya kamu hanya akan merasakan rindu pada sensasi panas nan nikmat yang dihasilkan cabai, sehingga membuatmu sulit untuk berhenti mengonsumsinya. Sudah paham ‘kan sekarang makanan pedas itu nggak akan pernah sepi penggemar?