Media sosial menjadi tempat baru bagi masyarakat sipil untuk berbagi informasi. Dengan kemajuan teknologi, aktivitas jurnalistik atau laporan terhadap sebuah kejadian di daerah terpencil juga semakin mudah dilakukan. Tak mengherankan kalau kita kerap melihat video atau foto-foto masyarakat yang kekurangan fasilitas umum di berbagai pelosok Indonesia.
Hal tersebut sudah bukan hal yang aneh lagi terjadi di negara kita. Baru-baru ini, video viral yang memperlihatkan kemirisan infrastruktur negara kita juga kembali ramai diperbincangkan oleh warganet. Lewat berbagai macam media sosial, tersebar sebuah video yang memperlihatkan 3 orang anak SD yang harus melewati sungai deras untuk bisa pulang pergi ke sekolah. Tentu saja video tersebut menuai pro dan kontra dari warganet. Video berdurasi singkat tersebut kemudian menimbulkan diskursus di media sosial kita.
ADVERTISEMENTS
Viralnya video ini membuat banyak warganet meresponnya dengan merasa kasihan. Tapi, ada pula yang mempertanyakan keaslian video tersebut
Stlh 76 thn kemerdekaan RI pic.twitter.com/h6gRjPpXIq
— Chelsea Forever (@UmarChelsea_70) September 24, 2021
Media sosial kita sedang ramai dengan sebuah video pendek yang memperlihatkan tiga bocah SD sedang melintasi sungai menggunakan perahu yang terbuat dari stryofoam. Dalam video tersebut, sang perekam bertanya pada anak-anak tersebut usia dan tingkat sekolahnya. “Kelas berapa kamu dek,” tanya sang perekam. Anak-anak tersebut kemudian menjawab bersamaan bahwa mereka masih kelas 3 SD.
Video tersebut berlanjut memperlihatkan ketiga anak SD tersebut mendayung dan mencoba melintasi sungai deras dengan menggunakan perahu yang terbuat dari stryofoam. Menurut sang perekam, anak-anak tersebut sedang mencoba pergi ke sekolah karena nggak ada akses jembatan. Diketahui kalau peristiwa tersebut terjadi di Kecamatan Tulung Selapan,Ogan Komeling Ilir, Sumatera Selatan.
ADVERTISEMENTS
Sempat beredar kabar bahwa mereka melakukan hal tersebut memang dalam rangka sekedar bermain-main
“Memang jembatan untuk menyeberang tidak ada, tapi selama ini warga di sana sudah terbiasa sejak lama pakai perahu getek untuk menyeberangi sungai yang lebarnya 20 meter itu,” ujar sang camat.
Setelah video tersebut viral, berbagai macam respon dari publik pun akhirnya bermunculan. Dilansir dari beberapa kabar yang tersebar di berbagai media, camat setempat kemudian angkat bicara dan membenarkan peristiwa tersebut. Ia menyebut bahwa memang di tempat tersebut tak ada jembatan dan warga biasa menyebrang dengan menggunakan getek.
Di samping ungkapan tersebut, ada yang menyebut kalau anak-anak tersebut sedang bermain-main dengan menggunakan perahu stryofoam tersebut. Banyak warganet yang merasa heran kenapa anak-anak tersebut nggak menggunakan getek yang sedang diparkirkan di tempat tersebut.
Terlepas dari semua pro dan kontra, nggak dimungkiri lagi bahwa fasilitas di beberapa daerah di Indonesia bisa dibilang kurang memadai. Jangankan akses untuk berbagai macam kegiatan, untuk menuntut ilmu aja terkadang harus rela sampai seperti ini. Semoga viralnya kejadian ini bisa membuka mata bagi semua orang, baik mereka pemangku kepentingan maupun masyarakat kita sendiri. Keselamatan anak-anak dan kelangsungan proses pendidikan merupakan dua hal yang tak bisa dipisahkan begitu saja.