Pembubaran sebuah ‘pabrik’ di Thailand beberapa tahun lalu langsung menjadi headline dunia. Pasalnya ini bukan sekadar pabrik obat terlarang maupun pabrik click farm ilegal yang juga sempat ramai, tapi pabrik pembuatan bayi! Bukan cuma praktiknya saja yang ilegal, tapi sebagian besar orang pastinya tidak bisa membayangkan apa dan kenapa ada orang yang ingin membuat ‘pabrik’ bayi. Nama seorang pemuda Jepang, Mitsutoki Shigeta, menyeruak di balik kasus fenomenal yang mengguncang Negeri Gajah Putih tersebut.
Ketika polisi Thailand menggrebek praktik bayi tabung ilegal pada tahun 2014, di mana perempuan-perempuan dibayar untuk ‘menyewakan’ rahimnya, mereka menemukan 13 anak yang diketahui berasal dari satu donor sperma yakni Shigeta. Shigeta sendiri diketahui masih cukup muda dan ternyata sangat kaya raya. Bahkan beberapa media menjulukinya sebagai seorang miliuner. Setelah melalui proses legal yang panjang, sebagaimana dilaporkan CNN, Shigeta akhirnya memenangkan hak asuh atas 13 bayi itu dan kini bersiap-siap memboyong mereka semua ke Jepang. Maka dari itu, tampaknya tidak ada orang yang menyangka atau bisa menerka apa motivasi di balik kasus yang kemudian populer disebut ‘baby factory’ atau pabrik bayi ini. Buat yang juga penasaran, mending simak deh ulasan Hipwee News & Feature ini!
ADVERTISEMENTS
Kasus bayi tabung ilegal memang merupakan persoalan serius di Thailand. Tapi tidak ada yang menyangka ada sosok seperti Mitsutoki Shigeta yang sengaja ‘membuat’ belasan bayi sekaligus
Memiliki anak itu disebut-sebut sebagai anugerah terindah
Sayangnya banyak pasangan yang nyatanya tidak cukup beruntung untuk bisa jadi orangtua karena satu dan lain hal. Terobosan program ‘In vitro fertilization‘ (IVF) atau bayi tabung pada akhir tahun 1970-an, merupakan penemuan besar yang memberikan harapan bagi pasangan yang mengalami isu kesuburan. Lewat IVF, perempuan yang secara fisik tidak bisa mengandung sendiri, punya pilihan untuk dibantu oleh ‘surrogate‘ yang meminjamkan rahimnya selama 9 bulan. ‘Surrogacy‘ atau peminjaman rahim awalnya ini lebih banyak dilakukan karena alasan suka rela atau relasi keluarga. Namun karena minimnya undang-undang atau peraturan, ‘surrogacy‘ jadi ‘ladang basah’ atau jasa yang diperjualbelikan di banyak negara.
Negara-negara berkembang seperti Thailand dan India memang seringkali jadi tujuan bagi mereka yang ingin mencari surrogate dengan lebih mudah dan dengan harga yang tentunya lebih murah. Maka dari itu, tampaknya tidak ada yang aneh ketika polisi menggerebek sebuah apartemen di Bangkok atas dugaan surrogacy ilegal yang memang marak di kawasan tersebut. Namun siapapun tidak menyangka ada orang yang sengaja ‘membuat’ 13 bayi sekaligus pada waktu yang bersamaan. Padahal mengurus dan membesarkan satu anak saja sulitnya setengah mati! Tidak ada  juga yang menyangka kalau orang itu adalah seorang CEO muda berusia 28 tahun dari Jepang yang punya kekayaaan lebih dari USD3 juta!
ADVERTISEMENTS
Namun pengacaranya menjelaskan motivasi kliennya sebenarnya sangat sederhana, Shigeta ingin membangun keluarga besar. Maka dari itu ia berusaha mati-matian mendapatkan hak asuh semua anaknya
Ketika pertama kali mendengar kasus ‘pabrik bayi’ ini, banyak orang mungkin berspekulasi pelakunya akan memperjual-belikan bayi-bayi tersebut. Namun ternyata itu bukan motivasi Shigeta, paling tidak menurut pengacaranya. Dalam berbagai kesempatan, pengacara Shigeta menjelaskan kliennya hanya ingin membangun sebuah keluarga besar. Maka dari itu kliennya memutuskan untuk menyewa jasa belasan perempuan di Thailand untuk mewujudkan mimpi tersebut.
Pasca penggerebekan, 13 bayi yang ‘dibuat’ dengan sperma Shigeta sempat diamankan dan diasuh oleh badan pemerintah di Thailand. Setelah melalui proses pengadilan panjang sejak tahun 2014, pengadilan akhirnya memutuskan untuk memberikan Shigeta hak asuh penuh terhadap 13 anaknya. Selama proses pengadilan pun, Shigeta dan ibunya dari Jepang dikabarkan rutin mengunjungi bayi-bayi tersebut. Kini Shigeta telah menyiapkan rumah besar di Jepang dan bahkan sudah merencanakan sekolah untuk ke-19 anaknya! Yup bukan hanya 13 bayi yang jadi perhatian selama ini, Shigeta ternyata memiliki total 17 anak dari surrogacy di Thailand dan 2 anak dari surrogacy di India.
ADVERTISEMENTS
Yang lebih mencengangkan, meskipun mengaku ingin membangun keluarga besar, ternyata Shigeta masih single alias tidak memiliki istri. Angka pernikahan dan percintaan di Jepang memang akhir-akhir ini menurun tajam
Jika ada yang bertanya, problem sosial masyarakat apa yang paling mendesak untuk segera diselesaikan di Jepang?! Jawabannya bukan kriminalitas maupun korupsi seperti yang banyak terjadi di Indonesia, tetapi menaikkan angka kelahiran alias memaksa warganya untuk punya banyak anak. Yup bukan lagi menganjurkan atau mendorong, tetapi sudah di tahap memaksa. Warga-warga Jepang mirisnya kini dikenal sebagai bangsa yang tidak tertarik untuk berpacaran ataupun menikah. Mereka yang sudah menikah sekalipun, kabarnya semakin tidak tertarik untuk berhubungan intim. Kasus Shigeta dengan ‘pabrik bayi’-nya ini cukup membingungkan karena ia sebenarnya ingin membangun keluarga besar, tapi nyatanya ia tidak memiliki istri.
Mungkinkah membesarkan belasan anak yang jumlahnya cukup untuk jadi satu tim sepak bola plus pemain cadangan, tapi tanpa kehadiran pendamping atau istri, memang jadi impian Shigeta?! Bisa jadi. Bahkan banyak cowok-cowok Jepang yang menikahi karakter game atau bantalnya sendiri. Kisah Shigeta yang terdengar gila ini mungkin jadi disa sedikit dipahami~
ADVERTISEMENTS
Kasus ini bisa terjadi sedikit banyak karena Shigeta memiliki sumber daya untuk membayar proses surrogacy yang sangat mahal, berulang kali. Tapi karena trennya berbahaya, banyak negara yang kini mencoba melarangnya
Jika Shigeta bukan seorang miliuner, meskipun ingin membangun keluarga besar seorang diri, mungkin ia tidak akan bisa memiliki 19 anak dari surrogacy. Surrogacy bukanlah proses yang murah. IVF atau program bayi tabung masih tergolong prosedur medis yang sangat mahal. Pasangan normal yang ingin memiliki anak dengan bayi tabung pun, biasanya hanya akan menjalaninya sekali atau dua kali. Belum lagi ditambah faktor penyewaan rahim. Entah berapa banyak Shigeta membayar untuk jasa 19 perempuan yang rahimnya disewakan secara ilegal untuk mengandung anak-anaknya. Kasus Shigeta ini mungkin termasuk yang ekstrem, namun surrogacy memang sedang permintaannya sedang naik tajam. Namun melihat bagaimana permintaan untuk surrogate ini seringkali jadi industri terselubung, kini banyak negara yang jelas-jelas melarang praktik ini.
Minimnya kejelasan peraturan menyebabkan isu surrogacy ini menjadi semakin dilematis. Di satu sisi, tampaknya tidak etis juga kalau kesempatan pasangan mandul untuk punya anak lewat surrogate dihilangkan. Tetapi di sisi lain, praktik ini berkembang jadi industri yang tidak sehat dan bahkan berbahaya. Makanya kayaknya benar-benar dibutuhkan sistem undang-undang yang jelas untuk mengatur hal ini. Bukan hanya di tingkat nasional, tetapi juga internasional. Karena banyak orang-orang kaya dari negara maju seperti Shigeta akhirnya menyewa jasa dari gadis-gadis miskin di Thailand atau India…