Kalau jalan-jalan ke negara Singapura, pasti kebanyakan orang Indonesia selalu kagum dengan kebersihannya. Nggak ada sampah yang berserakan, jalanan nggak ada yang bau, kereta bersih, dan sebagainya. Pokoknya bikin betah deh. Kadang, kita jadi berpikir kapan Indonesia bisa teratur dan bersih seperti di Singapura. Mungkin perlu waktu yang lama ya supaya Indonesia bisa mirip seperti di Singapura~
Tapi, dibalik kebersihan negara Singapura, ternyata ada usaha keras yang konsisten dari pemerintahnya lho. Program kebersihan Singapura sudah diterapkan sejak 50 tahun yang lalu, tepatnya tahun 1968. Bahkan, menurut Liak Teng Lit, ketua National Environment Agency, Singapura bukanlah kota yang bersih, tapi kota yang dibersihkan. Jadi memang pencapaian Singapura jadi negara yang bersih bukan didapat secara instan. Butuh usaha dan konsistensi bertahun-tahun. Yuk intip bagaimana cara Singapura membersihkan negaranya bersama Hipwee News & Feature~
ADVERTISEMENTS
1. Sejak tahun 1968, Singapura sudah memberlakukan kampanye ‘Keep Singapore Clean’ sekaligus memberlakukan denda bagi orang yang buang sampah sembarangan
Bersihnya negara Singapura nggak jauh dari usaha perdana menterinya dahulu, Lee Kuan Yew. Beliau adalah seorang pemimpin negara dibalik gerakan Keep Singapore Clean alias Jaga Kebersihan Singapura. Saat itu, pertama kalinya pemerintah Singapura menerapkan denda sebagai kontrol sosial yang bisa mengubah kebiasaan warganya. Kalau buang sampah sembarangan, kita bisa kena denda minimal 300 dolar Singapura lho!
2. Bahkan, negara Singapura melarang penjualan permen karet, memberi denda orang yang membawa durian, serta denda nggak menyiram toilet setelah digunakan
Selain denda soal buang sampah sembarangan, denda lain yang terkait dengan kebersihan dan kenyamanan lingkungan juga diterapkan. Tujuannya sih membuat warganya jadi lebih tertib dan teratur. Permen karet dilarang, membawa durian di tempat umum didenda karena baunya, serta nggak menyiram toilet umum juga bisa kena denda. Meludah juga nggak boleh sembarangan. Bahkan, merokok dengan rokok elektrik sudah dilarang.
3. Selain itu, kampanye kebersihan di Singapura juga dibarengi dengan pembangunan dan juga relokasi beberapa tempat agar jadi lebih teratur
Lee Kuan Yew juga sempat mengeluarkan aturan Clean and Green alias bersih dan hijau. Aturan itu sekaligus memperkuat usaha pemerintah buat membuat Singapura bersih. Dikutip dari BBC, langkahnya adalah mengubah aturan kesehatan publik, relokasi pedagang kaki lima ke tempat berjualan khusus, mengembangkan pengolahan limbah, serta langkah pengendalian penyakit. Tak hanya itu, tempat tinggal penduduknya dipindahkan dari perdesaan model Melayu dengan rumah kayu ke perumahan yang punya infrastruktur lebih baik.
4. Perdana Menteri Singapura pada masa itu, Lee Kuan Yew, sangat tegas dalam menjalankan kebijakan tersebut. Dia nggak membiarkan pelanggaran sedikit pun terjadi, meski sekecil apa pun
Kalau sesuatu yang nggak benar, sekecil apapun, dibiarkan terjadi, maka ada kemungkinan masyarakat mengambil keuntungan dari hal itu. Kalau orang yang buang sampah bungkus permen dibiarkan saja, ada kemungkinan orang lain akan melakukan hal yang sama, bahkan berani berbuat lebih. Maka dari itu, Lee Kuan Yew selalu mengirimkan pesan ke jajarannya kalau ada hal yang nggak beres terjadi, sekecil apapun. Kesannya kejam dan tanpa toleransi, tapi kalau demi kebaikan bersama, kenapa nggak~
ADVERTISEMENTS
5. Pemerintah berusaha menanamkan bahwa kebersihan berpengaruh pada kesehatan. Tumpukan sampah kan mengundang hewan pembawa penyakit~
Buat negara yang cuacanya panas dan lembab seperti Singapura, sampah jadi masalah besar lho. Kalau sampah didiamkan saja, baunya jadi nggak sedap. Selain itu, bisa mengundang hewan yang menimbulkan penyakit seperti tikus, kecoa, dan nyamuk. Jadi pemerintah juga menanamkan pentingnya kebersihan buat kesehatan diri melalui kampanye kebersihannya.
6. Motivasi pemerintah gencar mengampanyekan kebersihan salah satunya karena menganggap kebersihan bisa memperkuat kondisi ekonomi. Dan hal itu terbukti lho
Kalau sebuah kota sangat bersih, maka tercermin bahwa moralnya tinggi, tingkat penyakit rendah, dan bisa menciptakan kondisi sosial yang memungkinkan pertumbuhan ekonomi di bidang industri dan pariwisata. Hal itu terbukti lho. Menurut BBC, angka harapan hidup di Singapura naik dari 66 ke 83. Kedatangan turis di tahun 1967 cuma sekitar 200.000 aja, tapi sampai pertengahan 2018, kunjungan turis mencapai 10 juta orang. Investasi asing yang dulunya pada tahun 1970 cuma USD 93 juta, jadi USD 66 miliar di tahun 2017!
Sampai saat ini Singapura masih belum selesai dengan masalah kebersihannya. Karena pertumbuhan ekonominya yang baik, Singapura jadi bersih tak lagi karena warganya sadar diri, tapi karena petugas kebersihan yang berada disana. Tapi, kalau dibandingkan Indonesia sih, Indonesia masih perlu banyak berbenah. Mungkin harus ada langkah pemerintah yang tegas dan konsisten meski kepala pemerintahan terus berubah.
Singapura perlu 50 tahun untuk jadi bersih, kira-kira Indonesia butuh berapa lama ya?