Di tengah kondisi darurat ketika bencana melanda, sayangnya saat ini kita justru sulit membedakan mana informasi yang benar dan mana yang hoax semata. Situasi genting seperti sekarang bahkan kerap jadi sasaran oknum tidak bertanggung jawab untuk menyebarkan berita bohong dengan tujuan membuat suasana makin mencekam. Ditambah dengan kemudahan penyebaran informasi makin membuat berita-berita itu sulit dikendalikan. Sebagian dari kita mungkin sudah mulai paham untuk tidak langsung percaya sebelum mengecek sumbernya.
Tapi gimana dengan mereka yang awam orang-orang tua, yang kebanyakan jadi korban hoax dari aplikasi chat WhatsApp?
Masih terkait gempa Palu dan Donggala, baru-baru ini ramai beredar pesan berantai dari WhatsApp yang mengatakan kalau Indonesia, khususnya Pulau Jawa, akan mengalami gempa berkekuatan 8 SR ke atas. Lebih khusus lagi pesan itu mengimbau warga Bandung dan Jakarta untuk selalu waspada. Supaya terlihat lebih valid, di dalamnya juga tercantum link portal berita dan video wawancara dengan LIPI di Youtube. Untuk menenangkan masyarakat, LIPI bahkan telah mengeluarkan pernyataan resmi. Sebelum berpikir yang tidak-tidak, mending simak dulu 4 fakta di baliknya yang sudah berhasil Hipwee News & Feature rangkum berikut ini.
ADVERTISEMENTS
Di jejaring sosial WhatsApp beredar kabar kalau gempa Lombok dan Palu ini akan berlanjut ke Pulau Jawa, khususnya Jakarta dan Bandung. Ini karena lempeng Jawa terus bergerak
Seperti yang bisa dibaca bersama, dalam pesan berantai yang tersebar via WhatsApp itu disebutkan kalau rentetan gempa Lombok akan berlanjut di Pulau Jawa, khususnya Bandung dan Jakarta. Besaran skala gempanya juga tidak main-main, bisa mencapai 9,5 SR! Hal ini dikarenakan lempeng selatan mulai dari Selat Sunda sampai timur Pulau Jawa terus bergerak. Di pesan itu juga disebutkan soal lokasi Indonesia yang memang berada di kawasan cincin api, bersama dengan Jepang dan Filipina. Kondisi inilah yang menyebabkan negara kita memang rawan mengalami gempa bumi.
Tak lupa, si pembuat pesan juga menyelipkan sedikit tips untuk masyarakat agar menyiapkan 1 tas berisi barang-barang dan dokumen penting, kalau-kalau terjadi bencana mendadak.
ADVERTISEMENTS
Pesan yang mencatut nama LIPI itu akhirnya dikonfirmasi sendiri oleh pihak bersangkutan. Faktanya itu semua cuma pemelintiran informasi alias dilebih-lebihkan
Demi memperkuat validasi dalam pesan berantai itu, nama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) terus disebut sebagai sumber informasi. Orang yang cuma baca sekilas dan tidak melakukan cross-check, pasti akan langsung percaya. Dalam pesan itu juga ada link portal berita dari Warta Ekonomi serta video Youtube berupa wawancara dengan peneliti senior Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, Dr. Danny Hilman Natawidjaja, M.Sc. Padahal kalau ditelisik lebih lanjut, link berita online dari Warta Ekonomi itu tidak bisa dibuka. Mengenai video wawancara memang benar adanya, tapi kalau diperhatikan lagi, video itu sudah diunggah sejak Januari 2018, jauh sebelum gempa Lombok dan Palu terjadi.
Informasi yang disampaikan Dr. Danny memang penting kita ketahui bersama, karena letak geografis Indonesia memang berada di lokasi rawan bencana. Namun itu baru pendapat ilmiah dari seorang pakar saja, di mana masih terbuka untuk dilakukan diskusi ilmiah lebih lanjut. Jadi intinya, pesan berantai itu cuma hasil dari pemelintiran informasi yang bertujuan provokatif demi menciptakan ketakutan serta keresahan di tengah masyarakat. Klarifikasi resmi dari LIPI bisa dibaca di sini.
ADVERTISEMENTS
Kemarin, Kominfo juga sempat menerbitkan siaran pers yang isinya kumpulan info-info hoax soal gempa Palu beserta klarifikasinya, termasuk foto FPI yang viral itu
Maraknya berita hoax di tengah duka yang dialami para korban gempa ini betul-betul meresahkan. Kementerian Informasi dan Komunikasi (Kominfo) pun tidak tinggal diam. Kemarin (2/10) mereka menerbitkan siaran pers melalui website resminya, yang isinya imbauan kepada masyarakat agar tidak meneruskan pesan-pesan berbau hoax. Kominfo juga membeberkan deretan hoax terkait gempat Palu beserta klarifikasinya, mulai dari kabar bendungan Bili-Bili yang retak padahal kondisinya masih baik, berita meninggalnya Walikota Palu yang mana faktanya beliau masih sehat, hingga foto relawan FPI di lokasi bencana.
Mengenai foto viral FPI ini, kalau dilansir dari keterangan Sekretaris Dewan Penasihat DPP FPI, Habib Muhsin Alatas, pihaknya memang benar telah mengirim relawan ke Sulteng. Ia juga sebetulnya tidak ambil pusing dengan foto yang dicap hoax itu. Mungkin relawan FPI memang hadir di lokasi bencana, tapi soal foto hoax itu, Kominfo bisa memastikan kalau foto tersebut diambil saat relawan FPI membantu evakuasi korban longsor di desa Tegal Panjang, Sukabumi, bukan di Palu.
ADVERTISEMENTS
Saat-saat mencekam seperti ini memang rawan jadi sasaran persebaran berita hoax. Sudah sepatutnya kita lebih selektif lagi dalam memilih sumber informasi, yang penting cek sumbernya dulu, valid atau tidak
Cari sensasi mungkin jadi alasan paling masuk akal (meski tetap tidak bisa diterima akal sehat), kenapa ada oknum tertentu yang tega memelintir informasi atau bahkan membuat info baru yang 100% bohong. Alasan lain bisa jadi mereka memang ingin terus memelihara ketakutan dan kekhawatiran di tengah masyarakat. Sebagai orang yang rawan jadi korban hoax, sudah sepatutnya kita lebih selektif lagi dalam memilih sumber berita. Jangan gampang percaya dengan segala info apalagi kalau penyebarannya cuma lewat jejaring sosial. Biasakan cek dulu sumbernya. Jangan asal percaya apalagi ikut menyebarluaskan.
Untuk masalah hoax ini, Kominfo mengimbau supaya masyarakat melaporkan konten-konten berbau hoax ke aduankonten.id. Bisa juga mengirim email ke aduankonten@kominfo.go.id atau mention ke akun twitter @aduankonten. Yuk, sama-sama perangi hoax!