Sedikit flashback ke tahun 1907, di mana material bakelit pertama kali ditemukan oleh Leo Baekeland. Bakelit itu salah satu jenis plastik yang tahan guncangan, kuat tapi ringan. Plastik ini juga tahan lama, tahan panas, dan bisa diubah menjadi berbagai bentuk. Bakelit biasa dipakai untuk peralatan listrik, kaca jendela pesawat, hingga kapal perang. Saking hebatnya, bakelit sampai dijuluki “the material of a thousand uses“.
Memang, saat ini, hampir semua benda di sekitar kita mengandung plastik. Jadi sebenarnya kalau ngomongin plastik nggak hanya kantong kresek saja ya, Guys. Ada lebih banyak plastik dari yang mungkin kita kira; bungkus atau kotak makanan, botol minum, toples, kursi di warung, pakaian, kendaraan, dan masih banyak lagi! Karena kita telah membuat dan memakai begitu banyak plastik, otomatis kita pun jadi membuang begitu banyak plastik pula. Kalau buangnya bener sih nggak masalah, lha ini buangnya di laut, sungai, atau tempat lain yang nggak seharusnya.
Salah satu cara untuk menanggulangi masalah di atas, atau setidaknya membuat bumi bisa “bernafas” lebih lama lagi, adalah dengan mengganti plastik dengan bahan lain yang lebih ramah lingkungan. Apa saja?
ADVERTISEMENTS
1. Jamur ternyata bisa digunakan sebagai alternatif pengganti plastik. Di tangan ilmuwan, jamur bisa diubah jadi kotak makanan layaknya styrofoam
Jamur atau fungi dapat dijadikan pengganti plastik dengan membiakkannya pada material seperti kayu, karet, atau kulit. Nantinya jamur akan tumbuh membentuk jaringan. Nah, hal inilah yang dimanfaatkan. Jamur dipercaya bisa menggantikan fungsi styrofoam, kemasan pelindung, sampai produk akuatik seperti papan surfing!
ADVERTISEMENTS
2. Selain jamur ada juga ganggang laut atau algae. Ganggang dapat diolah sedemikian rupa agar bisa diubah jadi benda-benda sehari-hari
Ganggang dapat tumbuh hanya dengan karbon dioksida, air, sinar matahari, dan nutrisi anorganik. Sebuah perusahaan bioplastik bernama Solaplast pernah mencoba membuat biji plastik dari ganggang. Tapi saat ini masih berupa campuran, belum murni ganggang. Karena untuk membuat yang murni butuh spesies baru ganggang agar bisa menghasilkan hidrokarbon yang tepat.
ADVERTISEMENTS
3. Biji-bijian seperti gandum juga bisa jadi bahan pengganti plastik. Sekarang sudah ada lo peralatan makan yang terbuat dari gandum
Tak bisa dimungkiri, keberadaan sendok atau garpu plastik turut menyumbang kerusakan lingkungan kita. Praktis sih, tapi benda tersebut nggak bisa terurai. Inilah yang menginspirasi Bakeys Edible Cutlery untuk membuat alat makan ramah lingkungan, bahkan bisa dimakan, yang berbahan dasar biji-bijian. Peralatan ini bisa disimpan sampai 3 tahun.
ADVERTISEMENTS
4. Daun juga bisa jadi alternatif lain jika kamu berpikiran untuk berhenti memakai plastik. Sekarang sih sebenarnya sudah banyak rumah makan yang pakai daun pisang sebagai pengganti piring
Memakai daun sebagai alas makan mungkin bukan hal yang baru-baru amat di Indonesia. Tapi walau sudah banyak digunakan, masih nggak sedikit juga orang yang lebih memilih wadah styrofoam atau plastik untuk makan. Di luar negeri ada perusahaan Leaf Republic yang memproduksi piring dari daun dengan cara menjahit tiga lapis daun dan merekatkannya dengan serat palem. Piring ini diklaim tahan lama dan bisa dipakai berulang kali.
ADVERTISEMENTS
5. Ada juga yang bikin kantong plastik dari singkong. Kualitasnya ternyata nggak kalah dengan kantong kresek biasa!
Singkong bisa diubah jadi kantong ramah lingkungan yang bahkan bisa larut dalam air. Caranya dengan mencampur pati singkong dengan minyak nabati dan resin organik. Selain bisa terurai di darat maupun laut hanya dalam hitungan hari, bahan ini juga bisa langsung terurai oleh panas.
ADVERTISEMENTS
6. Siapa sangka kalau cangkang udang yang sering berakhir di tempat sampah itu bisa juga jadi pengganti plastik. Yah, tahu gitu nggak usah dibuang ya~
Cangkang udang bisa menggantikan fungsi plastik karena ia mengandung chitosan atau chitin, yang merupakan polimer alami. Bahan ini cukup kuat dan juga hemat, karena 1 kilogram cangkang udang bisa dipakai untuk memproduksi 15 tas plastik bio-degradable.
7. Peneliti saat ini juga sedang mencoba mengembangkan benda-benda yang dibuat dari protein susu, mulai dari furnitur, bungkus kemasan, dan lainnya
Para peneliti sedang merevitalisasi ide untuk mengubah kasein, protein utama yang ditemukan dalam susu, menjadi bahan yang dapat terurai secara alami. Protein susu sebenarnya sangat mudah retak. Tapi ilmuwan menambahkan tanah silikat yang disebut sodium montmorillonite. Dan kalau boleh jujur sih masa depan plastik kasein ini masih belum pasti, tapi setidaknya ada secercah harapan bahwa nantinya beneran bakal ada plastik dari protein susu.
Sebetulnya, masih banyak lagi bahan-bahan alami yang bisa dipakai sebagai alternatif pengganti plastik, seperti tepung kentang, pohon pisang, kulit anggur, sampai ganja! Tapi kalau yang terakhir mungkin bakal menimbulkan pro-kontra seandainya beneran ada di Indonesia. Hmm..