Istilah stres dan depresi sering dipakai orang untuk menyebut satu kondisi yang sama. Padahal kalau ditelisik lagi, keduanya punya pengertian, gejala, sampai dampak yang jauh berbeda. Setiap orang bisa dibilang pernah mengalami stres, karena kalau kata ahli, stres itu nggak melulu buruk, ada juga stres yang cenderung positif. Nah, lain halnya dengan depresi, yang nggak semua orang bisa mengalami.
Lalu, apa sih perbedaan keduanya? Kali ini Hipwee sudah merangkumnya sesederhana mungkin, biar kita semua bisa belajar dan paham bedanya. Jadi nggak asal sebut dan sampai tertukar lagi. Yuk, pelajari bersama!
ADVERTISEMENTS
1. Kalau kata psikiater dr. Dimitrios Paschos, depresi dikategorikan sebagai penyakit, sementara stres hanyalah salah satu pemicu munculnya depresi
ADVERTISEMENTS
2. Diakui Dr. Jane Devenish, ahli farmasi dari NHS Standards and Services, gejala dari kedua kondisi ini memang tumpang tindih. Tapi secara signifikan, depresi itu beda sama stres
ADVERTISEMENTS
3. Karena gejalanya aja sudah beda, cara menangani keduanya pun nggak bisa disamakan. Depresi cuma bisa sembuh dengan campur tangan tenaga medis –psikiater atau psikolog
ADVERTISEMENTS
4. Stres memang nggak sebahaya depresi, tapi kalau dibiarkan berkepanjangan, dampaknya juga nggak kalah ngeri. Bisa juga malah memicu depresi lo
ADVERTISEMENTS
5. Dilihat dari jenis-jenisnya, penyakit depresi ini ada banyak sekali macamnya, nggak kayak stres. Kalau stres malah ada yang tergolong baik lo
Seperti dikutip dari Kompas, jenis stres yang positif itu ada dua:
- Stres baik: dipicu oleh pengalaman positif, seperti upacara kelulusan atau pernikahan. Dalam dosis kecil, stres semacam ini baik untuk sistem imun karena bisa membuat orang lebih mudah menciptakan tujuan dan menikmati proses mencapainya dengan penuh energi.
- Eustres: stres jenis ini bisa membuat tubuh dan pikiran lebih waspada serta siap menghadapi tantangan. Eustres bisa membantu memberi kekuatan dan mencari solusi untuk suatu masalah.
Itulah sederet perbedaan stres dan depresi. Yang terpenting, jangan sampai kamu asal diagnosis sendiri. Jika merasakan gejala-gejala seperti yang sudah disebutkan di atas, nggak ada salahnya untuk menghubungi tenaga medis untuk mendapat penanganan lebih lanjut. Jangan malu untuk menceritakan masalahmu ke mereka ya!