Sejak awal dimulainya apa yang kita sekarang sebut sebagai pandemi global Covid-19, masker dan handsanitizer langsung jadi buruan masyarakat. Wajar sih, tiap orang pasti ingin melindungi diri dan orang terkasih dari serangan virus, yang hingga berita ini ditulis, telah membunuh lebih dari 14 ribu orang di seluruh dunia berdasarkan database yang dihimpun Johns Hopkins University. Namun sekarang kita seharusnya sudah sadar bahwa memborong masker dan handsanitizer di saat-saat genting ini sangat tidak disarankan, serta justru bisa membahayakan kita semua.
Pada mulanya mungkin cuma perihal harga meroket karena banyaknya penimbun yang mengambil keuntungan di situasi sulit, tetapi saat ini membeli barang-barang seperti masker atau handsanitizer bisa berarti situasi hidup dan mati bagi dokter atau perawat yang sedang berjuang melawan pandemi ini di rumah sakit. Jadi mulai sekarang jika ingin membeli barang-barang di bawah ini tidak boleh berdasarkan kepanikan atau kebutuhanmu semata, kamu harus memperhitungkan dampaknya terhadap tenaga medis yang sangat amat membutuhkannya.
Buat kita yang bukan tenaga medis, strategi paling efektif adalah tetap di rumah aja, jaga jarak minimal 1,5 meter kalau pun harus di luar, dan selalu cuci tangan.Â
ADVERTISEMENTS
1. Masker N95. Masker yang satu ini banyak diburu karena dianggap memberi perlindungan lebih daripada masker bedah biasa — tapi masker ini sebenarnya tak diperuntukkan untuk penggunaan publik dalam waktu lama
Bagi yang sudah mencoba memakai masker N95 pasti tahu, betapa pengap dan sesaknya bernapas menggunakan masker ini. Masker N95 memang didesain sangat ketat mengikuti lingkaran hidung dan mulut supaya bisa melindungi pemakainya dari partikel-partikel kecil dari luar. Tapi masker ini tidak didesain untuk dipakai dalam jangka waktu lama atau untuk masyarakat luas, seperti dijelaskan lembaga kesehatan publik pemerintah Amerika Serikat, U.S. Food and Drug Administration (FDA).
Di samping itu, masker N95 ini sangat dibutuhkan tenaga medis yang berinteraksi dekat dengan pasien terinfeksi dan harus berkali-kali keluar masuk ruang isolasi. Mengetahui hal itu, sudah sewajarnya kita semua mendahulukan kebutuhan para petugas medis yang sedang berjuang mempertaruhkan nyawa untuk menjaga keselamatan banyak orang.
Begitu pula masker bedah. Masker ini tidak dibuat untuk melindungimu dari virus atau partikel kecil dari luar, justru untuk mencegah pemakainya menularkan penyakit ke orang lain. Jadi kalau orang sehat berharap tidak tertular dengan memakai masker ini, sebenarnya sia-sia juga. Apalagi kalau sekarang kamu sakit, pencegahan terbaik untuk tidak menulari orang lain ya adalah untuk tetap di rumah.
ADVERTISEMENTS
2. Banyak orang memborong hand sanitizer dan alkohol 70% untuk cuci tangan. Padahal cuci tangan biasa dengan sabun aja sudah cukup
Hand sanitizer dan alkohol 70% dipakai untuk membersihkan tangan karena dianggap efektif membunuh virus. Orang-orang pun memborongnya sampai terjadi kelangkaan di pasaran. Akibatnya, para petugas medis di rumah sakit jadi kesulitan. Sebab mereka membutuhkannya untuk mensterilkan tangan sebelum menangani para pasien.
Dalam kondisi seperti ini, sebaiknya kita bertindak lebih bijak. Berhentilah memborong hand sanitizer dan alkohol 70%. Utamakan kedua barang tersebut untuk para petugas medis di rumah sakit, sebab merekalah yang paling membutuhkannya. Lebih baik kita membersihkan tangan dengan sabun biasa. Cucilah tangan dengan benar supaya bisa mencegah virus corona, minimal selama 20 detik seperti yang dianjurkan.
ADVERTISEMENTS
3. Sarung tangan karet atau lateks mulai diborong untuk kebutuhan pribadi, padahal nggak efektif mencegah corona. Lebih baik diutamakan untuk para tenaga medis
Virus corona bisa bertahan lama di permukaan benda yang sering disentuh, seperti gagang pintu dan tombol lift. Karena itulah banyak orang mulai memakai sarung tangan karet atau lateks untuk menjalani kegiatan sehari-hari. Padahal sarung tangan nggak efektif untuk mencegah virus corona, sebab gampang robek karena nggak dirancang untuk keseharian.
Menggunakan sarung tangan justru bisa meningkatkan penyebaran virus corona. Sebab saat kita batuk atau bersin, virus bisa hinggap di permukaan sarung tangan dalam waktu lama. Kita pun berpotensi untuk menyebarkan virus tersebut saat menyentuh permukaan barang. Apalagi, masih banyak orang yang menyentuh wajah mereka saat memakai sarung tangan, padahal mungkin sarung tangannya sudah terkontaminasi virus orang lain. Karena itulah, sebaiknya kita nggak perlu memakai sarung tangan karet atau lateks. Lebih baik sering-sering mencuci tangan aja untuk menghindari virus corona. Utamakan sarung tangan untuk para petugas medis yang merawat pasien.
ADVERTISEMENTS
4. Orang-orang menggunakan alcohol swab untuk membersihkan HP dan alat makan, padahal bisa berbahaya. Lebih baik digunakan tenaga medis untuk keperluan infus
Belakangan ini, terjadi kelangkaan alcohol swab atau potongan kasa katun yang mengandung alkohol. Sebab orang-orang menggunakannya untuk membersihkan layar HP dan alat makan. Padahal alcohol swab sangat dibutuhkan di rumah sakit untuk membersihkan daerah kulit yang akan diinjeksi atau dipasangi infus.
Daripada menggunakan alcohol swab, sebaiknya kita membersihkan layar HP dengan pembersih khusus elektronik yang dijual di pasaran. Lalu bagaimana dengan alat makan? Dilansir dari Kompas, membersihkan alat makan dengan alcohol swab justru berbahaya. Sebab benda ini mengandung isopropyl alcohol yang nggak boleh terminum atau termakan. Ada risiko keracunan alkohol yang bisa membuat kita mual, muntah, pusing, bahkan muncul reaksi alergi seperti gatal dan bengkak di tubuh.
Ternyata alat-alat kesehatan tersebut justru bisa membahayakan diri kita. Daripada memakainya untuk kepentingan pribadi, sebaiknya utamakan untuk para tenaga medis yang memang membutuhkannya. Jadi berhentilah memborong masker, hand sanitizer, alkohol 70%, sarung tangan, dan alcohol swab. Lebih baik kita mencegah virus corona dengan cara sering mencuci tangan dan melakukan social distancing.