Masyarakat Indonesia tampaknya masih dalam proses beradaptasi dengan pecahan uang baru emisi tahun 2016. Ada yang masih suka bingung dan salah mengira pecahan uang kertas Rp2.000 sebagai Rp20.000, atau sebaliknya, gara-gara warnanya yang hampir sama. Selain desainnya, banyak juga orang yang tampaknya berkomentar bahwa uang baru ini seperti uang monopoli atau mainan. Mungkin karena teksturnya berbeda dan ukurannya juga lebih kecil. Begitu pula dengan uang koin baru yang sepertinya memang terbuat dari versi yang lebih ringan.
Menarik sih mengamati perbedaan desain atau material dari pecahan uang ini. Apa kalau bahannya berbeda, nilainya bakal beda?! Atau itu hanya pilihan pemerintah saja, mau pakai bahan yang lebih murah atau lebih mahal. Hipwee jadi penasaran aja sih, soalnya baru-baru ini ada kabar kalau pecahan koin Rp1.000 keluaran tahun 90-an yang bergambar kelapa sawit, sekarang sampai dijual dengan harga jutaan Rupiah! Bahannya jelas berbeda dan logamnya memang lebih berat dibanding uang sekarang. Kira-kira pecahan Rp1.000 baru yang lebih ringan itu, bakal dihargai setinggi ini nggak ya nanti jika sudah jadi barang koleksi? Kupas tuntas bareng Hipwee News & Feature yuk!
ADVERTISEMENTS
Dulu mungkin dianggap biasa aja, sekarang banyak dicari. Orang yang punya banyak koin pecahan Rp1.000 ini bisa kaya mendadak ya!
Ya, uang koin bergambar pohon kelapa sawit di tengahnya ini banyak jadi sasaran para kolektor benda-benda kuno. Jika dulu koin ini cuma bisa dipakai jajan di depan sekolah, sekarang bahkan dengan mengumpulkan 10 koin saja kamu mungkin sudah bisa jalan-jalan ke Bali! Ini karena harganya yang kian mahal. Maklum sih, pasalnya uang ini memang tidak lagi beredar. Di sebuah toko online, sebagaimana dilansir dari Intisari, koin yang dikeluarkan tahun 90an ini bahkan ada yang berani menjual hingga harga jutaan Rupiah! Siapa ya yang mau beli? Soalnya meski sudah tidak beredar tapi kayaknya masih banyak yang punya deh….
ADVERTISEMENTS
Pada dasarnya uang koin rupiah terbuat dari material yang berbeda-beda, tergantung pecahannya. Ada yang terbuat dari aluminium, nikel, atau kuningan
Paling banyak sih dicetak dengan bahan aluminium, termasuk koin rupiah pertama tahun 50-an dulu. Kalau yang berlaku sekarang, bahan aluminium bisa dilihat dari koin pecahan 100, 200, dan 500 berwarna silver itu lho. Cuma mungkin ketebalan alumuniumnya yang berbeda-beda, jadi ada koin alumunium yang lebih ringan daripada yang lain. Ada juga koin alumunium yang dilapisi nikel seperti Rp1.000 keluaran tahun 2010.
Untuk koin dengan bahan nikel biasanya mempunyai bobot yang lebih berat, seperti pada logam pecahan Rp100 tebal dan tipis tahun 70-an. Sementara logam kuningan, ini berupa gabungan tembaga dan seng. Bisa dilihat pada koin Rp500 warna kuning yang masih berlaku hingga sekarang. Kalau pemilihan logam uang koin sih, pada dasarnya tergantung ketersediaan bahan baku yang dimiliki oleh negara tersebut.
ADVERTISEMENTS
Nah kalau koin Rp1.000 bergambar kelapa sawit ini sedikit spesial karena terbuat dari dua bahan berbeda
Kalau kebanyakan uang logam dibuat dengan satu jenis logam saja, berbeda halnya dengan uang koin Rp1.000 edisi kelapa sawit ini. Seperti yang kita tahu, bagian dalam uang ini berwarna kuning keemasan, tapi kamu salah kalau mengira itu dari emas beneran. Warna emas tersebut berasal dari bahan kuningan. Sedangkan warna perak yang melingkarinya terbuat dari nikel. Karena dibuat dengan dua bahan, koin ini disebut uang logam bimetal. Mungkin selain karena langka, bahan baku dan proses pembuatan yang lebih ‘PR’ ini jadi alasan kenapa harganya saat ini terus melejit ya?
ADVERTISEMENTS
Warna kuning pada uang logam memang bukan selalu berarti emas, tapi pemerintah pernah lho mengeluarkan koin berbahan emas yang pecahannya sampai Rp850.000!
Saat ini pecahan terbesar pada uang koin yang beredar adalah Rp1.000. Tapi Bank Indonesia pernah lho mengeluarkan seri koin hingga pecahan Rp850.000! Yang nggak kalah mencengangkan, koin-koin tersebut benar-benar mengandung emas. Meskipun resmi dan sebenarnya sah digunakan untuk alat tukar, tapi uang-uang itu dibuat dalam jumlah terbatas sebagai peringatan peristiwa penting. Seperti seri 25 tahun kemerdekaan RI, seri perjuangan angkatan 45, seri ‘Save the Children‘, seri cagar alam, dan lain-lain. Rata-rata koin-koin itu dibuat tahun 1970-1990 an. Kalau kamu termasuk kolektor benda lawas, kamu bisa tuh ‘berburu’ koin-koin ini.
ADVERTISEMENTS
Beda uang koin, beda juga uang kertas. Bahan dasar lembaran uang kertas di dunia ini, secara garis besar, hanya ada dua material : kertas dari kapas atau polimer
Kertas yang digunakan untuk membuat uang, bukanlah kertas biasa. Melainkan kertas dari serat kapas yang lebih lentur dan tidak mudah sobek. Uang kertas seri terbaru emisi 2016 kemarin, juga terbuat dari serat kapas yang katanya lebih susah untuk dicorat-coret. Tapi ternyata tidak semua pecahan uang kertas itu terbuat dari kertas. Ada juga negara-negara yang membuat uang kertasnya dengan menggunakan bahan plastik polimer. Karena bahannya plastik, uang kertas tipe ini diklaim anti-sobek dan lebih tahan lama.
Negara yang pertama kali membuat mata uang polimer ini adalah Australia pada tahun 1988. Kini banyak negara yang juga mulai beralih pada uang kertas polimer karena lebih kuat dan tahan lama. Indonesia pun pernah mencobanya pada seri Rp100.000 Soekarno-Hatta tahun 1990-an. Cuma menurut keterangan BI, bahan polimer tidak sesuai digunakan di Indonesia karena sifatnya yang tidak tahan panas.
Pada dasarnya, nilai mata uang jelas tidak bergantung pada pemilihan bahan bakunya, tapi pertukaran valuta asing. Keputusan sebuah pemerintahan memilih material mata uangnya, kayaknya lebih bergantung pada ketersediaan bahan baku deh. Tapi mungkin nilai perbedaan material itu bakal kelihatan, setelah uang tersebut tak lagi digunakan dan jadi barang koleksi. Bahan baku yang lebih ‘jarang’ dan berharga, pastinya akan dihargai lebih mahal sebagai koleksi. Wah kolektor uang logam Rp1.000 kelapa sawit pasti lagi senang banget ya, harganya sekarang gila-gilaan!