Setelah karya animasi Indonesia ‘Battle of Surabaya’ berhasil menyabet gelar film animasi terbaik dalam Milan International Filmmaker Festival 2017 minggu lalu, satu lagi film produksi anak negeri ‘bersinar’ di kancah internasional. Kali ini film indie bergenre fiksi ilmiah atau sci-fi buatan mahasiswa UGM berjudul ‘Tengkorak’ jadi sorotan karena berhasil masuk nominasi film terbaik dalam gelaran Cinequest Film dan VR Festival di Amerika Serikat. Keren banget ya ternyata prestasi film-film Indonesia di level internasional!
Namun sayangnya, film-film asli Indonesia yang bertabur prestasi itu justru jarang banget ditonton sama kebanyakan orang negeri ini. Lha gimana coba?! Selain jarang sekali yang diputar di bioskop, festival-festival film pun biasanya cuma diadakan di kota-kota besar. ‘Kan jadi jarang tahu kalau ada film-film Indonesia berkualitas. Nah seperti apa sih film ‘Tengkorak’ yang berhasil memukau dunia itu? Yuk simak info selengkapnya bareng Hipwee News & Feature!
ADVERTISEMENTS
Film Tengkorak terpilih mewakili Indonesia dalam gelaran Cinequest Film and VR Festival 2018 yang akan dilaksanakan pada bulan Maret mendatang
Dilansir melalui Jakarta Post, prestasi membanggakan datang dari dunia sinematografi Indonesia. Film garapan mahasiswa vokasi UGM berhasil masuk nominasi film terbaik pada gelaran Cinequest yang akan digelar di Sillicon Valley, California. Film ini bergenre fiksi ilmiah dan horor di mana sangat jarang film serupa di Indonesia.
Menurut USA Today, Cinequest adalah festival film terbaik. Tentu saja hal ini jadi kebanggaan tersendiri bagi kru film Tengkorak sekaligus kebanggaan bagi Indonesia. Ribuan orang dan sineas dari seluruh dunia lain selalu berharap karyanya bisa terkurasi dan masuk nominasi di Cinequest, dan kali ini, anak bangsa berkesempatan untuk datang ke sana. Wah keren!
ADVERTISEMENTS
Berlatar belakang di Yogyakarta, film ini mengangkat isu-isu lokal dengan kemasan yang sangat menarik
Lokasi pengambilan gambar dalam film Tengkorak banyak dilakukan di Yogyakarta, termasuk di Merapi. Selain itu ada pengambilan juga dilakukan di Bromo dan Merapi. Yang lebih menarik, Rektor UGM Panut Mulyono juga menjadi aktor dalam film ini lho. Secara singkat, film ini bercerita tentang penemuan tengkorak yang diduga memiliki tinggi 2 kilometer setelah bencana gempa dan tsunami di Yogyakarta. Penemuan ini kemudian jadi perdebatan di banyak kalangan dan kelompok kepentingan. Nggak main-main guys, pembuatan film ini bahkan memakan waktu hingga 3 tahun untuk pengerjaannya.
ADVERTISEMENTS
Sayangnya meskipun semakin banyak film Indonesia yang meraih pengakuan internasional, justru belum ada wadah khusus buat karya independent agar bisa dinikmati secara luas
Sangat disayangkan, karya-karya bagus seperti Tengkorak ini harus diakui oleh luar negeri dulu baru kemudian terkenal dan mendapatkan nama di dalam negeri. Penikmat film di Indonesia seolah kehilangan kepercayaan terhadap film buatan lokal. Film-film independent serupa pun hanya bisa dinikmati di festival-festival film yang hanya ada di kota-kota tertentu. Selain dari festival, karya tersebut pun sulit dijangkau. Tidak ada di toko-toko film bahkan bioskop konvensional seperti XXI atau CGV.
ADVERTISEMENTS
Makanya, dukung terus perfilman dalam negeri biar nggak kalah pamor sama film-film Hollywood. Nyatanya, film kita juga bagus-bagus kok!
Nggak semua film karya lokal itu nggak menarik. Banyak garapan film-film serius, dengan kritik sosial dan tentunya ditambah sentuhan lokal yang layak banget buat kamu tonton. Tapi mirisnya karya-karya independen anak bangsa susah masuk bioskop karena biaya tayang yang mahal. Kuncinya, kamu harus sering-sering cari tahu dan baca review dari sineas-sineas Indonesia, film mana yang memang bagus dan seru banget. Jangan puas hanya jadi penikmat film-film Hollywood aja, yuk promosikan film-film besutan sineas dalam negeri yang ternyata juga oke-oke!
Seringnya film-film indie seperti Tengkorak memang hanya diputar di festival pemutaran lokal dan nggak tersedia di semua kota. Padahal, nggak bisa menutup mata kalau prestasi-prestasi mereka juga makin baik. Semoga saja dengan ini pemerintah atau lembaga non-pemerintah ada yang mau peduli dan mewadahi seluruh karya anak bangsa agar bisa dinikmati secara lebih luas ya.