Tragedi Kanjuruhan yang melibatkan suporter Arema pada Sabtu (11/10) malam menjadi duka mendalam dari dunia sepak bola Tanah Air. Setidaknya 127 jiwa dinyatakan meninggal dunia, dan ratusan lainnya mengalami luka-luka atas tragedi tersebut. Salah satu faktor banyaknya korban ini diduga karena adanya gas air mata yang digunakan aparat untuk meredam aksi anarkis suporter Arema yang turun ke lapangan setelah kalah dari Persebaya.
Publik pun mengecam keras penggunaan gas air mata di Stadion Kanjuruhan yang berujung peristiwa mematikan itu. Apalagi penggunaan gas air mata di dalam stadion sudah jelas dilarang oleh organisasi sepak bola dunia FIFA, kendati untuk meredam aksi massa sekalipun.
Gas air mata dianggap menjadi pemicu Tragedi Kanjuruhan yang mematikan. Hal ini cukup membuat publik penasaran, lantaran gas air mata memang biasa digunakan aparat untuk memukul mundur masa di sebuah aksi demo, tapi nggak menyebabkan kematian.
Lantas, apa bahaya gas air mata yang sebenarnya? Mengapa bisa diduga menjadi salah satu penyebab ratusan suporter meninggal di Tragedi Kanjuruhan?
ADVERTISEMENTS
Gas air mata mengandung banyak senyawa kimia yang menimbulkan gejala ringan pada kulit mata dan saluran pernapasan
Melansir dari Centers for Disease Control and Prevention, gas air mata atau riot control agent merupakan senyawa kimia yang berbentuk partikel cairan halus dan dapat menyebar melalui udara seperti kepulan asap putih. Apabila terpapar gas air mata, biasanya menimbulkan gejala iritasi ringan pada kulit dan mata yang terasa perih, dan saluran pernapasan yang sedikit terganggu. Gajala ini pun nggak berlangsung lama, hanya 15-30 menit.
Hal inilah yang membuat gas air mata cukup efektif untuk memukul mundur massa dalam sebuah aksi demonstrasi. Namun, tentunya gejala ringan yang dialami oleh orang yang terpapar itu biasanya terjadi di ruang terbuka seperti jalanan.
Adapun kandungan gas air mata umumnya Chlorobenzylidenemalononotrile (CS), Chloroacetophenone (CN), Bromobenzilsianida (CA), Chloropicrin (PS), dan Benxodiazepine (CR) dengan kombinasi dari beberapa bahan lainnya.
ADVERTISEMENTS
Gas air mata bisa mematikan jika berada di ruang tertutup
Menukil dari Detikhealth, Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Agus Dwi Susanto mengungkapkan bahwa komponen gas air mata adalah gas iritan atau gas yang menyebabkan iritasi pada mukosa dan sel dalam tubuh.
“Gejala yang segera muncul tapi cukup cukup ringan biasanya iritasi mata, mukosa hidung, kulit dan saluran napas. Biasanya menyebabkan mata merah, panas dan sakit pada kulit dan mata,” ungkap Agus.
Kendati efek yang ditimbulkan umumnya cukup ringan, tapi di kondisi tertentu justru bisa sangat berbahaya. Misalnya saja gas air mata yang dileparkan di ruangan tertutup atau padat masa. Apalagi jika seseorang sampai kekurangan oksigen, bisa mengakibatkan kehilangan kesadaran dan semakin banyak menghirup udara yang tercemar gas air mata maka iritasi yang ditimbulkan semakin parah.
“Gejala bisa semakin parah seperti mukosa hidung yang terasa panas, hidung berair, tenggorokan panas, gatal dan terasa tercekik, nyeri di paru-paru dan sesak napas,” imbuh Agus.
Gas air mata di Stadion Kanjuruhan saat peristiwa tragis itu terjadi memang menimbulkan kepanikan seluruh suporter. Bahkan penonton yang masih berada di atas tribun berebut untuk mencari jalan keluar, hingga terjadi aksi berdesakan dan saling injak. Kondisi panik di area yang sesak membuat gas air mata semakin berbahaya karena bisa menyebabkan gagal napas, hingga berujung kematian.
ADVERTISEMENTS
Paparan gas air mata lebih berbahaya pada anak-anak daripada orang dewasa
Korban di Tragedi Kanjuruhan diketahui nggak hanya remaja dan orang dewasa saja, banyak anak-anak yang juga menjadi korban. Hal ini diduga karena anak-anak jelas kesulitan untuk berebut keluar, apalagi jika sampai jatuh dan terinjak massa yang lain. Selain itu dugaan karena menghirup gas air mata juga bisa menjadi penyebabnya.
Hal ini karena gas air mata lebih berbahaya apabila terhirup oleh anak-anak dalam jumlah yang banyak. Kondisi tubuh anak-anak masih cukup renta untuk menghadapi gas iritan itu. Sehingga pada anak-anak iritasi yang ditimbulkan bisa lebih parah daripada iritasi yang dialami orang dewasa.
ADVERTISEMENTS
Hal yang harus dilakukan ketika berada di area yang terpapar gas air mata
Gas air mata yang biasanya dijadikan alat untuk meredam aksi demontrasi biasanya memang udah diantisipasi massa menggunakan pasta gigi yang dioleskan ke wajah sekitar mata untuk meminimalkan rasa perih. Namun, ternyata hal itu sebenarnya nggak berpengaruh, karena gas air mata bekerja ketika terhirup dan menyebabkan sekresi di kelenjar air mata, bukan ketika mengenai kulit secara langsung.
Sehingga, cara terbaik untuk menghadapi gas air mata adalah dengan menjauhi area yang terpapar gas iritan tersebut. Mencari udara segar yang nggak tercemar adalah solusi paling aman. Sementara untuk mengatasi paparan pada kulit, bisa dengan mencuci bagian tubuh yang terasa perih dengan sabun atau air steril untuk membasuh bagian mata.
Nah, itulah bahaya gas air mata ya SoHip. Meski banyak digunakan gunakan untuk meredam aksi anarkis demonstrasi di ruang terbuka, gas air mata ternyata lebih berbahaya saat digunakan di area tertutup seperti stadion atau ruang publik tertutup lainnya.