Gas air mata sudah sering dijadikan alat oleh aparat untuk memukul mundur atau membubarkan massa yang terlibat unjuk rasa. Seperti yang belakangan terjadi di sejumlah kota di Indonesia, termasuk di depan Gedung DPR, Jakarta. Polisi beberapa kali menembakkan gas air mata ke kerumunan pendemo yang memenuhi jalanan untuk menolak disahkannya RKUHP. Akibatnya, nggak sedikit demonstran terluka karenanya.
Dari namanya, mungkin kita hanya mengira gas ini cuma akan menyerang mata manusia saja dan membuat mata kita mengeluarkan air. Namun ternyata, organ lain seperti paru-paru, hidung, dan mulut pun juga bisa kena efeknya. Apalagi ada kabar juga yang mengatakan kalau massa sempat menemukan selongsong gas air mata yang sudah kedaluwarsa di lokasi unjuk rasa Gedung DPR kemarin! Waduh, kok seram? Memang gimana ya bahayanya?
ADVERTISEMENTS
Tembakan gas air mata sering ditemukan dalam aksi demo di banyak negara, karena zat tersebut memang efektif meredam atau membubarkan massa yang ricuh
Gas air mata pada dasarnya adalah istilah yang dipakai untuk merujuk sekelompok bahan kimia lachrymators atau agen pengendali huru hara, seperti dikutip Tempo. Terdapat 3 jenis gas air mata yang umum digunakan, yakni gas CS (chlorobenzylidenemalononitrile), gas CN (chloroacetophenone), dan semprotan merica (semprotan OC) yang biasanya dipakai individu untuk mempertahankan diri dari kejahatan. Untuk gas CN sendiri sudah digunakan sejak tahun 1920-an.
ADVERTISEMENTS
Gas air mata bekerja dengan menstimulasi saraf pada kornea untuk menimbulkan sensasi terbakar, nyeri, dan sulit bernapas. Bahkan nggak menutup kemungkinan menyebabkan kebutaan sementara
Begitu mengenai tubuh, gas air mata akan memunculkan sensasi terbakar nggak cuma pada mata tapi juga pada saluran pernapasan, kulit, dan berbagai organ lain. Gejala pertama yang biasanya dirasakan adalah mata perih dengan disertai keluarnya air mata. Kemudian gas ini akan mengiritasi mata, hidung, mulut, hingga paru-paru, dikutip dari NatGeo.
Kalau udah parah biasanya gas air mata bisa bikin sesak napas, nyeri dada, iritasi kulit, atau yang lebih berat gangguan sistem pencernaan seperti muntah dan diare. Duh, pantas aja bisa bikin demonstran bergelimpangan di jalanan.
ADVERTISEMENTS
Terus gimana dengan gas air mata yang sudah kedaluwarsa ya? Sempat ada anggapan kalau semakin lama gas air mata, maka efektivitasnya akan semakin turun, padahal nggak gitu
Gas air mata yang sudah kedaluwarsa malah katanya bisa jauh lebih berbahaya dibanding yang masih belum expired lo! Komponen yang ada di dalamnya akan terurai menjadi senyawa yang lebih sederhana, seperti gas sianida, fosgen, dan nitrogen. Senyawa-senyawa itulah yang bikin gas air mata lebih berbahaya karena mengandung racun. Menurut Asosiasi Dokter Kashmir di India seperti yang dilansir dari NatGeo, gas air mata kedaluwarsa bisa menyebabkan luka bakar, asma, kejang, kebutaan, hingga menimbulkan risiko keguguran.
Gas air mata memang jadi alat yang cukup efektif mengatasi unjuk rasa yang sudah sulit dikontrol. Tapi penggunaannya kadang juga berimbas ke masyarakat yang tinggal atau beraktivitas di sekitar lokasi demo. Kan kasihan kalau ada ibu-ibu hamil atau anak-anak yang ikut terpapar. Mungkin sebaiknya pihak aparat juga bisa mempertimbangkan hal ini, atau memberi sosialisasi singkat soal gimana cara berlindung dari paparan gas air mata.