Walaupun kampanye soal rokok sudah gencar dilakukan banyak orang, walaupun di bungkus-bungkus rokok sudah terpampang nyata penyakit-penyakit yang bisa diderita perokok, dan walaupun ada kabar cukai rokok akan dinaikkan, kayaknya semua itu tetap sulit membuat perokok berhenti menghisap barang beracun tersebut. “Ketagihan” kerap jadi excuse mereka enggan menghentikan kebiasaannya itu.
Demi meminimalisir asap rokok, di tempat-tempat umum sering dibuat ruangan khusus merokok. Sebagian perokok juga mungkin sudah sadar nggak semua orang suka asap rokok sehingga memilih ke luar ruangan ketika ingin merokok. Tapi sayangnya, sekalipun sudah merokok di luar, nggak lantas mengurangi risiko bahaya asap rokok bagi mereka para perokok pasif. Karena asapnya bisa meninggalkan residu di baju, sofa, dinding, kulit, bahkan rambut!
ADVERTISEMENTS
Residu dari rokok ini disebut juga sebagai ‘third-hand smoke‘. Bahayanya nggak kalah dengan menghirup asapnya langsung!
Third-hand smoke (THS) adalah residu tembakau yang dapat bertahan di permukaan benda selama berbulan-bulan setelah seseorang merokok. Bahkan residu ini bisa bertahan di kain selama satu setengah tahun setelah terpapar asap rokok terakhir. (Dikutip dari National Center for Health Research)
Rokok selama ini hanya dianggap berbahaya bagi perokok aktif dan pasif saja. Mereka yang nggak secara langsung menghisap atau menghirup asapnya ternyata juga berpotensi terkena dampaknya. Ini karena residu dari asap rokok bisa “terjebak” berbulan-bulan di pakaian, tas, sofa, karpet, kulit, rambut, dan benda lain milik perokok atau orang yang ada di dekat perokok.
Kalau sudah begini, meminimalisir dampak asap rokok dengan merokok di “Smoking Area” atau di luar ruangan rasanya bisa dibilang percuma nan tak berguna~
ADVERTISEMENTS
Sebuah penelitian soal THS ini pernah dilakukan ke hewan tikus. Hasilnya tikus yang terpapar THS lebih rentan terkena kanker paru-paru ketimbang yang tidak terpapar
Sekelompok peneliti pernah melakukan eksperimen pengaruh THS terhadap tikus. Hasilnya tikus yang terpapar THS lebih rentan terserang penyakit paru-paru dibanding yang bebas dari THS. Hal yang sama sangat mungkin terjadi pada manusia. Studi lainnya menunjukkan kalau THS ternyata masih bisa ditemukan di debu-debu dalam rumah 2 bulan setelah orang merokok di dalamnya, walaupun rumah itu juga sudah dibersihkan.
Ada juga penelitian lain yang menunjukkan kalau rumah yang penghuninya sudah berhenti merokok selama 6 bulan pun sisa residu tembakaunya masih bisa ditemukan.
ADVERTISEMENTS
Kelompok yang berisiko tinggi terkena paparan THS adalah anak-anak dan wanita hamil. Jadi siapapun kalian yang di rumahnya ada bayi atau wanita hamil, mending pikir beribu-ribu kali deh buat melanjutkan kebiasaan merokok kalian
Seperti yang dikatakan dokter spesialis paru RS Persahabatan, Dr dr Agus Dwi Susanto, SpP(K), FAPSR, dilansir Detik Health, kelompok yang paling berisiko terkena dampak THS adalah bayi dan anak-anak. Ini karena sistem pernapasan dan paru-parunya belum berkembang optimal. Organ lain dalam tubuhnya juga masih berada di tahap perkembangan. Walaupun nggak merokok di dekat bayi tapi residu tembakau menempel di baju dan tubuhnya. Kalau setelah merokok dia menggendong atau bercanda dengan bayinya, bukan nggak mungkin si bayi akan terserang penyakit paru-paru.
Selain anak-anak, wanita hamil juga cukup berisiko. Pertumbuhan janin yang dikandung bisa terhambat sehingga rawan keguguran.
Organisasi dokter anak di Amerika menyarankan para perokok untuk berhenti merokok jika tidak ingin anak-anaknya terkena dampak berbahaya dari zat-zat beracun yang terkandung dalam rokok. Ya, solusi paling tepat sih memang stop smoking~