Di zaman yang terus berkembang ini, selera orang pun ikut berubah. Para pemain bisnis mau nggak mau juga harus terus berinovasi dan menciptakan sesuatu yang baru demi menjawab kebutuhan pasar. Karena jika tidak, mereka harus rela gulung tikar sebab nggak bisa mengikuti arus perkembangan zaman.
Dalam proses menciptakan inovasi baru, tentu setiap perusahaan harus melakukan uji coba dulu sebelum menjualnya secara bebas. Terlebih kalau produk itu nantinya bakal digunakan atau dikonsumsi oleh manusia. Tapi mirisnya, tahap uji coba ini seringkali melibatkan hewan-hewan tak berdosa, di mana jika ada error, hewan-hewan itulah yang akan menanggung akibatnya lebih dulu. Seperti yang baru terjadi di Cina, babi-babi muda dijadikan ‘kelinci percobaan’ untuk menguji coba tabrakan mobil!
ADVERTISEMENTS
Cina mendapat kecaman dari aktivis hewan setelah foto-foto uji coba yang melibatkan babi viral di media sosial. Babi-babi yang dipasang seatbelt itu ditabrakkan dengan kecepatan tinggi
Live Pigs Used As Crash Test Dummies And Killed In Horrific Simulations in China
Researchers in China have sparked outrage after it emerged they have been using live pigs as crash test dummies.
(Thread…👇🏻) pic.twitter.com/Lvv3GW4pSz— ANikett Ⓥ 🍃🌱🐖🐄🌱🍃 (@aniket_anikett) October 31, 2019
Babi-babi tak berdosa yang masih berumur 70-80 hari dijadikan percobaan oleh Lembaga Riset Lalu Lintas Cina untuk menguji coba seberapa parah kondisinya setelah ditabrakkan ke dinding. Mereka didudukkan di carseat simulator mobil dan dipasang sabuk pengaman dengan cara pengikatan berbeda-beda, ada yang diagonal, ada juga yang melindungi dada dan perut. Masing-masing ditabrakkan 1 kali dengan kecepatan 30-50 km/jam.
Hasilnya? Ya jelas jadi berdarah-darah. Tujuh di antara babi-babi malang itu langsung mati, sedangkan 8 lainnya menderita luka parah dan mati 6 jam kemudian. Mereka mengalami cedera luka lecet, memar, hingga pendarahan dan patah tulang. Mayat-mayat babi itu kemudian diautopsi buat tahu seberapa parah cederanya. Jahat banget nggak sih!
ADVERTISEMENTS
Alasan mereka menggunakan babi untuk uji coba ini karena babi dianggap mewakili wujud dan anatomi tubuh anak 6 tahun. Jadi, dampak tabrakannya pun kemungkinan sama. Duh, tapi ya nggak gitu juga 🙁
Menurut lembaga riset, babi muda bisa menampilkan dampak tabrakan seperti yang dialami anak umur 6 tahun. Jadi dengan dipakainya babi sebagai ‘kelinci percobaan’, mereka bisa tahu mana seatbelt yang lebih efektif dan mana yang tidak. Tapi anggapan menyamakan babi sama bocah 6 tahun dibantah oleh Jason Baker, Wakil Presiden Senior Kampanye Internasional PETA. Katanya, anatomi babi dan manusia itu berbeda, sehingga hasilnya pun nggak akan akurat.
Lagian kalau menurut Jason, banyak cara lain yang sudah makin canggih dibanding pakai hewan sebagai alat uji coba, seperti menggunakan studi klinis manusia, pemodelan komputer canggih, pencitraan medis 3D dan maneken. Produsen-produsen mobil pun sudah lama meninggalkan cara-cara tradisional yang melibatkan hewan.
ADVERTISEMENTS
Tapi yakin deh, di luar sana pasti juga banyak perusahaan atau lembaga riset yang masih pakai hewan buat eksperimennya. Mungkin karena cara ini dianggap paling murah
Perusahaan yang uji coba pakai babi di atas mengklaim kalau mereka juga telah mengorbankan ribuan kelinci, anjing, musang, dan tikus selama bereksperimen 10 tahun terakhir ini. Bisa jadi ia hanya 1 dari sekian banyak perusahaan yang melibatkan hewan dalam eksperimennya. Yang dikatakan Jason tadi mungkin benar kalau sekarang sudah ada teknologi canggih yang bisa mengakomodir keperluan riset manusia. Namun sayangnya, biaya yang dibutuhkan masih terbilang mahal, jauh lebih efisien kalau mereka pakai hewan.
Memang dilema sih ya, tapi kayaknya masalah ini bakal bisa ketemu jalan tengahnya kalau pemerintah mau menggelontorkan dana lebih buat riset-riset penting. Hmm.. kalau menurut kalian sebaiknya gimana ya?