Banyak sekali memori yang tersimpan saat kita masih kecil. Mulai dari waktu belajar di sekolah, dimarahi guru, hujan-hujanan, sampai pas bermain permainan tradisional sore-sore di halaman rumah. Dulu, sebelum mengenal gadget, masa kecil kita dihiasi dengan berbagai permainan tradisional yang mungkin berbeda-beda di setiap daerah. Seperti di Jawa contohnya, ada permainan gundu, lompat tali, gobak sodor, sampai congklak atau dakon. Kalau sudah hanyut dalam permainan itu, rasanya nggak ingin berakhir ya!
Nah, untuk congklak atau dakon, meskipun mungkin banyak diketahui sebagai permainan tradisional dari Jawa, namun faktanya permainan ini justru berasal dari luar Indonesia lo! Iya, bahkan congklak bukan dari negeri kita. Selain soal asal muasalnya, masih ada sejumlah fakta menarik yang perlu kita ketahui tentang congklak ini. Simak, yuk, ulasannya bareng Hipwee kali ini~
ADVERTISEMENTS
Jejak permainan congklak diketahui tersebar di Asia dan Afrika sejak abad ke-17. Congklak kental dengan pengaruh kebudayaan Islam
James Danandjaja, seorang antropolog, menyebut kalau permainan congklak tersebar luas di Asia dan Afrika. Jadi rada kurang tepat sebenarnya kalau menyebut congklak berasal dari Jawa. Katanya, congklak merupakan salah satu produk kebudayaan Islam. Dan permainan ini dikenal dengan sebutan yang berbeda-beda di setiap negara. Seperti di Srilanka, namanya canka, di Semenanjung Melayu disebut conkak, di Filipina cunkayon, dan di Afrika namanya mankala.
Selain beda nama, bentuk wadah biji yang dipakai dalam permainan congklak juga beda-beda. Kayak di Indonesia, biasanya untuk setiap pemain jumlah lubang di wadahnya ada 7 –plus 1 yang besar. Kata Zaini Alif, peneliti permainan tradisional dari Bandung, lubang itu menunjukkan jumlah hari dalam seminggu. Beda sama dakon di Afrika yang jumlahnya ada 30 yang menandakan jumlah hari dalam sebulan.
ADVERTISEMENTS
Ada juga versi lain yang menceritakan bagaimana awal mula congklak masuk ke wilayah keraton. Katanya permainan ini sering dimainkan para petani di sela-sela waktu istirahatnya berlatih senapan
Sumber lain, menurut RA. Maharkesti, BA dalam Laporan Penelitian Jarahnitra (1999/2000), disebutkan kalau di masa Sultan Agung, para prajurit Mataram yang sebagian besar dari kalangan petani, giat berlatih senapan atau bedhil demi mengimbangi kekuatan musuh. Nah, di sela-sela waktu istirahat, para prajurit itu senang bermain permainan tradisional termasuk congklak atau dakon ini. Itulah yang katanya jadi awal mula dakon masuk ke lingkungan keraton. Mungkin karena ini juga ya dakon jadi dikenal sebagai permainan dari Jawa.
Sebelum masuk keraton, semula biji dakon ini berupa batu kerikil, isi buah asam, biji koro benguk, biji jagung, biji tanjung, atau yang lainnya. Wadahnya juga awalnya cuma berupa tanah yang dilubangi membentuk lingkaran yang disebut sawah. Sedangkan lubang kanan kiri yang ukurannya lebih besar disebut lumbung. Ada juga yang membuat wadahnya dari kayu sawo atau kayu ringan. Tapi setelah masuk keraton, bijinya diganti dengan biji sawo kecik. Wadahnya dibuat dari kayu jati dan diperindah dengan hiasan.
ADVERTISEMENTS
Dakon sendiri punya makna kata yang menunjukkan kalau permainan ini justru nggak mementingkan menang atau kalah
Dakon berasal dari kata daku atau saya. Permainan ini beda dari yang lain karena justru bersifat nonkompetitif. Tujuannya untuk sekadar hiburan dengan melakukan hubungan timbal-balik yang lebih menenangkan daripada memicu persaingan ilusi. Jadi tujuan dari permainan ini bukan untuk menang, beda sama permainan catur yang mungkin populer karena sama-sama membuat dua orang saling berhadapan. Bahkan catur sampai dijadikan ajang kompetisi dunia, kan…
ADVERTISEMENTS
Tapi lebih jauh, permainan ini punya banyak unsur yang bisa mengasah berbagai macam skill kita lo, selain menciptakan hubungan timbal-balik tadi~
Melihat dari cara dan sistem dalam bermain congklak, ada sejumlah unsur yang bisa kita asah lewat permainan ini. Selain menciptakan kedamaian dengan melakukan hubungan timbal-balik tadi, congklak juga mengandung unsur kejujuran, sportivitas, penalaran, demokrasi, tanggung jawab, kepatuhan, dan sifat terbuka. Wah, ternyata permainan tradisional justru banyak mengandung makna baik ya~
Nah, kalau versi kamu, apa permainan tradisional masa kecil yang paling membekas di ingatan?