Tak bisa dimungkiri, aplikasi pesan WhatsApp yang logonya berwarna hijau ini sudah sejak lama jadi favorit pengguna ponsel baik di Indonesia maupun dunia. Hanya dalam waktu setahun setelah diluncurkan, WhatsApp menempati ranking ketiga sebagai aplikasi yang paling sering diunduh! Cara penggunaannya yang mudah, sederhana, dengan desain yang nggak neko-neko kerap jadi alasan kenapa banyak banget orang suka pakai WhatsApp –dibanding aplikasi serupa lainnya. Ditambah, untuk bisa mengunduhnya, orang nggak perlu ribet keluar biaya, alias gratis.
Tapi baru-baru ini tersiar kabar kalau tahun 2020, seluruh pengguna WhatsApp akan dibebankan biaya berlangganan yang harus dibayar setiap tahunnya! Waduh, memangnya berapa ya biayanya?? Mahal atau nggak ya? Simak aja yuk, informasi selengkapnya bareng Hipwee News & Feature kali ini!
ADVERTISEMENTS
Setelah bertahun-tahun bisa dinikmati gratis oleh penggunanya, kabarnya tahun ini WhatsApp akan mulai berbayar
Kabar WhatsApp bakal meraup keuntungan ini sebenarnya sudah mulai dibocorkan dua analis media sosial yang hadir dalam acara Facebook Marketing Summit di Berlin, Jerman, Mei tahun 2019 lalu. Sebagai perusahaan yang telah mengakuisisi WhatsApp sejak 2014, Facebook sudah mengonfirmasi rencana ini dan akan merealisasikannya pada 2020, meski tepatnya belum diketahui.
ADVERTISEMENTS
Sistem WhatsApp berbayar ini sebenarnya bisa dibilang cukup murah. Pengguna nantinya akan dipatok biaya berlangganan sebesar $1 atau sekitar 14 ribu rupiah per tahun
WhatsApp nantinya akan mematok biaya berlangganan sebesar 1 dolar per tahun atau sekitar 14 ribu rupiah. Dan aturan ini sebenarnya nggak mengikat karena pengguna pun juga masih bisa menggunakan WhatsApp meski tidak membayar biaya langganan tahunan. Namun, bedanya, mereka yang masih pakai WhatsApp gratisan harus menerima jika WA statusnya disisipi iklan. Formatnya bisa dibilang mirip dengan iklan-iklan yang ada di IG story. Jadi saat kita melihat WA status orang lain, bakal ada iklan-iklan yang muncul. Selama nggak terganggu sih ya kayaknya oke-oke aja kalau mau tetap pakai WhatsApp gratisan~
ADVERTISEMENTS
Keinginan Facebook untuk memonetisasi WhatsApp ini sempat menimbulkan polemik. Sampai bikin pendiri WhatsApp keluar dari perusahaannya sendiri!
Kemunculan iklan di WhatsApp sebenarnya sudah diprediksi oleh banyak pihak, mengingat Facebook Group sebagai perusahaan yang mengakuisisinya memang dikenal sebagai platform periklanan terbesar di dunia di mana lebih dari 80% pendapatannya berasal dari iklan. Brian Acton dan Jun Koum, pendiri WhatsApp kurang setuju jika aplikasi besutannya itu disisipi iklan. Karena sejak awal mereka bersikukuh menciptakan platform bebas iklan dan fokus pada pengalaman pengguna, bukan untuk perusahaan besar beriklan. Akhirnya karena berbeda ideologi, keduanya memutuskan untuk keluar.
Walau dua pendirinya sudah keluar, tapi Mark Zuckerberg tetap bersikeras menyisipkan iklan di aplikasi instant messaging tersebut. Hmm.. kalau kamu lebih pilih bayar Rp14.000 atau biarin aja ada iklan seliweran di WA status??