Ternyata drama nggak cuma muncul dari ranah Bollywood di TV aja lho, tapi juga dari dunia transportasi online. Buktinya sejak kemunculannya beberapa waktu lalu, udah sering kita dengar curhatan para driver atau penumpang tentang pengalaman mereka bergelut di dunia angkutan online. Buat kamu yang belum tahu, coba deh intip di Instagram, nggak sedikit akun yang rajin mengunggah perdramaan ini, salah satunya @dramaojol.id. Mungkin lama-lama bisa tuh dibikin FTV-nya.
Nah, drama kali ini disponsori oleh kesalahan pemilihan alamat tujuan di aplikasi yang kabarnya dilakukan si penumpang. Alih-alih dibicarakan baik-baik, si pengemudi bernama Trisna Wijaya justru tersulut emosi. Kurang jelas sih kronologinya gimana. Tapi yang jelas keduanya sampai terlibat adu mulut. Bahkan di tengah jalan, si sesembak (penumpang) memaksa minta diturunkan, tapi nggak dikabulkan sama si driver, sampai-sampai ia mengancam turun dengan membuka pintu meski taksi sedang melaju. Lucunya lagi, si sopir malah mengabadikan momen cekcok mereka dalam bentuk video!
Satu pertanyaan yang muncul dari kejadian ini sih lebih kepada: memangnya nggak bisa ya kesalahan yang tergolong wajar itu diobrolin baik-baik? Hipwee News & Feature kali ini akan mengulas soal budaya ngobrol langsung yang mulai diabaikan sama budak-budak teknologi, padahal dengan bicara secara langsung, kesalahpahaman bisa termeminimalisir lho! Yuk simak…
ADVERTISEMENTS
Saking udah mengandalkan aplikasi, manusia jadi lupa pentingnya menerapkan cara dasar berkomunikasi: ngobrol!
Sering nggak sih kalian merasa pesan yang ingin kalian sampaikan ke orang lain melalui aplikasi chat atau media sosial malah dipersepsikan berbeda? Teknologi yang katanya menjauhkan yang dekat ternyata nggak selamanya bisa menyampaikan informasi secara tepat dan akurat. Meski di luar sana sudah banyak sekelompok ahli yang berlomba-lomba menciptakan aplikasi pesan dengan fitur lebih ‘nendang’, rasanya semua itu nggak bisa mengalahkan sensasi dari cara tradisional manusia berinteraksi: ngobrol langsung! Mirisnya, makin banyak manusia yang abai sama pentingnya melakukan interaksi langsung ini dan lebih pilih bicara lewat aplikasi semata.
ADVERTISEMENTS
Meskipun kelihatannya efektif, praktis, dan efisien, bukan berati teknologi nggak bisa cacat atau eror. Kalau sudah begini yang repot penggunanya kan
Nah, belum lagi kalau ada trouble di medium (aplikasi)-nya itu sendiri. Namanya juga buatan manusia, pasti lah nggak akan 100% sempurna. Dalam kasus di atas, bukan nggak mungkin ‘senjata’ utama yang dipunya perusahaan taksi online ini mengalami eror. Kalau sudah begini, komunikasi langsung antar pengemudi dan penumpang jelas dibutuhkan.
ADVERTISEMENTS
Inilah kenapa manusia modern juga perlu punya pengetahuan soal teknologi, jangan bisanya cuma pakai doang
Ini nih yang masih banyak dialami orang Indonesia. Dibombardir kemajuan teknologi, tapi nggak dibarengi dengan kemampuan memanfaatkannya dengan baik. Sebagai pengguna transportasi online, alangkah bijaksananya kalau mereka juga mau ubek-ubek aplikasi yang bersangkutan dengan tujuan mempelajari seluk beluknya sebelum akhirnya digunakan. Lebih ciamik lagi kalau sebagai penumpang dia tahu apa saja yang bisa dan nggak bisa dilakukannya selaku pengguna.
Dilansir dari Kompas, Dian Safitri selaku Head of Communication Uber Indonesia menanggapi kejadian yang menimpa perusahaan rivalnya tersebut. Dian sih nggak memahami bagaimana Grab Taxi menerapkan kebijakan dalam perusahaannya. Tapi ia memaparkan kalau pengguna aplikasi Uber dapat mengubah tujuan akhir perjalanan kapan pun sebelum pengemudi menggeser tombol ‘Akhiri Perjalanan’.
Duh, ada-ada aja ya drama angkutan online ini. Semoga aja manusia-manusia di dunia, nggak cuma di lingkup transportasi online, bisa lebih terdorong buat membicarakan segala sesuatu baik-baik, bukan malah mengedepankan emosi~