Kata orang, belajar itu bisa dari mana aja, nggak cuma dari buku-buku paket sekolah atau video-video pembelajaran. Dari kehidupan sehari-hari pun kita bisa banyak sekali mengambil pelajaran untuk dijadikan refleksi. Belajar juga nggak cuma bisa dilakukan yang muda-muda kepada yang tua-tua aja. Dari yang lebih muda pun kita bisa mendapat banyak ilmu. Bahkan dari anak yang masih kecil sekalipun!
Setidaknya, itulah yang bisa kita rasakan ketika mendengar kabar bahwa ada sejumlah anak di berbagai daerah yang kompak menyumbang untuk keperluan tenaga medis sebagai garda terdepan Covid-19. Anak-anak yang bahkan belum genap berusia 10 tahun itu sampai rela memecahkan tabungannya demi bisa membantu memenuhi kebutuhan alat pelindung diri yang selama ini memang banyak dilaporkan langka. Yang lebih menyentuh lagi, anak-anak itu tergerak sendiri hatinya, bukan karena disuruh orangtua. Siapa saja sih pahlawan-pahlawan cilik Covid-19 ini?
ADVERTISEMENTS
1. Satu inspirasi datang dari seorang bocah bernama Moch. Hafidh, siswa kelas 3 SD di Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung. Ia minta diantar ibunya ke Polsek demi menyerahkan tabungannya untuk membantu membeli APD tenaga medis
Hafidh, bocah umur 9 tahun di Bandung, memilih menyerahkan tabungan yang sudah ia kumpulkan selama 9 bulan itu untuk membantu para tenaga medis yang mengalami kelangkaan APD. Suatu hari, ia minta diantar ibunya ke Polsek demi menyerahkan tabungannya itu. Awalnya Hafidh merasa resah karena terus melihat berita di TV soal kelangkaan APD. Ia pun tergerak membantu walau seharusnya tabungan itu akan ia gunakan untuk menyumbang pernikahan kakaknya.
ADVERTISEMENTS
2. Selain Hafidh, ada bocah bernama Azriliya Aliya Nabila yang juga menyerahkan tabungannya untuk membeli masker bedah. Masker itu ingin ia bagikan ke dokter-dokter
Azriliya, bocah 7 tahun dari Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat, juga sama seperti Hafidh, ia menyerahkan tabungan miliknya ke pihak terkait untuk disalurkan ke para tenaga medis. Azriliya bahkan menyerahkannya langsung ke Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil. Kepada Pak Gubernur, ia meminta agar uangnya dipakai untuk membeli masker bedah agar bisa dibagikan ke dokter dan tenaga medis di rumah sakit.
ADVERTISEMENTS
3. Nggak cuma di Bandung, ada juga bocah 6 tahun asal Makassar, Yasmin Saman, yang menyumbangkan tabungannya untuk garda terdepan Covid-19
Yasmin, siswi kelas 1 SD, bersama ibunya mendatangi posko Jurnalis Peduli Kemanusiaan (JPK) di Makassar untuk menyerahkan celengan berbentuk ikan yang belum dipecahkannya. Celengan itu berisi uang koin yang setelah dihitung, berjumlah Rp448.800. Dengan uang tersebut Yasmin ingin membantu pengadaan APD tenaga medis yang berjuang menyembuhkan pasien-pasien Covid-19. Sang ibu bercerita kalau Yasmin terinspirasi menyumbang tabungannya setelah melihat si ibu sedang mendata lokasi-lokasi yang akan diberikan sumbangan. Wah, buah tak jatuh jauh dari pohonnya ya~
ADVERTISEMENTS
4. Selain Yasmin, di Makassar juga ada Tata dan Unsia yang sama-sama berusia 7 tahun. Mereka juga menyerahkan seluruh celengannya kepada tim JPK
Dua siswi SD Tata dan Unsia juga mendatangi JPK bersama ortu masing-masing untuk menyerahkan tabungannya demi membantu tim medis di RS dan puskesmas. Isi celengan keduanya setelah ditotal berjumlah Rp349.000. Kata mereka itu adalah hasil tabungannya selama 6 bulan.
ADVERTISEMENTS
5. Ada juga pelajar kelas 3 SD di NTT bernama Kanayah. Ia membawa celengan dan menyerahkannya ke Caritas Keuskupan Maumere untuk nantinya dipakai membantu tenaga medis
Kanayah mengaku sedih melihat pemberitaan virus corona di TV, terlebih saat menyaksikan banyak tim medis yang kekurangan APD. Ia lalu berinisiatif meminta diantar ayahnya ke Caritas Keuskupan Maumere untuk menyerahkan tabungan yang sudah ia kumpulkan selama 2 tahun. Tabungan itu awalnya ingin ia pakai untuk membeli koper tempat mainan. Tapi ia rela melepas itu semua demi bisa membantu tenaga medis yang lebih membutuhkan.
Itulah segelintir para pahlawan cilik Covid-19. Bisa jadi yang nggak terekspos sebenarnya lebih banyak lagi. Mereka ini meski nggak ikut langsung menangani corona di lapangan, tapi sudah bisa dikatakan pahlawan lo. Ini karena mereka punya hati yang tulus dan sifat dermawan meski usianya jauh di bawah kita. Patut jadi teladan nih!