Ilmu Parenting Paling Ciamik di Dunia Ternyata Berasal dari Negara Ini, Cek Deh 5 Rahasianya!

Masa kanak-kanak merupakan masa paling berharga dalam hidup manusia. Penuh keceriaan sebelum mengenal beratnya realita kehidupan. Masa kecil juga akan menentukan pertumbuhan karakter dan identitas diri di masa depan. Maka dari itu penting artinya memastikan tiap anak bisa memiliki masa kanak-kanak yang bahagia. Dalam survei United Nations Children’s Fund (UNICEF) tentang kesejahteraan dan kebahagiaan anak-anak dunia, Belanda hampir pasti selalu menempati peringkat teratas.

Survei ini memang hanya diikuti oleh negara-negara maju. Stabilitas ekonomi dan politik adalah faktor krusial yang menentukan kehidupan sebuah negara. Pastinya masa kanak-kanak di negara-negara berkembang maupun yang sedang berkonflik, berbeda jauh dengan negara maju di Eropa atau Amerika. Tapi diantara negara-negara maju tersebut, kenapa anak-anak Belanda selalu meraih predikat paling bahagia? Ini rahasianya.

ADVERTISEMENTS

1. Belanda adalah salah satu negara terbaik dalam menjaga work-life balance. Anak-anak adalah kelompok yang paling diuntungkan jika orangtuanya tidak stres bekerja dan berumahtangga

karena kebersamaan merupakan sumber kebahagiaan tak terelakkan

Makan bersama adalah ritual wajib tiap pagi via i.telegraph.co.uk

Membesarkan anak adalah tanggung jawab bersama. Meski konsep ideal ini terus-menerus disuarakan, banyak masyarakat yang akhirnya melimpahkan ‘sebagian besar’ tanggung jawab membesarkan anak kepada perempuan. Karenanya, dilema perempuan berkarier maupun mengejar pendidikan tinggi makin sering dibahas. Tapi tidak begitu halnya di Belanda. Laki-laki dan perempuan diperlakukan setara sebagai orangtua. Dari paternity leave (cuti hamil untuk ayah) yang lumayan panjang sampai program ‘papadag’ (cuti keluarga untuk ayah), memastikan laki-laki juga punya keleluasaan untuk berpartisipasi lebih dalam keluarga.

Sistem yang menjunjung kesetaraan gender tersebut memang ditujukan untuk menghilangkan stigma ‘mother’s guilt’ atau rasa bersalah para ibu yang bekerja. Jam kerja rata-rata 29 jam per minggu, juga berarti para orangtua Belanda punya waktu untuk pulang dan selalu makan malam bersama anak-anaknya. Survei UNICEF tersebut menyebutkan bahwa pola hidup sehari-hari dimana orangtua dan anak-anak selalu berbagi obrolan ketika sarapan dan makan malam, adalah faktor yang sangat penting dalam menentukan kebahagiaan.

ADVERTISEMENTS

2. Disamping kehidupan rumah yang seimbang, anak-anak Belanda juga menikmati sistem pendidikan yang bebas stres. Mereka benar-benar bahagia bisa berangkat ke sekolah

ketika bahagia, ilmu apapun akan lebih mudah mereka serap

Kalau bahagia, ilmu apapun akan lebih mudah mereka serap via www.denhaag.nl

Satu hal yang benar-benar publik Belanda pahami adalah kebahagiaan dulu baru pencapaian, bukan sebaliknya. Mereka memiliki kendali pada kegelisahan, stres, dan harapan pada pengasuhan modern. Anak-anak di Belanda tidak pernah dituntut untuk bekerja keras hanya untuk sekolah, termasuk untuk pekerjaan rumah atau ujian.  Pada semua sekolah dasar di sana, anak-anak tidak diajari membaca, menulis dan aritmatika secara formal hingga berusia 6 tahun. Berbeda dengan negara kita bukan? Di negeri kincir angin, kamu akan mendapati anak-anak yang dengan wajah berbinar meminta untuk pergi ke sekolah. Ketiadaan tekanan akademis mungkin serupa berkah.

ADVERTISEMENTS

3. Prinsip kebahagiaan yang tidak berbasis materi juga jadi kunci. Bukan menuntut gadget atau mainan terbaru, anak-anak Belanda justru bahagia dengan mainan bekas

kindermarkt-netherlands

Kindermarkts, pasar mainan bekas yang diadakan tiap King’s Day di bulan April adalah momen besar bagi anak-anak via cupofjo.com

Contoh gaya hidup sederhana yang masih mereka pegang ialah lebih memilih untuk melakukan aktivitas yang murah dan mudah. Anak-anak di Belanda terbiasa membeli mainan bekas. Tak seperti anak-anak yang hidup di Amerika dan Inggris, yang justru terbiasa membeli mainan baru yang berakibat pada konsumerisme. Bahkan, ada aturan tidak tertulis bagi para orang tua untuk menghadiahkan barang yang harganya tidak lebih dari 10 Euro. Prinsip-prinsip kesederhanaan, seperti menerima kekurangan tak pernah lupa orang tua terapkan. Mereka lebih terbiasa mencurahkan waktu, ketimbang uang.

ADVERTISEMENTS

4. Meski berusaha untuk tidak menggurui, orang tua di Belanda akan selalu nampak berwibawa. Bukannya menyuruh atau memaksa, mereka lebih suka menjadi contoh

tak asal ngomong, mereka seringkali mencontohkan segala sesuatunya

Anak-anak adalah cerminan orangtua via media02.hongkiat.com

Di negeri ini, kamu tidak akan mendapati orang tua yang meminta anaknya melakukan sesuatu, mereka hanya akan sebatas memberitahu apa yang baiknya dilakukan. Dan diantara segala opsi yang mereka paparkan, akan selalu diiringi dengan petunjuk yang jelas bagaimana hal itu dilakukan. Sejak kecil, anak-anak didorong untuk belajar mengajukan argumen yang baik. Sebab, hal itu dipercaya sebagai keterampilan hidup yang kelak akan sangat berguna. Setelahnya, sebisa mungkin opini itu didengar dan dihargai oleh orang tuanya. Satu hal lagi, orang tua di Belanda juga terbiasa memberi contoh.

ADVERTISEMENTS

5. Terakhir, kebebasan adalah rahasia anak-anak di Belanda dalam memperoleh kebahagiaan. Mereka didorong untuk melakukan banyak hal sendiri dan beradaptasi dengan keadaan

dengan kebebasan mereka akan menjadi pribadi yang mandiri dan independen

Kebebasan mereka akan menjadi pribadi yang mandiri dan independen via www1.expatica.com

Mandiri dan independen merupakan ciri khas anak-anak yang besar di negara tulip ini. Sejak dini, mereka dibiasakan bermain tanpa pengawasan. Sebab orang tua percaya, hal ini penting untuk mengembangkan keterampilan. Anak-anak di sana seakan jauh dari kata pasif dan kecanduan gadget. Penelitian UNICEF ini dilihat dari sisi kesejahteraan dan dilakukan pada 29 negara maju. Dan hasilnya, 95% anak-anak Belanda merasakan dan memperlihatkan sendiri ekspresi kebahagiaannya.

Sebagai bukti nyata dari kebahagiaan anak-anak di Belanda, selama lima tahun belakangan konsumsi alkohol di kalangan remaja (11-13 tahun) menurun. Diantara mereka makin sedikit yang mencoba-coba ikut merokok, mengisap ganja, atau melakukan hubungan seksual sembarangan. Menariknya lagi, baik ibu ataupun ayah berperan sama pentingnya sebagai orang tua. Untuk bekerja, rata-rata memiliki waktu 29 jam sepekan, sisanya untuk anak dan diri sendiri. Semoga yang baik bisa ditiru di Indonesia, ya.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Rajin menggalau dan (seolah) terluka. Sebab galau dapat menelurkan karya.

CLOSE