Tiap ada berita kecelakaan pesawat, kebanyakan orang mungkin sudah bersiap-siap mendengar kabar terburuk semua korbannya ditemukan meninggal. Pasalnya memang sedikit orang yang bisa bertahan hidup setelah pesawat jatuh dari ketinggian ribuan kaki, menabrak tebing, atau menghantam lautan. Maka dari itu, kisah seorang anak berusia 12 tahun yang berhasil ditemukan selamat di antara puing-puing pesawat Dimonim Air PK-HVQ yang jatuh di Gunung Menuk, Papua hari Sabtu (11/8) kemarin, disebut oleh banyak orang sebagai keajaiban. Terlebih ketika semua kedepalan penumpang lain dari pesawat kecil nahas . itu meninggal
Anak yang bernama Jumaidi tersebut adalah ‘sole survivor‘ atau satu-satunya korban selamat, dengan kondisi patah tulang dan cedera ringan lainnya. Meski sekilas keajaiban atau mukjizat seperti ini tampaknya tidak bisa dijelaskan dengan logika, banyak orang berusaha meneliti kisah-kisah sole survivor seperti cerita Jumaidi ini. Pasalnya, untuk menjelaskan kenapa mereka bisa jadi satu-satunya penumpang yang selamat sementara penumpang lainya tewas. Apalagi jika melihat data yang menunjukkan kebanyakan sole survivor ternyata adalah anak-anak. Yang penasaran, yuk lihat fakta dan infonya bareng Hipwee News & Feature!
ADVERTISEMENTS
Satu-satunya korban yang selamat dalam insiden kecelakaan pesawat, Jumaidi, masih berusia 12 tahun. Dia bertahan hidup setelah terlempar dari pesawat yang akan terjatuh
Pesawat yang ditumpangi oleh Jumaidi adalah Pesawat Dinonom Air PK-HVQ yang terbang dari Bandara Tanah Merah, Boven Digoel menuju Bandara Oksibil, Pegunungan Bintang. Namun sayangnya, di tengah perjalanan, pesawat mengalami kecelakaan dan jatuh ke Gunung Menuk. Seperti dilansir dari The Jakarta Post, paman dari Jumadi memberikan keterangan bahwa sebenarnya Jumadi dan bapaknya melompat bersama keluar dari pesawat saat pesawat akan jatuh, namun bapaknya tidak bernasib baik dan meninggal karena menghantam bebatuan. Jumadi lalu bangkit berdiri untuk mencari minum di reruntuhan pesawat. Sambil menunggu dievakuasi, dia merebahkan diri di bangkai pesawat bersama penumpang lain yang meninggal dunia. Selamatnya Jumaidi seolah seperti sebuah keajaiban yang terjadi di tengah tragedi kecelakaan pesawat.
ADVERTISEMENTS
Nggak hanya Jumaidi aja, ada banyak anak lain yang jadi satu-satunya orang yang selamat dalam kecelakaan pesawat. 40% dari kejadian ‘sole survivor’ ini dialami anak-anak lho
Sebenarnya, anak-anak menjadi satu-satunya yang selamat dalam sebuah kecelakaan pesawat bukan baru sekali ini terjadi. Mereka mendapat julukan sebagai sole survivor. Bahkan, dari 15 kecelakaan pesawat dari tahun 1970 dengan seorang sole survivor, enam dari mereka masih anak-anak, empat adalah kru pesawat, dan sisanya adalah penumpang dewasa.
Contohnya saja yang terjadi pada Bahia Bakari. Pada tahun 2009, ia ditemukan terobang-ambing tanpa jaket keselamatan di Samudera Hindia selama sembilan jam hanya bertumpu pada satu potongan badan pesawat saja. Saat itu Bahia Bakari masih berusia 13 tahun dan jadi satu-satunya korban selamat dalam insiden kecelakaan pesawar Airbus A310 yang terbang dari Sanaa, Yaman ke Moroni, Comoros, Afrika.
ADVERTISEMENTS
Sampai sekarang, alasan mengapa anak-anak lebih banyak jadi sole survivor masih belum ada penjelasan ilmiah. Tetapi, ada lho asumsi yang membahas mengenai penyebabnya
Keunikan dari fenomena sole survivor juga membuat Dr. Todd Curtis, direktur Airsafe.com Foundation penasaran. Apakah hal itu karena tempat bertahan hidup dalam sebuah pesawat yang kecil sehingga anak-anak punya potensi lebih untuk selamat? Sayangnya belum pernah ada penjelasan ilmiah mengenai hal ini. Padahal, dengan banyaknya kejadian, termasuk kejadian Jumaidi, topik ini menarik lho untuk diteliti lebih lanjut.
ADVERTISEMENTS
Nah, anak yang merupakan ‘sole survivor‘ ini sebenarnya juga memerlukan pendampingan psikologis lho. Bayangin betapa traumanya mereka jadi satu-satunya yang hidup setelah kecelakaan tragis terjadi
Jadi satu-satunya yang selamat di sebuah tragedi kecelakaan pesawat yang menewaskan hampir semua penumpang, kecuali dirinya sendiri adalah hal yang berat secara psikologis. Korban selamat pasti mengalami trauma akibat kejadian tersebut, apalagi dia menyaksikan banyak penumpang lain meninggal, termasuk keluarganya sendiri. Perlu ada pendampingan khusus untuk anak-anak ‘sole survivor’ seperti Jumaidi agar kelak traumanya bisa sembuh dan hilang bersama dengan berjalannya waktu.