Setiap ada kasus pemerkosaan atau pelecehan seksual mencuat ke ranah publik, pasti ada segelintir orang yang berkomentar, kenapa korban nggak melawan atau teriak minta pertolongan. Yang lebih jahat lagi, ada juga yang berasumsi kalau korban pasti diam-diam menikmati sehingga membiarkan pelaku menggerayangi tubuhnya. Inilah salah satu alasan kenapa banyak banget korban pelecehan seksual di dunia yang enggan melapor atau mengaku kalau ia telah dilecehkan. Ya, karena masih sulit membuat orang percaya kalau pelecehan seksual itu benar-benar nyata.
Padahal faktanya, para korban pelecehan seksual itu memang tak kuasa melawan, bukan karena mereka nggak mampu. Walau sebelumnya mungkin sudah belajar bela diri, tapi nggak semua bisa dengan mudahnya menguasai diri jika benar-benar dihadapkan pada situasi tersebut. Ada sederet alasan psikologis kenapa korban seringkali sulit berontak, bahkan untuk sekadar menolak atau teriak minta tolong.
ADVERTISEMENTS
Berada di situasi yang mencekam seringkali membuat kita hilang akal sehat. Nggak perlu jauh-jauh ke kasus pelecehan seksual deh, waktu presentasi di depan dosen killer aja pasti auto nge-blank!
Kondisi ini kalau di ranah psikologi disebut “freeze response“. Ini sering terjadi ketika kita dihadapkan pada situasi mencekam, salah satunya ketika dilecehkan secara seksual. Secara logika, kita memang harus marah, berontak, atau lari kalau ada orang yang pegang-pegang tubuh kita tanpa izin. Tapi saat beneran berada di situasi seperti itu, nggak semudah yang dibayangkan.
Kata Jim Hopper, konsultan independen dan seorang pengajar di bidang psikologi di Harvard Medical School, freeze response sebenarnya justru termasuk respons alami otak manusia ketika mendapat serangan baik fisik maupun seksual. Kita cenderung diam tak berkutik, jangankan bergerak, ngomong aja sulit!
ADVERTISEMENTS
Pada dasarnya, otak kita butuh waktu lebih lama untuk berpikir secara rasional. Sedangkan, kasus pelecehan seksual kan pasti terjadi secara tiba-tiba
Pernah nggak kalian melakukan suatu hal di luar nalar ketika berada dalam kondisi tertekan? Lalu selang beberapa waktu kayak baru sadar, “kok tadi nggak gini/gitu aja ya?”. Kurang lebih seperti itulah perasaan kebanyakan korban pelecehan seksual. Saat peristiwa itu terjadi, mereka blank, otak rasanya membeku dan nggak bisa diajak berpikir rasional. Sebenarnya, itu hal yang normal, karena otak kita sendiri memang butuh waktu lebih lama untuk bisa berpikir secara rasional.
ADVERTISEMENTS
Ada juga yang menyebut kondisi ini sebagai tonic immobility. Yaitu saat tubuh merasakan sensasi kelumpuhan sementara
Dalam ranah psikologi, ada juga istilah tonic immobility. Istilah ini juga bisa digambarkan lewat apa yang kerap dirasakan korban pelecehan seksual: sensasi lumpuh sementara. Tubuh berasa lemas dan nggak bisa digerakkan. Tonic immobility diakui dalam jurnal Acta Obstetricia et Gynecologica Scandinavica (AOGS) tahun 2017. Para ahli mencatat sebesar 70% korban pemerkosaan merasakan sensasi seolah lumpuh seluruh tubuh.
Nah, jadi jelas ya, jangan sampai kita menghakimi korban pelecehan karena menganggapnya suka atau menikmati dilecehkan! Dan sebaiknya mulai sekarang kita lebih aware lagi sama isu-isu pelecehan. Nggak ada salahnya untuk mempelajari pengetahuan tentang pelecehan, biar nggak lagi memandang korban sebelah mata.