Alasan konten kucing berhasil | Illustration by Hipwee via www.hipwee.com
Pernah nggak sih menemukan konten kucing yang disukai jutaan manusia? Padahal nih, si kucing cuma duduk, diam, dan membelakangi kamera. Tapi foto kucing yang sederhana dan nggak ada lucu-lucunya itu jadi magnet atensi yang luar biasa. Kok bisa, ya?
Setiap kali berselancar di jagat maya, konten kucing ada di mana-mana. Menghiasi layar gawai dan selalu dihujani like, share, dan komentar. Dibandingkan hewan-hewan lain, yang tak kalah lucu dan bikin gemas setengah mati, selama beberapa tahun belakangan kucing menempati urutan pertama. Spesies hewan berbulu ini bak raja yang menguasai dunia maya. Hm, sebenarnya, di dunia nyata pun kucing jadi idola manusia. Kucing sekadar lewat di jalan aja, disapa kok sama manusia. Padahal jelas-jelas kucing nggak paham juga.
Keberhasilan konten kucing bukan fenomena yang serta-merta terjadi, tanpa ada penjelasannya. Di balik konten yang selalu sukses, ada alasan logis yang melatarbelakanginya. Kamu udah tahu belum, mengapa konten kucing masih tetap tenar dan bersinar sampai sekarang? Jadi begini…..
ADVERTISEMENTS
Ini awalnya konten kucing mulai menginvasi kehidupan manusia lewat dunia virtual
Jika ditarik lebih jauh ke belasan atau puluhan tahun silam, kucing sudah hidup berdampingan lama dengan manusia. Pun, kucing kerap jadi objek dalam karya seni manusia seperti patung, lukisan, atau buku. Dalam cerita-cerita rakyat, legenda, atau mitologi dunia, kucing bukan tokoh baru. Kucing digambarkan sebagai mahluk jahat seperti setan, keluarga, atau teman dalam kehidupan manusia.
Sampai detik ini, belum ada waktu yang pasti kapan konten-konten kucing mulai merajai internet. Setelah fenomena itu, barulah manusia menyadari kalau internet telah disesaki konten kucing, mulai dari video sampai foto meme. Kemudian diikutu dengan lahirnya istilah Katzencontent atau konten kucing dalam bahasa Jerman. Sementara itu, dalam bahasa Inggris, tren konten kucing lebih familier disebut LOLcats.
Meski awal mula fenomena konten kucing masih jadi tanda tanya, penelitian-penelitian mulai masif dilakukan sejak tahun 2000-an. Para peneliti berusaha mengungkap rahasia di balik hubungan unik antara hewan dan manusia. Salah satunya Edith Podhovnik, peneliti dari University of Applied Scineces FH Joanneum Graz. Melalui tulisan yang berjudul The Meow Factor – An Investigation of Cat Content in Today`s Media, ia berupaya membongkar faktor konten kucing yang masif di dunia virtual. Seolah kucing tak puas hanya dengan menguasai manusia di dunia nyata saja.
ADVERTISEMENTS
Catvertising menjadi bukti kalau konten kucing selalu mendatangkan limpahan engagement~
Konten kucing mendatangkan engagement tinggi | Photo by Pxhere on Pxhere
Walaupun kucing belum dipastikan efektif sepenuhnya dalam dunia periklanan, tapi konten hewan memang selalu berhasil menggaet atensi manusia. Apa pun konten iklan yang bernuansa hewan akan laris manis di pasaran. Istilah catvertising yang populer di internet menjadi bukti kalau konten kucing memang efektif sebagai alat pemasaran, promosi, atau publikasi. Dengan konten kucing, kamu bisa meraup engagement yang tinggi. Bahkan konon kucing adalah pilihan yang cerdik untuk meningkatkan brand awareness. Wah, sakti juga konten kucing ini, ya.
ADVERTISEMENTS
Pelan-pelan konten kucing meluaskan kekuasaan ke media sosial, sejumlah kucing mendadak jadi selebritas
Grumpy Cat menguasai YouTube | Credit: Wikimedia
Era media sosial dimulai, konten kucing pun makin membanjiri kehidupan manusia. Akibatnya, sejumlah kucing jadi selebritas di dunia maya. Misalnya saja, Grumpy Cat yang tenar dengan image pemarah. Punya bentuk wajah seperti orang marah, kumpulan potret Grumpy Cat diunggah ke aplikasi Reddit oleh sang pemilik. Melihat antusiasme orang yang tinggi, Tabatha Bundesen pun menggungah video kucingnya di YouTube tahun 2012. Dalam sekejap, Grumpy Cat menyita perhatian banyak mata bahkan sampai mancanegara. Sayangnya, Grumpy Cat telah menghembuskan napas terakhir tahun 2019 lalu. Banyak orang berduka, tapi Grumpy Cat telah meninggalkan warisan suka cita sepanjang masa untuk manusia.
Selain Grumpy Cat, Maru adalah kucing selanjutnya yang menikmati popularitas. Tahun 2013 menjadi masa kejayaan Maru. Videonya yang tayang di YouTube dilihat lebih dari 200 juta kali. Jumlah yang fantastis kan? Bahkan rata-rata tayangan yang memuat sosok si kucing Maru, rata-rata dilihat sebanyak 800 ribu kali. Kekuatan konten kucing memang bukan kaleng-kaleng.
ADVERTISEMENTS
Apa pun berita soal kucing selalu jadi primadona
Kepopuleran kucing terus berlanjut. Setelah merajai media sosial, konten-konten kucing mulai masuk di meja redaksi para penulis berita. Apa pun berita soal kucing selalu menempati posisi atas, sampai-sampai muncul istilah catnews. Berita dengan cerita yang mengesankan dan kuat jadi daya pemikat. Manusia mudah tersentuh dengan cerita-cerita heorik kucing, seperti kucing menyelamatkan manusia dari insiden kebakaran atau kucing menunjukkan jalan apda mansuaia yang tersesat. Ulasan tentang kucing jalanan juga ditanggapi secara positif oleh manusia.
Konten kucing dari masa ke masa | Illustration by Hipwee
ADVERTISEMENTS
Kucing juga merambah ke budaya populer lewat film
Dari masa ke masa, konten kucing tetap positif di mata manusia. Bahkan ketika kucing jadi tokoh di dunia seni peran, filmnya selalu sukses menyita perhatian. Peran kucing sebagai pahlawan, teman, keluarga, penjaga, atau mahluk mistik masih menjadi pemikat manusia untuk menonton film. Tak aneh, kalau para awak film mengangkat plot tentang kucing. Lantaran tokoh si kucing Puss dalam film animasi “Shrek” berhasil mencuri atensi penonton, Puss akhirnya dibuatkan film sendiri.
Selain Puss, Garfield si kucing oranye yang mageran lebih dulu membuat manusia tergila-gila. Sebelum naik ke layar lebar, Garfield merupakan komik dengan tokoh utama kucing. Setelah tayang di bioskop, film pertama dan keduanya sukses besar daan mendatangkan pundi-pundi keuntungan untuk pihak produksinya. Lagi-lagi, konten kucing membuktikan kekuatannya menggaet hati manusia.
Kenapa manusia suka konten kucing?
Alasan manusia menyukai konten kucing | Credit: Wikimedia
Keberhasilan konten kucing menguasai dunia maya, sekaligus kehidupan nyata manusia, bukan tanpa alasan. Semua itu nggak lepas dari kecenderungan manusia menyukai hal-hal yang berbau kucing. Manusia merasakan lebih banyak efek positif setiap kali melihat kucing, ketimbang hewan lucu lainnya. Menurut penelitian Jessica Gall Myrick, seorang professor dari Donald P. Bellisario College of Communications at the Pennsylvania State University, konten kucing memengaruhi manusia secara emosional dan psikologi. Manusia mudah menghilangkan stres selepas menonton konten kucing. Mereka merasa senang saat melihat kucing. Meskipun kucing hanya diam saja.
Usai menanyai 7.000 responden, Jessica menemukan hasil yang cukup menarik, tapi tak terlalu mengejutkan. Rata-rata responden mengaku emosi negatif menghilang dan mereka menjadi lebih bahagia setelah menonton video kucing lucu. Selain itu, mereka juga merasa mendapat semacam suntikan energi positif. Penelitian ini jawaban soal alasan di balik manusia suka sekali dengan kucing.
Nggak heran kalau konten kucing terus berseliweran di internet hingga detik ini. Mengingat efek positif pada manusia, konten kucing sepertinya akan terus jadi primadona, mengalahkan konten hewan-hewan lain. Kucing akan tetap menguasai dunia maya dengan tingkahnya yang menggemaskan dan membuat manusia jadi lebih bahagia.