Venezuela saat ini sedang didera krisis ekonomi terparah sepanjang sejarah. Krisis ini ditandai dengan meroketnya inflasi yang kemudian menyebabkan harga barang-barang kebutuhan pokok meroket tajam. Untuk mendapatkan sekotak tisu, penduduk di sana harus mengeluarkan uang setara 2,6 juta rupiah. Daging ayam melonjak jadi 14,6 juta rupiah. Kondisi ini membuat hampir nggak mungkin lagi bertahan hidup di Venezuela. Akibatnya, sejak 2015, banyak banget masyarakat yang kabur dari negara tersebut, demi kehidupan lebih baik.
Ternyata sebagian warga yang memilih meninggalkan Venezuela itu berprofesi sebagai dokter dan perawat. Minimnya tenaga medis membuat banyak rumah sakit terpaksa harus tutup. Obat-obatan juga jadi langka. Kalaupun ada, harus beli lewat pasar gelap dan harganya nggak usah ditanya, mahal banget! Situasi ini cukup menyedihkan bagi banyak orang, terutam kelompok orang yang jelas-jelas memerlukan kebutuhan medis tertentu seperti wanita hamil. Karena minim penanganan, nggak sedikit dari mereka yang sampai melahirkan di jalanan, atau di lorong-lorong rumah sakit. Kali ini Hipwee News & Feature sudah merangkum potret penderitaan para wanita hamil di Venezuela, mari simak bersama.
ADVERTISEMENTS
1. Kamu mungkin bisa mengeluh pelayanan RS di Indonesia yang kurang maksimal, penanganan yang dinomorduakan, dan lainnya. Tapi ternyata di Venezuela, kondisinya jauh lebih buruk lagi
2. Rumah sakit banyak yang bangkrut, dokter-dokter dan perawat banyak yang memilih mengadu nasib ke negara lain, obat-obatan pun juga jadi langka dan mahal
Dilansir dari The Jakarta Post, sebanyak 22.000 dokter –lebih dari setengah dokter di Venezuela– kabur ke luar negeri dalam kurun waktu 2012-2017. Sedangkan lebih dari 6.000 perawat dan 6.600 petugas laboratorium juga meninggalkan negara itu, menyebabkan persediaan obat-obatan dan kebutuhan medis menurun 90%!
3. Harga sepaket kebutuhan buat operasi sesar di Venezuela mencapai $100, itupun harus dibeli dari pasar gelap. Padahal upah minimum di sana cuma $6 atau sekitar Rp87.000!
4. Concepcion Palacios, RS ibu dan anak terbesar di ibukota Caracas, sudah nggak lagi punya bahan-bahan medis buat melakukan operasi; seperti cairan anestesi atau klorin
ADVERTISEMENTS
5. Akibatnya, banyak pasien terpaksa harus kembali karena nggak bisa ditangani. Padahal mungkin mereka sudah harus segera diobati. Sedih ya..
6. Wanita yang baru saja melahirkan di RS sering diminta membawa pulang sampah medisnya sendiri, mungkin misalnya perban, kain-kain bekas darah, dan lain-lain. Manajemen sampah medis aja jadi ikut berantakan lo
7. Kondisi di atas mendorong banyaknya wanita harus berjuang melahirkan di tempat-tempat yang tidak biasa. Awal November kemarin, seorang wanita dilaporkan melahirkan di bawah pohon, depan RS terbesar di Bolivar
8. Ada juga Yoli Cabeza, wanita 37 tahun yang berkali-kali ditolak RS karena terbatasnya fasilitas medis, padahal kehamilannya cukup berisiko. Akhirnya ia terpaksa melahirkan di koridor RS karena kontraksi yang makin menjadi-jadi
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
9. Lain lagi dengan Yusmari Vargas. RS yang ia datangi tutup, membuatnya bertahan berjam-jam di luar dengan kondisi menahan kontraksi. Tiba-tiba bayinya lahir dan jatuh ke lantai, Vargas kebingungan karena nggak tahu cara memotong tali pusat
ADVERTISEMENTS
10. Kondisi menyedihkan di atas mendorong angka kematian bayi yang meningkat 30% pada 2016
Dilaporkan Kementerian Kesehatan, sebanyak 11.466 bayi di atas 1 tahun meninggal akibat fasilitas dan tenaga medis yang nggak memadai.
Melihat realita di atas, agaknya kita harus bersyukur karena meski mungkin pelayanan kesehatan di Indonesia masih jauh dari kata sempurna, yang jelas fasilitas dan tenaga medis di sini masih melimpah. Sedih lo bayangin jadi penduduk Venezuela, selain harus bergelut dengan nyawa, mereka juga jadi banyak kehilangan calon-calon generasi masa depan. Akankah penduduk negara itu lambat laun akan punah? Entahlah…