Beberapa hari lalu, seorang model cantik asal Indonesia yang tinggal di Amerika Serikat, Dylan Sada, mengunggah video menggemparkan di akun Instagram pribadinya. Dengan kondisi muka lebam-lebam, lidah sobek, dan rambut yang sudah menipis tak beraturan, ia menceritakan kisah mengenaskan yang baru saja dialami. Dylan mengaku telah disiksa oleh pacarnya sendiri, rambutnya ditarik dan tubuhnya dilempar ke lantai sampai kepalanya memar dan harus CT Scan. Wajahnya dipukul menggunakan lutut dan siku sampai lebam dan lidahnya sobek.
Dylan bukan satu-satunya wanita yang telah mengalami kekerasan dalam hubungan. Di Hari Perempuan Internasional ini, Hipwee News & Feature ingin membeberkan pengakuan 9 wanita korban kekerasan lain, untuk menunjukkan bahwa ini adalah fakta pahit yang memang sering dialami banyak perempuan di luar sana. Sudah saatnya kita membuka mata lebar-lebar agar kasus serupa tak lagi terjadi. Simak kisahnya berikut ini…
1. Banyak orang memuji keberanian Dylan mengungkap perlakuan kasar pacarnya sendiri. Karena memang tidak semua perempuan korban kekerasan bisa berani sepertinya
“Kekerasan domestik terjadi dalam kehidupan nyata. Jika kamu mengalaminya, sekalipun itu kekerasan verbal, mohon tinggalkan dia. Saya bodoh, karena saya cinta dia, dan berpikir dia bisa berubah.”
2. Terkadang harus ada pihak ketiga yang membantu menyadarkan, supaya perempuan berani bangkit dan bersuara
3. Kekerasan dalam hubungan akan sulit dihentikan jika si pelaku tidak dilerai oleh keluarga, bahkan justru didukung. Perempuan mana yang tidak sakit jika berada di posisi ini?
4. Tak sedikit perempuan merasa yakin bisa mengubah kekasihnya yang suka main tangan. Padahal sifat temperamen susah dihilangkan jika memang sudah dibiasakan
“I’ve been what you’ve been through, I thought I could change him but I can’t. You aren’t alone in this. No matter how much we miss them, we must let ourself know that we are worthy of love.” – @indhirasarahadam.
5. Tak jarang meski perempuan sudah ingin memutuskan hubungan, lelaki malah mengancam yang tidak-tidak dan berlaku di luar akal
“…tapi kali ini dia ngegampar aku! Aku kaget dong digampar, jadi aku tenangin diri aku dulu. Terus aku bilang, ‘kamu lanjutin aja kalau enggak malu’. Eh malah beneran dilanjutin dan aku digampar bolak-balik pipi kanan-kiri, itu ada kali sekitar 3 atau 5 kali.” – Dian (nama samaran).
6. Seribu janji kerap dilontarkan, tapi perlakuan kasar tetap dilakukan. Pantaskah perempuan memaafkan?
“…He doesn’t deserve to be forgiven, BECAUSE HE WILL DO IT TO SOMEONE ELSE. I know you can’t handle that reality right now, but my abuser did the whole “I will be peaceful and get better” thing and gave another woman two black eyes 5 months later. What did this guy did, and where he is going something he brought upon himself, and he needs to KNOW that he is being WATCHED.” – @somef_ckingsketches.
7. Tapi setumpuk dendam tak akan mengubah keadaan. Yang bisa dilakukan perempuan adalah meninggalkan semuanya dan bangkit kembali
“…It happened to me too and I forgive him too. Then I am okay right now. Healing process is about to leave everything bad behind and move forward. It may hurt sometimes when you remembered this day just enjoy every step that you need to bring yourself back. Keep in faith and stay positive.” – @rianti1202.
8. Kekerasan dalam bentuk pelecehan seksual juga sering dialami perempuan. Biasanya dilakukan oleh orang-orang terdekat seperti kolega di kantor
9. Selain orang terdekat, kekerasan seksual juga biasa dilakukan orang asing di sekitar. Inilah kenapa wanita patut waspada kapanpun dan dimanapun
“…Setelah sampai di depan rumah, motornya berhenti. Saat aku akan turun tiba-tiba ia meremaas buah dadaku dan langsung kabur sambil tertawa. Bukan main shock-nya.”
10. Dampak dari kekerasan ini bisa berpengaruh ke kehidupan perempuan selanjutnya. Kalau tak diobati, luka itu tak akan bisa sembuh selamanya
“…Pertama, tubuhmu diperlakukan semena-mena dan kemudian pikiranmu tak bisa melupakannya dengan mudah.”
Perempuan ada di dunia tidak untuk diperlakukan semena-mena. Kebanyakan para lelaki pelaku kekerasan merasa berkuasa atas segala sesuatu, termasuk pasangannya sendiri. Padahal esensi membina hubungan dengan lawan jenis bukan untuk menjadi penguasa atas yang lain, melainkan untuk menjadi pasangan yang saling menghargai, menghormati, dan mengasihi satu sama lain. Stop melakukan kekerasan pada perempuan!