Demam K-Pop atau drama Korea memang sudah menyergap dunia, termasuk Indonesia. Tentunya hal tersebut berimbas positif pada pariwisata maupun nama Korea Selatan secara keseluruhan. Makin banyak orang yang ingin berkunjung dan bahkan bermimpi untuk bisa tinggal di sana. Cita-citanya sih ketemu bintang Korea, tapi kalaupun nggak ketemu paling nggak bisa melihat langsung tempat-tempat yang muncul di drama. Buat orang yang nggak suka Korea-Koreaan sekalipun, kunjungan ke Negeri Gingseng ini pasti bisa berkesan.
Terutama jika melihat kecanggihan teknologi yang bisa kamu temukan dalam keseharian orang-orang Korea Selatan. Soal teknologi ini, memang sudah diakui bahwa Korea Selatan sering beberapa langkah di depan banyak negara lain. Bahkan banyak orang menyebut ibukotanya Seoul sebagai ‘the city of tomorrow’. Bukan cuma teknologi skala besar macam museum robot atau mobil yang bisa berjalan sendiri, tapi bagaimana inovasi-inovasi kecil benar-benar bisa mempermudah kehidupan warga sehari-harinya.
Apa saja teknologi itu? Hipwee News & Feature sudah kumpulkan teknologi-teknologi kecil Korea Selatan yang bikin mupeng dan jadi pengen ke sana.
ADVERTISEMENTS
1. Hal pertama yang bakal kamu sadari jika berkunjung ke sana adalah banyak orang Korea Selatan sudah tidak lagi memegang kunci. Kebanyakan rumah di sana tidak butuh kunci
Kunci rumah mungkin sudah jadi barang langka di Korea Selatan. Kecuali mungkin rumah-rumah lama atau di pedesaan, hampir semua pintu rumah maupun apartemen tidak memiliki lubang kunci. Pintunya dilengkapi sistem kunci digital yang dibuka dengan kombinasi password. Ada juga sih kunci tapi biasanya hanya dipakai di situasi darurat maupun maintanance. Buat orang yang selalu lupa atau malas bawa kunci rumah, teknologi ini bakal berasa seperti surga. Tapi ya harus tetap harus ingat password, nanti kalau nggak bakal seperti Chun Song Yi di atas yang selalu kekunci di luar rumah sendiri.
ADVERTISEMENTS
2. Kalau kita biasanya bakal sibuk nyalain lampu begitu masuk rumah, warga Korsel tidak pernah harus gelap-gelapan. Biasanya setelah pintu terbuka, bakal ada lampu bersensor yang nyala otomatis
Teknologi ini juga mulai bisa ditemukan sih di Indonesia, tapi masih jarang. Kalau di Korea Selatan sana, mungkin sudah jadi standar di setiap gedung atau rumah. Di rumah lampu bersensor seperti ini biasanya ditemukan di area pintu masuk, tempat mereka melepas sepatu. Disamping tak perlu gelap-gelapan begitu sampai rumah, teknologi ini juga bermanfaat untuk menghemat listrik lho.
ADVERTISEMENTS
3. Sudah jadi rahasia umum kalau internet Korsel itu tercepat di dunia. Nah kalau di sana bukan cuma tiang listrik yang ada di jalanan, tapi juga banyak tiang wifi untuk memastikan tiap warganya dapat koneksi
Ternyata bukan internet Korea Selatan itu bukan jempolan masalah kecepatan saja, tapi juga ketersediaan. Terutama di Seoul. Hampir di setiap pelosok kota ini, kamu bisa menemukan jaringan wifi. Maksudnya bukan cuma wifi yang disediakan kafe, restoran, atau tempat umum seperti stasiun lho. Di tengah jalan pun kamu bisa menemukan jaringan wifi jika punya paket langganan. Bukan paket data lho, tapi wifi yang disediakan provider teleponmu dan tersebar di mana-mana. Jadi ya tidak perlu tanya password.Â
Maka dari itu sepertinya lebih susah menemukan tempat yang tidak ada wifi di Seoul, daripada sebaliknya. Tapi perlu diingat juga sih dampak buruk dari kehidupan yang serba terkoneksi macam Korsel ini. Kalau sekalinya jaringan terputus seperti ketika gempa bulan September 2016 lalu, masyarakat langsung panik. Wah susah juga ya…
ADVERTISEMENTS
4. Biar lebih efektif dan efisien, banyak restoran dan franchise kopi di Korea Selatan itu self service. Mereka juga tak perlu teriak-teriak panggil pelanggan untuk ambil makananya karena alat kecil ini
Kalau kamu suka berkunjung ke restoran atau kafe bertema Korea di sini, mungkin pernah melihat benda kecil ini. Nah benda inilah yang memungkinkan kafe-kafe di Korsel biasanya self service alias pelanggan tidak perlu diladeni. Pembeli memesan, mengambil, dan membersihkan makanannya sendiri. Pegawai juga tak perlu berteriak, pesanan nomor 12 sudah jadi. Setelah membayar pesanan, pembeli akan diberi satu alat ini. Jika alat sudah menyala, pembeli bisa berjalan sendiri mengambil makanan. Setelah selesai, pembeli juga diharapkan mengembalikan nampan dan peralatan makan ke area yang sudah disediakan.
Dengan sistem ini, para pegawai jarang sekali harus keluar counter mereka. Jumlah pegawai pun bisa ditekan hingga minimal. Tidak jarang 1 pegawai sudah cukup meng-handle sebuah kafe dengan nyaman karena teknologi sederhana ini.
ADVERTISEMENTS
5. Benda ini juga merupakan pemandangan umum di kebanyakan restoran di sana. Bukan cuma tempat penyimpanan gelas lho, tapi sekaligus mensterilisasi gelas-gelas itu dari kuman
Restoran atau kafe dengan sistem self service memang banyak ditemui di Korea Selatan. Banyak restoran juga menyediakan air minum gratis, tapi tentu saja para pembeli harus mengambilnya sendiri. Nah biasanya gelas akan disimpan di tempat-tempat penyimpanan berlampu biru seperti ini. Eitss itu lampunya bukan biru karena pemilik restoran suka warna biru lho. Itu sinar Ultra Violet (UV) yang gunanya mensterilkan gelas dan peralatan makan yang disimpan di sana. Bukan cuma untuk menyimpan gelas saja, kotak penyimpanan sikat gigi yang terdapat di rumah biasanya juga sudah dilengkapi teknologi ini.
ADVERTISEMENTS
6. Nah apakah kamu sering lihat kereta belanja berserakan di depan toko atau area parkir, karena tidak dikembalikan setelah dipakai? Korea Selatan punya teknologi sederhana untuk atasi itu
Kamu butuh uang logam 100 won (Rp1000) untuk bisa menggunakan shopping cart di kebanyakan toko atau pusat perbelanjaan di Korea Selatan. Wah kok pakai bayar segala? Tenang saja, uangmu akan kembali kok jika kamu mengembalikan kereta belanja itu ke tempatnya semula. Jadi rentetan shopping cart di depan toko itu memang biasanya akan terantai rapi. Tiap shopping cart dilengkapi dengan sistem kunci mirip kunci sepeda yang bisa dibuka dengan memasukan uang 100 won.
Setelah dipakai, kembalikan saja kereta tersebut ke tempat semula untuk dirantai kembali. Uangmu pun akan kembali. Jika ditinggalkan di tengah jalan, ya berarti kamu akan kehilangan 100 won. Teknologi sederhana ini juga digunakan di loker-loker umum yang banyak ditemukan di stasiun atau tempat wisata. Selain praktis banget, teknologi ini juga membangun kultur yang bagus di masyarakat.
7. Males banget kemana-mana bawa payung basah? Di Korea Selatan itu bukan masalah karena ada dispenser plastik khusus payung di banyak tempat
Wah negara tropis macam Indonesia sebenarnya butuh banget nih teknologi macam ini. Meski tahu mau hujan, banyak orang yang tetap malas membawa payung ke mana-mana. Meski di jalan tidak kehujanan tapi begitu sampai tempat tujuan, kamu pasti suka bingung harus membawa payung basah ke mana-mana. Ditaruh di depan pintu, takut diambil orang. Sepele sih. Namun alangkah senangnya kalau masalah sepele ini ada solusinya. Di Korea Selatan, sudah banyak tersedia dispenser bungkus plastik khusus payung seperti gambar di atas itu. Tinggal masukin aja payungmu ke salah satu lubang sesuai panjangnya. Dalam hitungan detik, payungmu akan terbungkus rapi sehingga bekas air tidak menetes ke mana-mana dan bisa dibawa dengan nyaman.
8. Meski sudah menjamur di mana-mana tapi ‘olshop’ Korsel levelnya sudah jauh berbeda. Kalau ketemu banyak gambar makanan di subway atau jalanan, mungkin itu bukan poster lho tapi toko virtual
Korea dikenal sebagai negara yang mobilitasnya sangat tinggi. Kebanyakan orang Korea terlalu sibuk untuk pergi belanja. Karena itulah, teknologi Virtual Stores diciptakan untuk mereka yang tak punya waktu beli kebutuhan sehari-hari. Cara kerja toko virtual adalah dengan memajang barang-barang di tempat umum seperti stasiun, halte, dan subway. Orang yang ingin belanja, tinggal download aplikasi pendukung di smartphone, kemudian meng-scan ‘QR codes’ barang yang diinginkan. Setelah pembayaran selesai, barang akan diantar di hari yang sama. Jika membeli ketika sedang menunggu kereta pagi, pembeli bisa mendapatkan kebutuhannya tepat sepulang kerja. Wah praktis banget ya!
Bukan kapan manusia bisa mendarat di Mars atau bisa terbang, justru inovasi-inovasi kecil seperti inilah yang benar-benar memiliki dampak dalam kehidupan kita. Disamping skill membuat teknologi itu, sebenarnya yang lebih penting adalan sense atau kepekaan untuk mengetahui teknologi seperti apa yang dibutuhkan masyarakat. Teknologi boleh saja sederhana, tapi kalau tepat guna pastilah manfaatnya besar. Makanya bukan berarti kita harus mencontoh atau menjiplak teknologi-teknologi di atas, tapi ayo pikirkan bersama teknologi seperti apa yang memang dibutuhkan oleh rakyat Indonesia.