Apa kamu membaca artikel ini menggunakan smartphone dalam genggaman tanganmu? Kita sudah terlalu biasa mengandalkan alat komunikasi itu dalam berbagai situasi. Dari bertukar pesan dengan teman yang jauh di sana, memesan ojek online, atau sekadar bermain game untuk membunuh kebosanan. Bahkan tidak sedikit orang yang tanpa tujuan ‘sok sibuk’ dengan handphone-nya, demi menghindari situasi awkward. Sekarang coba bayangkan bagaimana kalau perangkatmu yang serba canggih itu tiba-tiba menghilang.
Seorang fotografer bernama Eric Pickersgill berusaha menangkap hal tersebut melalui karya fotonya yang berjudul ‘Removed‘. Dengan ‘menghapus’ handphone atau gagdet, serangkaian foto ini mencoba menggambarkan betapa aneh dan kosongnya interaksi manusia di zaman modern. Sebagaimana dilansir QUARTZ, karya Pickersgill ini mungkin bisa mengingatkan kita untuk sejenak meletakkan smartphone dan memulai obrolan mendalam dengan orang di sampingmu.
ADVERTISEMENTS
Foto-foto gaya candid ini pastinya banyak kamu temui di kehidupan sehari-hari. Tapi lihat saja betapa anehnya pose ini tanpa kehadiran smartphoneÂ
ADVERTISEMENTS
Usia pengenalan gadget juga makin hari makin muda. Ketika anak usia sekolah sudah disibukkan dengan aktivitas online, skill mereka untuk berinteraksi di dunia nyata makin berkurang
ADVERTISEMENTS
Larangan atau pembatasan oleh orangtua seringkali terbukti tidak efektif. Masalahnya, anak-anak selalu bisa melihat sendiri ketergantungan orang dewasa dengan segala peralatan elektronik
ADVERTISEMENTS
Waktu privat yang seharusnya dihabiskan dengan keluarga, juga sudah terkikis maknanya. Meski sering berkumpul dan makan bersama, belum tentu kedekatan terjaga
ADVERTISEMENTS
Apapun situasinya, fotografer ini berhasil menangkap betapa hampanya kehidupan manusia tanpa gadget. Padahal hanya menghilangkan satu ‘barang’ kecil, namun efeknya luar biasa
ADVERTISEMENTS
Setengah dari populasi dunia yang sekitar 7 milyar ini, merupakan pengguna internet aktif. Dari 738 juta pengguna di tahun 2000, pada tahun 2015 jumlah tersebut sudah mencapai 3.2 milyar
Meski arus kemajuan teknologi tak bisa dilarang, tapi penting artinya untuk tetap bisa mencari keseimbangan antara kehidupan online dan offlineÂ
Memang dunia makin terhubung sehingga segala urusan jadi makin cepat dan praktis, tapi pikirkanlah dampaknya terhadap kualitas hubungan antar manusia yang mungkin terancam
Tiap generasi memang memiliki kekhawatirannya masing-masing. Jika generasi kakek-nenek kita masih harus bertaruh nyawa demi kemerdekaan negara yang masih dijajah, generasi sekarang justru seringkali memilih tidak menggunakan hak pilihnya. Jika generasi orangtua kita masih harus ke kantor pos untuk mengirim surat cinta, kita lebih pusing ketika chat jelas-jelas sudah dibaca tapi belum dibalas. Di hadapan revolusi industri ketiga yang berbasis teknologi informasi, perilaku generasi kita saat ini akan membentuk arah kehidupan generasi selanjutnya. Ya kalau ke depannya manusia makin tergantung dengan segala kenyamanan komunikasi lewat layar sentuh, bukan tidak mungkin di masa depan kehidupan kita akan sepenuhnya online.Â