Jangan Terlena dengan Kemajuan Zaman. Tanpa Disadari, 7 Skill Manusia Ini Hilang Dimakan Teknologi

Karena teknologi, kita tak perlu lagi harus menempuh perjalanan berhari-hari dengan kuda ataupun jalan kaki untuk menemui saudara yang rumahnya di luar kota. Kita juga tidak harus menulis surat panjang lebar dan mengirimkannya via kantor pos untuk saling bertanya kabar. Tak bisa dipungkiri, teknologi memang sangat memudahkan.

Namun tanpa kita sadari, kemajuan teknologi juga mengikis banyak skill yang dulu kita miliki. Segala sesuatu yang dulu kita lakukan dengan manual, sekarang bisa dibantu dengan alat-alat yang praktis. Nah, kira-kira skill-skill inilah yang dulu kita miliki sebelum dimanjakan oleh majunya teknologi.

ADVERTISEMENTS

1. Kita jadi terbiasa ngobrol via jempol. Seiring skill komunikasi yang terkikis, kegiatan bersosialisasi pun tak diperlukan lagi

ngobrol cukup dengan jempol

Ngobrol cukup dengan jempol via www.directexpose.com

Teknologi memang memudahkan komunikasi. Tak perlu lagi jauh-jauh datang atau berlama-lama menunggu balasan telegram yang harganya mahal. Sosialisasi juga tak perlu tatap muka. Tinggal ketik dan send, maka pesan akan terkirim di saat bersamaan. Padahal jika ngobrol secara langsung dengan orang lain, tanpa disadari kamu sedang melatih skill menguasai ekspresi dan emosi. Kemampuan mengatur gestur tubuh, membaca situasi, sekaligus membiasakan diri untuk berani bicara di hadapan orang banyak. Skill inilah yang dikikis oleh teknologi. Karena dengan komunikasi via jempol, tentu hal-hal tadi tak perlu jadi persoalan lagi.

ADVERTISEMENTS

2. Karena sudah banyak aplikasi online untuk mencari alamat, kebanyakan dari kita pasti sudah jarang membaca peta beneran. Masih bisa nggak ya menentukan arah utara atau selatan

Tak perlu lagi bisa baca peta

Tak perlu lagi bisa baca peta via www.pogu.co.uk

Kalau dulu, baca peta itu lumayan sulit dan termasuk skill yang bisa dibanggakan. Apalagi ada stigma bahwa cewek biasanya tak bisa baca peta. Tapi sekarang untuk mencari arah tak lagi harus punya skill membaca peta yang mumpuni. Banyak aplikasi peta online yang bisa memandumu dengan rinci, kapan kamu harus belok kanan dan kapan harus belok kiri. Bila simbol panah-panah itu tak cukup, ada juga aplikasi yang memberikan fitur suara.  Jadi selagi kamu mencari arah, ada orang yang terus-menerus memberi tahu ke mana kamu harus pergi. Tapi kalau sedang tidak ada wifi dan paket data habis, bisa-bisa kamu tersesat melulu kalau tidak bisa baca peta kertas tradisional.

ADVERTISEMENTS

3. Dulu kemampuan matematikamu cukup lumayanlah. Sekarang ngitung total makan siang aja harus pakai kalkulator. Ya nggak?

kemampuan berhitung juga berkurang

Kemampuan berhitung juga berkurang via thebirchstore.blogspot.co.id

Masih ingatkah kamu dulu teknik menghitung dengan sempoa? Bila kamu sudah expert, kamu bisa memproses matematika dalam kepala dengan waktu yang singkat. Tentu ini akan sangat berguna saat kamu belanja atau membeli sesuatu. Tapi dengan hadirnya kalkulator, kenapa harus susah-susah menghitung sendiri? Mulai dari operasi sederhana seperti tambah, kali, kurang, dan bagi, hingga operasi yang sulit dengan rumus trigonometri, tinggal pakai kalkulator. Kalaupun dulu malas bawa kalkulator kemana-mana, sekarang tiap HP pasti dilengkapi fitur kalkulator. Kecuali kalau sedang sekolah atau jadi bendahara kantor, pastinya kamu sudah jarang sekali hitung-hitungan pakai kertas.

ADVERTISEMENTS

4. Saat masih zamannya telepon rumah, kamu hafal nomor semua temanmu. Sekarang, jangan-jangan nomormu sendiri pun kamu tak hafal?

Dulu nomor telepon teman sekelas bisa dihafal

Dulu nomor telepon teman sekelas bisa dihafal via www.tumblr.com

Selain kemampuan matematika, teknologi juga mengikis kemampuan mengingat sedikit demi sedikit. Dengan menu phonebook dan history call otomatis, kamu tak perlu menghafal nomor telepon temanmu. Lalu dengan menu alarm dan reminder, kamu juga tak perlu mengingat-ingat tanggal ulang tahun orang-orang spesialmu. Saat mengatur janji temu dengan seseorang, tinggal dicatat di kalender, dan biarkan mesin yang mengingatnya. Beda dengan dulu saat masih kanak-kanak, kamu pasti hafal nomor telepon rumah teman-teman sekelas. Begitulah teknologi. Membantumu mengingat, sekaligus mengikis kemampuan mengingatmu.

ADVERTISEMENTS

5. Saat smartphone sudah dilengkapi dengan fitur autocorrect, maka kamu tak perlu lagi belajar KBBI. Mungkin suatu hari nanti kita tak perlu paham bahasa lagi

masih ada yang sering nulis tangan?

Masih ada yang sering nulis tangan? via quebec.huffingtonpost.ca

Yang sudah jelas, teknologi mengikis kemampuanmu menulis dengan jari alias manual. Coba sekarang ambil kertas dan tuliskan satu kalimat. Keren bila tulisanmu masih bagus dan jari-jarimu tidak terasa kaku. Laptop, ipad, tablet, hingga smartphone bisa menjadi catatan yang lebih rapi dan mudah dibaca. Padahal saat menulis dengan tangan, bukan hanya coretan tanganmu yang penting, tapi juga bagaimana kamu menghafal ejaan dan struktur bahasa Indonesia. Sementara dengan benda-benda tadi, kamu bisa mengandalkan fitur autocorrect untuk secara otomatis membenarkan ejaanmu yang salah. Belajar kaidah bahasa jadi tak penting lagi.

ADVERTISEMENTS

6. Asal ada kata ‘sebarkan’ atau ‘share demi orang-orang tersayang’, kamu jadi percaya saja apapun di media sosial. Baca buku atau nonton berita tak perlu lagi dilakukan

Malas untuk cari tahu lebih lanjut

Malas untuk cari tahu lebih lanjut via rebloggy.com

Nah, ini yang paling berbahaya. Teknologi yang seharusnya mempermudah akses kita untuk mendapat informasi, nyatanya justru menjadi bumerang dan meningkatkan kemalasan untuk mencari informasi yang benar. Terutama di media sosial, info-info yang benar dan sesat bercampur dan harus dipilah-pilah dahulu agar tidak terjebak hoax. Sayangnya banyak yang terlalu malas untuk mencari fakta dan memutuskan untuk percaya saja karena ada kalimat ‘sebarkan’ atau ‘like = masuk surga’. Kemudahan informasi yang seharusnya membuat kita lebih kritis, justru memadamkan semangat untuk mencari tahu.

7. Ke mana-mana naik ojek, beli ini dan itu delivery. Kasihan kakimu yang jadi jarang digunakan untuk jalan lagi

Jalan kaki semakin jarang dilakukan

Jalan kaki semakin jarang dilakukan via rebloggy.com

Teknologi memang membuat hidup lebih praktis. Kini untuk membeli segala sesuatu bisa dilakukan dari atas kasur tanpa perlu beranjak ke mana-mana. Pesanan akan datang sendiri sampai ke depan pintu. Malas keluar untuk cari makan, tinggal pakai menu delivery. Hendak pergi ke suatu tempat, tinggal pakai layanan transportasi online yang bisa menjemput dan mengantarmu hingga sampai depan rumah. Kalau kamu tidak rajin meluangkan waktu untuk olahraga, kakimu yang jarang digunakan untuk berjalan itu bisa berbahaya untuk kesehatanmu.

Teknologi memang diciptakan untuk memudahkan kehidupan manusia. Dengan begitu, waktu 24 jam bisa digunakan dengan lebih produktif dan menghasilkan sesuatu. Namun bila tidak bijak-bijak menggunakannya, bisa saja teknologi justru bisa menyesatkan. Dan barangkali di tengah gempuran teknologi, ada skill-skill yang tidak seharusnya dihilangkan begitu saja.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penikmat kopi dan aktivis imajinasi

CLOSE