Hidup di era digital memang memberikan kita banyak kemudahan. Selain banyak pekerjaan remeh temeh yang kini bisa tergantikan oleh berbagai teknologi canggih, banyak juga ide-ide gawai hits yang mengubah pola interaksi dalam masyarakat. Sebut saja fenomena hidup di media sosial yang kini seolah terasa lebih penting dan real daripada kehidupan nyata itu sendiri. Selain kemajuan teknologi, meningkatnya kehidupan di berbagai aspek pun mendorong banyak orang untuk lebih percaya diri dan lebih nyaman dalam kesendirian dengan beraktivitas secara independen.
Nah, salah satu fenomena menarik dari Korea Selatan yang kini mulai merebak adalah fenomena Honjok. Eh, apa tuh? Honjok merupakan istilah yang merujuk pada sekelompok orang yang lebih suka beraktivitas sendirian, tanpa harus ditemani teman atau pasangan. Sekilas terlihat aneh ya? Namun bagi mereka yang memiliki sifat introvert yang dominan, honjok merupakan hal biasa dan lebih nyaman karena nggak mengharuskan seseorang berinteraksi (atau berbasa basi) dengan orang lain. Simak ulasannya dalam artikel News dan Feature kali ini yuk!
ADVERTISEMENTS
1. Fenomena Honjok memang bukan hal yang terlalu baru di Asia, karena sebelumnya di Jepang fenomena semacam ini sudah lebih dulu jadi isu sosial di masyarakat
Jika di Korea, fenomena melakukan aktivitas dengan kecenderungan menarik diri dari interaksi sosial dikenal dengan istilah ‘honjok’, maka kebiasaan tersebut dikenal istilah hikikomori di Jepang. Kencenderungan sifat introvert seseorang yang cukup ekstrem ini pun semakin didukung oleh sejumlah tempat makan dan area publik yang menyediakan spot-spot untuk beraktivitas sendiri dengan lebih nyaman. Misalnya nih, ada tempat makan yang menyediakan bilik-bilik makan sendiri di Jepang atau Korea. Ya biar nggak bingung lagi harus bagaimana pas makan di tempat umum.
ADVERTISEMENTS
1. Jika ditelaah dari kata honjok-nya sendiri, ‘hon‘ memiliki makna ‘sendirian’ dan ‘jok‘ memiliki makna ‘suku’ atau bisa disebut juga ‘komunitas’
Dilansir dari CNN, istilah honjok ini lebih merujuk pada generasi yang lebih merasa nyaman dalam kesendirian dan aktivitas independen, merefleksikan peningkatan jumlah orang-orang yang lebih memilih hidup melajang dan lepas dari urusan percintaan, pernikahan dan mengurus keluarga.
ADVERTISEMENTS
3. Honjok merupakan satu istilah yang membawahi kebiasaan menyendiri seperti kebiasaan makan sendirian yang juga jadi istilah populer, honbab (hon, sendiri- bab, nasi)
Dulu, mereka yang pergi makan sendiri di kedai atau restoran mungkin akan dianggap orang yang kesepian dan bahkan aneh. Namun, seiring kemajuan zaman, makan sendirian sudah jadi hal yang lumrah. Sejumlah rumah makan bahkan kini banyak lho yang menyediakan fasilitas makan sendirian seperti ini. Mejanya dibuat bilik atau menghadap dinding, alat grill-nya dikondisikan untuk satu orang pelanggan saja. Serunya, kadang bahkan ada lho yang menyediakan televisi sendiri juga!
ADVERTISEMENTS
4. Selain honbab, ada juga istilah honsul (hon, sendiri – sul, alkohol) yang cukup sering dilalukan warga Korea untuk melepas stres dan kepenatan, seperti honsul atau minum-minum sendiri
Minum-minum pun tak lagi harus ditemani. Kadang seseorang hanya ingin menikmati waktunya sendiri tanpa harus ngobrol atau basa-basi. Minum-minum sendiri kini sudah jadi hal yang biasa di Korea Selatan.
ADVERTISEMENTS
5. Tak berhenti di situ, bahkan ada lho istilah honnol, (hon, sendiri – nol, bermain atau bersenang-senang). Intinya sih melakukan aktivitas ‘me time‘ sendiri secara eksklusif tanpa harus sibuk berinteraksi dengan orang lain
Nggak selamanya bersenang-senang harus ada teman. Bagi mereka yang punya tingkat kesibukan super tinggi, punya waktu sendiri alias me time adalah suatu kemewahan. Nggak heran kini semakin banyak tempat yang mengakomodasi honnol atau bersenang-senang sendiri, seperti manhwa kafe atau kafe tempat rental komik. Nggak sekadar bisa duduk santai, kamu bahkan bisa gegoleran santai sambil membaca dan minum kopi di bilik khusus lho! Saking banyaknya peminat ‘bersenang-senang sendiri’ sampai banyak juga bermunculan reality show tentang beraktivitas sendiri lho.
ADVERTISEMENTS
6. Tak berhenti sampai di situ, fenomena honheng (hon, sendirian – yoheng, liburan) pun makin populer di Korea Selatan. Bepergian untuk berlibut sendiri kini mulai jadi hal biasa dan lumrah di sana
Banyak lho agen travel yang memberikan paket dan manual khusus buat mereka yang ingin bepergian sendirian. Yang suka ribet kalau harus liburan beramai-ramai, paket semacam ini pasti bakal sangat membantu. Bahkan pergi camping sendirian sudah mulai jadi hal biasa di Korea.
7. Istilah hon yonghwa (hon, sendiri – yonghwa, nonton) pun kerap digunakan untuk menggambarkan situasi dimana seseorang nonton sendirian, tanpa teman yang menemani
Nggak perlu merasa awkward lagi kalau kamu sedang ingin menonton film di bioskop sendirian. Selain sudah jadi hal yang biasa, kini disediakan banyak kursi tak berpasangan khusus bagi yang nonton sendirian.
8. Faktor latar belakang keluarga turut jadi pemicu, merebaknya isu honjok di masyarakat Korea
Pada tahun 2016 saja ada sekitar 5 juta penduduk lajang di Korea, yang terhitung sebagai 28% bagian dari populasi berdasarkan data dari Korean Statistical Information Service. Menurut Michael Breen, penulis buku “The New Koreans: The Story of a Nation, perkembangan semacam ini merupakan kejanggalan yang nyata pada sejarah tradisi di masyarakat Korea yang sejak dulu terbiasa hidup komunal. Semakin meningkatnya kesadaran untuk lebih menikmati waktu sendiri, dengan uang hasil kerja keras sendiri juga turut menjadi pemicu makin tingginya peminat honjok lho.
Ya, seiring tuntutan zaman, kurangnya waktu untuk sendiri, banyaknya kemudahan yang ditawarkan teknologi mendorong semakin banyak orang, terutama mereka yang memiliki sifat introvert untuk lebih banyak menghabiskan waktu sendiri. Nggak salah sih untuk punya waktu sendiri, selama dalam batas wajar dan nggak sampai memutuskan interaksi dengan lingkungan sekitar. Nah, kalau di Indonesia sih fenomena semacam honjok ini mungkin masih belum begitu populer ya. Tapi nggak menutup kemungkinan, suatu hari nanti gawai dan kesendirian jauh lebih seru daripada harus kumpul beramai-ramai dengan rekan atau teman di dunia nyata. Siapa tahu, ‘kan?