Mendidik anak memang jadi PR yang begitu besar untuk orang tua dan para calon orang tua. Tentunya, semua pasti ingin mendidik anak dengan cara terbaik. Apalagi pada masa ini, teknologi dan kehidupan sosial yang makin tak amasuk akal seakan mengancam para generasi baru untuk tumbuh menjadi pribadi dengan nilai-nilai yang lebih baik. Oleh karena itu, banyak orang tua yang kemudian mencari cara terbaik agar sang anak tidak terbawa arus perubahan zaman.
Termasuk para konglomerat IT yang juga mengalami masa-masa mendidik anak. Kira-kira cara seeprti apa sih yang dipilih para jenius IT nan kaya raya untuk mendidik anak? Kontras dengan profesi orang tuanya, beberapa bahkan memilih menjauhkan mereka dari gawai dan teknologi. Dilansir melalui Brightside, ini dia cara-cara unik konglomerat dalam mendidik anak. Yuk simak uraian Hipwee News and Feature berikut!
ADVERTISEMENTS
Bill Gates, penggagas Microsoft ini tidak mengijinkan ketiga anaknya pakai gawai sebelum usia 14 tahun
Alih-alih mengajari soal pengoperasion komputer dan perangkat lunak sejak dini, Bill Gates justru mendidik anak-anaknya untuk tidak menggunakan gawai sebelum usia 14. Gawai hanya boleh digunakan untuk berkomuniaksi dengan teman atau saat dibutuhkan untuk membantu pekerjaan rumah. Sangat dilarang bagi anak-anak Gates untuk bermain gawai saat makan apalagi sebelum tidur. Hmmm… mungkin sang ayah sudah paham betul dampak negatif dari keranjingan gawai ya guys!
ADVERTISEMENTS
Senada dengan Bill Gates, CEO 3D Robotics dan Drone Chris Anderson menjauhkan anak-anak dari ponsel pintar
Anak-anak Chris Anderson dididik untuk tidak memiliki ketergantungan terhadap ponsel pintar. Sebisa mungkin, sang orang tua meminimalisir penggunaan ponsel dan laptop pada anak mereka. Meski anak-anak Anderson protes, ia tetap menerapkan hal ini. Alasannya simpel, ia tidak ingin anaknya melihat konten-konten erotis dan berbau kekerasan yang tersebar luas di internet. Dari pada mengontrol internet yang makin nggak karuan, mungkin para orang tua Indonesia lebih baik untuk meniru langkah Anderson untuk melakukan upaya preventif ini ya, sebisa mungkin jangan gunakan gawai untuk ‘menyenangkan’ anak.
ADVERTISEMENTS
Kalau Dick Costolo, mantan CEO Twitter ini memperbolehkan anaknya main gawai, tapi…
Lain lagi dengan Dick Costolo. Ia memperbolehkan sang anak main gawai sepuasnya. Baik itu ponsel pintar maupun laptop. Namun ia memberikan batasan penggunaan gawai ini hanya di ruang keluarga saja, di luar ruang keluarga, anak-anak harus meninggalkan gawai mereka. Hal ini dilakukan agar anak tidak terbiasa melihat gawai sebelum tidur, bangun tidur, ketika makan, dan ketika belajar. Ide bagus yang bisa diterapkan juga nih. Biar anak belajar disiplin dan tidak dibiasakan menatap layar seharian.
ADVERTISEMENTS
Alex Constantinople, dari Outcast Agency justru lebih ‘galak’ lagi dalam penggunaan gawai
CEO partner bisnis IT terbesar sedunia ini malah lebih disiplin lagi dalam penggunaan gawai untuk anaknya. Anak tertua dibatasi 30 menit untuk mengakses gawai dalam sehari. Sedangkan adiknya justru hanya boleh mengakses gawainya pada akhir minggu saat libur sekolah. Wah, ketat juga ya aturannya.
ADVERTISEMENTS
Penggagas Twitter dan Pyra Labs, Evan Williams lebih memilih membelikan buku daripada iPad untuk kedua anaknya
Kedua anak Evan Williams sama sekali tidak pernah dibelikan iPad oleh orang tuanya. Kalau yang lain punya gawai namun diberikan akses terbatas, keluarga ini bahkan nggak membelikan gawainya. Dibandingkan gawai, Evan lebih memilih buku. Rak-rak di rumah Evan dipenuhi buku-buku yang berguna untuk anaknya. Dari buku tersebutlah kedua anak Evan mendapatkan informasi dan pembelajaran.
ADVERTISEMENTS
Siapa yang nggak kenal dengan mendiang Steve Jobs? Sosok utama Apple ini malah nggak pernah memberikan anaknya iPhone keluaran terbaru yang jadi buruan orang-orang sedunia
Mungkin sebagian besar orang akan berpikir: wah enak ya jadi anaknya Steve Jobs, kalau mau iPhone keluaran terbaru nggak perlu antri dan ngecamp di depan Apple store. Nyatanya pemikiran itu salah besar. Anak-anak Jobs justru dibatasi dalam penggunaan gawainya. Bahkan mereka tidak memiliki iPad. Jobs ingin anak-anaknya lebih memaknai percakapan real-life tanpa gawai. Keluarga ini sangat senang menghabiskan waktu sore dengan bercakap-cakap di sore hari dan ketika makan malam. Wah jadi quality time ya!
Kesimpulannya adalah, meski keenam tokoh di atas bekerja di dunia IT dan teknologi, nyatanya tak ada satu pun yang menganggap bahwa gawai itu bagus untuk anak-anak. Sangat kontras dengan orang tua zaman now yang seringnya meredakan tangisan anak dengan gawai. Hmmm, setujukah kalian dengan cara mendidik para pesohor di atas?