Jika kembali menengok fenomena apa saja yang terjadi selama 2017, tren bermunculnya ‘PErebut LAki ORang’ atau ‘pelakor‘ tampaknya mendominasi pembicaraan netizen sepanjang tahun kemarin. Bukan cuma masalah rumah tangga artis saja, herannya perselingkuhan netizen biasa pun bisa viral dan jadi bahan pergunjingan se-indonesia.
Dari suami yang direbut sahabat sendiri, anak SMA, sampai selingkuhan yang minta restu ke istri sah, kita kini tampaknya begitu akrab dengan berbagai kisah penghancur rumah tangga orang. Ya bagaimana lagi saking viralnya pembahasan soal pelakor di media sosial, timeline-mu kayaknya sulit deh 100% bersih dari update-an pelakor. Padahal perselingkuhan jelas bukan persoalan baru, dulu juga ada ‘Wanita Idaman Lain’ (WIL) dan ‘Pria Idaman Lain’ (PIL).
Namun, kayaknya kita baru terobsesi ‘memburu’ para pelakor beberapa tahun belakangan ini. Itupun spesifik hanya yang merebut lelaki orang. Bukan bermaksud menyalahkan, membenarkan, atau menghakimi yang sekadar ikut ‘berburu’ dan berkomentar, cuma ingin memahami fenomena pelakor lebih dalam aja sih. Kalian penasaran juga nggak sih? Yuk kupas bareng Hipwee News & Feature! #PelakorKenaLakinyaMana
ADVERTISEMENTS
1. Kalau dibandingkan pria, wanita itu cenderung lebih suka curhat. Media sosial jadi salah satu platform yang bisa memfasilitasi mereka untuk mengungkapkan isi hatinya
Cewek itu apa-apa diceritakan, mau seaib apapun masalahnya. Apalagi sama teman sesama cewek. Menurut Anna Margaretha, psikolog klinis dewasa, kebanyakan cewek akan merasa lebih lega setelah mencurahkan isi hatinya kepada orang lain dan mendapat respon emosi positif yang sesuai dengan apa yang dirasakan.
Seiring perkembangan zaman, yang dulunya orang curhat cuma bisa langsung atau lewat telepon, sekarang ada media sosial yang menawarkan platform lain buat mereka curcol. Bedanya, di medsos mereka lebih bisa memperoleh dukungan lebih luas.
ADVERTISEMENTS
2. Selain jadi tempat curhat, media sosial juga jadi tempat yang dianggap tepat bagi korban selingkuhan untuk mengungkap identitas perempuan yang diduga merebut pasangannya. Biar kapok kali ya…
Mungkin saking kesalnya, ya udah, sekalian aja disebarluaskan identitasnya, biar makin banyak orang tahu kalau itu cewek yang menghancurkan rumah tangganya. Karena yang lebih sering curhat adalah cewek jadi warganet yang ikut ‘nimbrung’ kebanyakan juga cewek. Masuk akal sih kalau kemudian mereka berbondong-bondong mendukung si tukang curhat dan turut menghardik si pelakor. Hmm…
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
3. Belum lagi kalau berdasarkan penelitian, pengguna internet di Indonesia memang didominasi oleh wanita. Jadi, wajar kalau pengguna media sosial lebih banyak ceweknya dibanding cowok
Sadarkah kamu kalau pengguna internet didominasi wanita? Ini berdasarkan survei yang dilakukan
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
4. Dulu orang tahunya ya Wanita Idaman Lain (WIL) dan Pria Idaman Lain (PIL) sebagai padanannya. Mungkin karena pengguna medsos lebih banyak cewek, akhirnya pelakor yang jadi lebih banyak disebut dan dipersalahkan
Meski baru belakangan ini pelakor banyak disebut, tapi sebutan untuk wanita selingkuhan sebenarnya udah ada dari lama. Ingat ‘kan lagu Evie Tamala yang judulnya ‘Wanita Idaman Lain’? Istilah itu sempat beberapa tahun digunakan untuk menyebut wanita selingkuhan, dengan cara lebih “sopan”. Selain WIL, PIL atau Pria Idaman Lain juga ikut populer. Membuat keduanya seolah setara, sama-sama perlu dibahas, bahkan dipersalahkan.
Akan tetapi kalau sekarang, apa coba padanan kata pelakor yang bisa dipakai untuk menyebut lelaki selingkuhan? Pebinor (PErebut BINi ORang)? Ah, kayaknya nggak sepopuler pelakor deh. Ini jelas suatu bentuk ketidakadilan yang nggak bisa dibiarkan terus menerus! Pelakor emang salah, tapi dia bukan pihak yang sepenuhnya patut dihujat…
5. Apalagi dengan menjamurnya akun-akun gosip di medsos seperti Instagram, kisah pelakor yang terbukti populer seringkali jadi bahan berita
Belum lagi akun-akun gosip perlambean yang hampir pasti adminnya ya cewek. Soalnya setiap ada isu perselingkuhan, sebutan pelakor selalu digembor-gemborkan. Bodo amat deh sama cerita di baliknya gimana, yang penting pelakornya dibully dan dihujat habis-habisan.
6. Bisa jadi karena kebetulan bertepatan dengan rilisnya film The Conjuring 2, sebutan ‘pelakor’ yang mirip tokoh hantu menyeramkan Valak – jadi makin populer. Valak = valakor = pelakor. Hmm…
Waktu istilah pelakor belum banyak dipakai kayak sekarang, muncul film The Conjuring 2. Apa yang paling diingat dari film itu? Ya setannya, alias si Valak itu. Dari sana orang jadi menghubung-hubungkan, dari Valak ke Valakor, dari Valakor ke Palakor. Ya ya… orang Indonesia emang kelewat kreatif!
7. Saking banyak disebut, tahun 2017 banyak dibilang sebagai tahunnya pelakor. Ya sekilas emang seru ikut “berburu” pelakor di media sosial. Akan tetapi coba dipikir lagi, apa faedahnya coba??
Saking banyaknya isu perselingkuhan yang mencatut nama pelakor muncul di media, tahun 2017 sampai dinobatkan jadi tahunnya pelakor. Wow! Sekilas emang seru sih mengikuti perkembangan palakor-palakor Indonesia, apalagi kalau sampai bisa ikut mengungkap identitasnya, tapi ya apa gunanya sobat?? Jelas-jelas nggak ada faedahnya. Mungkin banyak yang berdalih cuma sebagai hiburan semata. Ealah, emangnya udah nggak ada hiburan lain yang lebih bermanfaat?
Kalau sekiranya masih belum telat bikin harapan baru di tahun yang juga baru ini, sungguh ingin rasanya tren pelakor segera berlalu dari dunia ini… Selain karena nggak ada faedahnya ngurusin rumah tangga orang, ya alangkah lebih baiknya kalau mengalokasikan waktu untuk hal-hal lebih positif, ‘kan~