Nyatanya banyak yang masih tidak percaya bahwa pemanasan global benar-benar terjadi di bumi kita tercinta. Salah satu contohnya adalah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Banyak ciutannya di Twitter bernada skeptis perihal pemanasan global. Padahal fakta di lapangan sudah memperlihatkan dengan jelas, bukti-bukti perubahan bumi yang tak terbantahkan. Mulai dari makin panasnya suhu dunia yang naik tiap tahun, hingga semakin ekstremnya perubahan iklim yang menyebabkan banjir bandang, angin kencang, dan berbagai bencana alam lain.
Yang terbaru adalah terpecahnya lempeng es besar di belahan Antartika atau Kutub Selatan. Kalau kamu mengira ini fenomena yang biasa, kamu salah. Lempeng es yang baru terpecah ini besarnya ditaksir 2 kali lebih besar dari negara Luxembourg. Kalau lempeng sebesar itu sudah pecah, peta dunia bisa nggak valid lagi jadinya…
ADVERTISEMENTS
Padahal sejatinya sudah dari beberapa tahun belakangan potensi pecahnya lempeng es ini terlihat. Mereka bilang lempeng ini bisa pecah kapan saja
Para peneliti memang sudah sedari dulu memantau perkembangan lempeng es Larsen di Antartika, baik lempeng A, B, maupun C. Nah selama proses pengamatan tersebut, mereka melihat semakin besarnya patahan pada lempeng es Larsen C. Patahan tersebut semakin melebar hingga para peneliti membuat asumsi bahwa bongkahan es tersebut bisa terpecah kapan saja.
Patahan yang ada pada lempeng Larsen C tersebut panjangnya mencapai 200 Km! Bahkan jarak patahan dengan perbatasan es saja ‘cuma’ selisih 13 Km saja. Hal ini yang jadi dasar ujaran para peneliti yang mengatakan bahwa patahan di Larsen C tersebut bisa patah kapan saja. Dan benar saja, kemarin (12 Juli 2017) patahan tersebut benar-benar terpisah dari lempeng Larsen C yang mengakibatkan semakin menipisnya lempeng es Larsen di Antartika.
ADVERTISEMENTS
Sejatinya fenomena ini bukan fenomena yang aneh. Namun besarnya lempeng es yang pecah yang membuat fenomena ini berbahaya
The Larsen-C rift opening over the last 2 years from #Sentinel1 pic.twitter.com/MT9d3HAw1M
— Adrian Luckman (@adrian_luckman) January 31, 2017
Kalau mau bicara jujur, fenomena patahnya sebuah bongkahan es di Antartika sana bukanlah fenonema langka yang aneh. Bahkan fenomena seperti itu sudah beberapa kali terjadi sejak dulu kala. Nah yang bikin beda fenomena kali ini adalah besarnya bongkahan es yang terpecah.
“This is part of the normal behavior of ice shelves. What makes this unusual is the size,” professor Adrian Luckman dari Swansea University, pemimpin penyidik dari the MIDAS project.
Ya bayangkan saja, bongkahan es yang terpecah dari lempeng Larsen C besarnya diperkirakan mencapai 5.800 Km persegi dengan berat sekitar 1 triliun ton! Kalau mengacu pada ukuran tersebut, luas bongkahan es yang terlepas tersebut bisa mencakup dua kali luas negara Luxembourg dan tiga kali luasnya kota London. Nah gimana nggak bahaya dan menakutkan tuh!
ADVERTISEMENTS
Saking besarnya, bahkan pecahan lempeng es ini bisa mempengaruhi penampakan peta dunia. Bisa-bisa peta dunia digambar ulang karenanya
Dengan ukuran yang segede itu, wajar jika pada akhirnya patahan es tersebut akan mempengaruhi penampakan bumi di peta dunia. Bongkahan es dengan ukuran tiga kali luasnya kota London, dengan skala standar saja perubahan penampakan di peta dunia ini bisa dilihat dengan jelas. Bukan tidak mungkin kalau di masa depan peta dunia benar-benar diubah karenanya.
ADVERTISEMENTS
Meskipun tidak memberi dampak secara langsung, namun pecahnya bongkahan es di Larsen C ini memberi sinyal bahaya bagi kita
Mungkin memang benar apa yang dikatakan oleh beberapa peneliti. Mereka bilang bahwa pecahnya bongkahan es adalah fenomena alami. Namun patahnya bongkahan es sebesar itu mengindikasikan adanya masalah pada bumi kita. Mulai dari kondisi Antartika yang mulai tidak sehat, potensi naiknya ketinggian air laut hingga pembuktian bahwa global warming memang benar-benar nyata.
Nah kalau begitu kita jelas wajib waspada. Yuk sama-sama berusaha untuk memperbaiki bumi agar pemanasan global nggak makin mengancam kehidupan kita.