Berita tentang terciduknya aktor komedian Tora Sudiro kemarin Kamis (3/8) di kediamannya sendiri, hingga kini masih terus berlanjut. Kabarnya saat ini, Tora telah dipindahkan dari Rutan Polres Metro Jakarta Selatan ke Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) Cibubur, Jakarta Timur, sejak Senin (7/8), untuk menjalani rehabilitasi. Keputusan ini dilakukan pihak kepolisian setelah memperoleh hasil penilaian dari BNN dan dan menandatangani Surat Perintah Pengalihan Penahanan.
Selain itu tersiar kabar juga kalau ternyata Tora telah mengidap sindrom Tourette sejak 2 tahun terakhir. Hal ini telah dibenarkan secara langsung oleh Lydia Wongsonegoro, kuasa hukum Tora, pada Senin lalu. Dirinya juga mengatakan bahwa karena sindrom itulah Tora kerap menderita insomnia hingga harus mengonsumsi obat tidur sejenis dumolid. Sebenarnya, apa sih sindrom Tourette itu? Seberapa berbahaya? Yuk simak ulasan Hipwee News & Feature ini!
ADVERTISEMENTS
Sindrom Tourette bisa membuat penderitanya mengucapkan gerakan atau ucapan spontan tanpa bisa dikontrol
Orang bisa dikatakan mengidap sindrom ini ketika dia melakukan serangkaian gerakan berulang yang tidak disengaja, di luar kendali, dan bersifat tiba-tiba. Gejala sindrom ini (tics) misalnya mengedipkan mata, mengangkat bahu, mengedutkan bibir, mengangguk, atau menggeleng kepala. Selain motor tics, penderita juga bisa melakukan vocal tics seperti batuk, mengeluarkan suara menyerupai binatang, mengulang perkataan sendiri atau orang lain (latah).
Hal ini tak jarang membuat pengidapnya mengalami kesulitan bersosialisasi. Bahkan pada level tertentu, mereka bisa mengucapkan kata-kata kotor atau vulgar. Tic bisa tambah parah kalau pengidapnya sedang stres, cemas, kelelahan, atau terlalu bersemangat.
ADVERTISEMENTS
Sindrom ini 3x lebih sering diderita laki-laki dibanding perempuan dan biasanya sudah mulai terlihat sejak mereka masih anak-anak
Berdasarkan penelitian National Survey of Children’s Health, ditemukan fakta bahwa anak laki-laki lebih mudah terkena sindrom Tourette dibandingkan anak perempuan (dari April 2007-Juli 2008). Dan umumnya anak-anak usia 12-17 tahun dua kali lipat lebih mudah terkena sindrom ini dibandingkan usia 6-12 tahun. Pada beberapa kasus, gejala yang muncul bisa berkurang atau bahkan menghilang saat anak beranjak dewasa. Tapi tidak menutup kemungkinan gejala bisa terus dialami hingga dewasa.
ADVERTISEMENTS
Meski masih berbentuk dugaan, tapi beberapa teori tentang sindrom ini sudah banyak diungkap untuk menjelaskan penyebab sebenarnya
Penyebab pasti sindrom ini belum diketahui secara pasti. Tapi ada beberapa teori yang bisa membantu menjelaskan, seperti teori neurologikal yang menunjukkan adanya gangguan pada struktur, fungsi, dan zat kimia pada otak. Meski begitu penelitian yang lebih detail belum banyak dilakukan. Selain itu warisan gen abnormal dari orang tua ke anak disinyalir juga bisa jadi penyebab sindrom ini. Terakhir, faktor lingkungan juga bisa berpengaruh. Yang dimaksud lingkungan disini adalah gangguan yang dialami si ibu saat hamil dan melahirkan, misalnya stres.
ADVERTISEMENTS
Hingga saat ini tidak ada obat yang bisa menyembuhkan sindrom ini. Tapi kalau dirasa cukup mengganggu aktivitas, dokter akan memberi resep dan menyarankan beberapa perawatan
Sindrom ini tidak bisa disembuhkan total dengan obat-obatan. Tapi dokter dengan pasien Tourette akan memberikan resep dengan tujuan mengurangi gejalanya sehingga memudahkan pasien beraktivitas. Banyak jenis obat-obatan yang biasa diresepkan dokter, salah satunya jenis benzodiazepine, yang dikonsumsi artis Tora Sudiro. Meski diperbolehkan, konsumsi obat-obatan ini harus dibawah pengawasan dokter, karena bisa menyebabkan kecanduan.
Selain melalui konsumsi obat, penanganan sindrom ini bisa dilakukan dengan terapi atau penanganan psikologis. Beberapa terapi yang mungkin dilakukan adalah CBT (Cognitive Behavioural Therapy), latihan pembalikan kebiasaan, dan terapi pencegahan eksposur dan respons. Prosedur bedah mungkin dilakukan kalau gejala sudah semakin parah dan penanganan sebelum-sebelumnya tidak membuahkan hasil.
Sebenarnya, selain pengobatan yang dilakukan dengan ahli medis, dukungan dan edukasi dari lingkungan sekitar juga dapat berperan penting bagi perkembangan kondisi penderita lho. Karena itu, keluarga dan sahabat dekat sangat dianjurkan tetap mendukung penderita bagaimanapun kondisinya.