Menurut sebagian besar film dan lagu yang disenandungkan manusia, cinta adalah ramuan utama menuju bahagia. Kehilangan cinta sudah setara kehilangan cahaya kehidupan, sedih tak terkira. Dalam perjalanan menuju sebuah idealisme asmara anak muda, para millennial mengarungi berbagai metode untuk melabuhkan tambatan hatinya.
Berkembangnya komunikasi melalui internet juga menyumbangkan alternatif cara bagi arjuna dan srikandhi dalam mencari cinta. Hubungan jarak jauh kini tak seberat masa lalu dimana dua sejoli yang jatuh cinta hanya bisa menahan rindu yang membuncah melalui surat-surat berperangko. Mungkin inilah asal mula Dilan menganggap rindu itu terlalu berat bagi Milea. Tentu, pada 1990 belum ada Whatsapp dan Facebook kok! Tapi ada juga lho, para millennial yang lebih memilih cara lama, the old way dengan alasan unik dan menggemaskan. Coba kita telusuri bareng bagaimana millennial mencari cinta lewat uraian Hipwee News & Feature di bawah ini!
ADVERTISEMENTS
Sebagian besar millennial masih banyak yang nyaman pakai cara mainstream. Kenalan, PDKT, lalu nembak dan jadian offline
Skenario mudah tertebak dalam mengikatkan tali asmara memanglah suatu cara yang mainstream. Dengan cara ini fase yang dijalani hanya seputar kenalan secara offline, atau kenal karena dipertemukan dalam satu pergaulan kemudian menjalani pendekatan. Selanjutnya, jika memang sudah merasa cocok dan tidak mampu saling menyembunyikan perasaan, terjadilah fase penembakan. Pilihannya tentu antara diterima, ditolak, atau… jalani aja dulu. 🙁
‘Nembak’ adalah istilah yang mulai populer pada medio 2005-an dimana sebuah acara reality show bertajuk Katakan Cinta mulai jadi tontonan anak muda pada masa itu. Nembak adalah istilah gaul untuk menyebut tindakan seseorang ketika menyatakan cinta. Meski cara ini adalah cara paling mudah ditebak, tapi tetap paling aman dan minim resiko. Kebanyakan orang merasa cara ini adalah cara yang ‘normal’.
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
Tapi nggak bisa dipungkiri, kehidupan online makin mendominasi dan mengubah cara kita melakukan segalanya, termasuk mencari cinta. Kalau ada yang menarik hati, langsung ‘gercep’ lewat media sosial
Sosial media kini juga berfungsi sebagai perantara dalam mempertemukan dua hati. Sudah tak terhitung berapa banyaknya pasangan yang berhasil menjalin hubungan dan menikah setelah berkenalan melalui sosial media. Tapi nggak jarang juga sosial media justru memicu pertengkaran dan berakhirnya hubungan. Dari sebuah data yang dipaparkan oleh Zephoria, per akhir tahun 2018 saja pengguna sosial media paling populer yaitu Facebook sudah mencapai 2,13 miliar.
Bayangkan berapa banyak kemungkinan seseorang menemukan tambatan hati melalui situs jejaring sosial ini. Ini baru pengguna Facebook, belum lagi Twitter, Instagram, Linkedin dan lainnya. Khusus di Twitter, mereka yang tampak sengaja saling menggombal pada orang tak dikenal dalam satu posting thread selalu dikatai ‘petrus jandor’ yang merupakan kepanjangan dari istilah “pepet terus… jangan kasih kendor..!“. Istilah ini secara tidak langsung untuk menyemangati dan meledek mereka yang cari sedang modus buat kenalan.
ADVERTISEMENTS
Buat yang emang serius mencari someone special, kini ada banyak aplikasi dating online siap membantu. Masih sering dipandang negatif sih, tapi toh ada yang sukses sampai pelaminan
Aplikasi kencan online belakangan ini sedang jadi primadona yang kian digandrungi para pejuang cinta. Nggak sedikit orang yang benar-benar punya motivasi untuk mencari jodoh lewat perantaran online seperti aplikasi Tinder, setipe.com, beetalk, bahkan Okcupid. Berdasarkan data Sensor Tower, angka pengguna aplikasi kencan online di Indonesia memang masih rendah yaitu hanya sebanyak 0,11 % saja. Tapi dengan angka itu pun, banyak pasangan yang akhirnya menikah karena bertemu di ranah kencan online.
ADVERTISEMENTS
Nah di tengah derasnya arus perkembangan teknologi, justru ada juga lho yang pengen kembali ke romantisme zaman dulu. Saling bertukar kartu pos jadi populer lagi di berbagai kalangan
Bosan dengan kemudahan bertemu orang dalam dunia maya bikin sebagian orang termotivasi kembali ke cara lama. Bisa dibilang ini adalah caranya zaman orang tua kita, jauh sebelum millennial dilahirkan. Berkirim kartu pos secara random dengan orang asing. Meski nggak sedikit juga yang mencari alamat mereka secara online dulu. Terkadang acara berkirim surat pun masih bisa jadi kegemaran lucu dalam PDKT. Mereka yang berkilah cari sahabat pena lewat radio dan majalah juga patut disebut penyuka gaya klasik dalam mengarungi samudra asmara.
“Bertukar kartu pos itu menyenangkan dan penuh kejutan. Selain cari kenalan lewat cara yang unik, kartu pos dan perangko juga bisa dikoleksi.” ujar Rizka (24) saat ditanyai tim Hipwee.
Meskipun cinta itu katanya abadi, perkembangan zaman nyatanya juga banyak mengubah cara kita bertemu dia yang tertakdirkan. Jarak dan perbedaan zona waktu juga bukan lagi penghalang untuk membangun koneksi dengan mereka yang tinggal di lain benua. Mungkin karena faktor itulah kini kita semakin sering melihat pasangan global yang beda kewarganegaraan. Walaupun seakan-akan menghilangkan jarak dan waktu, berkomunikasi di era internet dan media sosial ini juga memiliki tantangannya sendiri. Dari prof pic yang suka menipu, kesalahpahaman gara-gara typo, sampai tuduhan bahwa medsos mengurangi keintiman hubungan. Ya tapi kalau urusan cinta, mau pakai cara mainstream, kekinian, atau ‘keukeuh‘ pakai cara lama nan romantis, asalkan tulus dan ‘pakai’ hati, niscaya bisa kok ketemu jodoh yang diidam-idamkan.