Saat bulan puasa tiba, banyak stasiun TV berlomba-lomba menayangkan program khusus Ramadan untuk menemani pemirsanya santap sahur dan berbuka. Tayangan-tayangan macam itu udah jadi semacam tradisi tahunan di dunia pertelevisian. Tapi sayangnya, nggak semua program Ramadan berjalan sebagaimana mestinya. Banyak banget yang cuma melabeli programnya dengan hal berbau Ramadan, tapi sayangnya isi caranya nggak ada religi-religinya sama sekali.
Kemarin (5/6), seperti diberitakan Republika, Majelis Ulama Indonesia (MUI) merilis pernyataan resmi hasil pantauan tayangan konten Ramadan di stasiun-stasiun TV nasional pada 10 hari pertama bulan Ramadan. Hasilnya, dilaporkan ada 5 program yang direkomendasikan untuk dihentikan, di antaranya Ramadan di Rumah Uya (TransTV), Brownis Sahur (TransTV), Ngabuburit Happy (TransTV), Sahurnya Pesbukers (ANTV), dan Pesbukers Ramadan (ANTV). Selain karena kurang layak disebut sebagai acara Ramadan, ternyata ada beberapa alasan lain yang melatarbelakangi teguran ini. Apa saja? Yuk simak rangkuman Hipwee News & Feature.
ADVERTISEMENTS
1. Beberapa program yang disebutkan di atas tidak menghadirkan suasana religius, sebaliknya, malah banyak joget-joget asyik tapi kurang faedah
TV yang berani melabeli program acaranya dengan embel-embel Ramadan, harusnya bisa bertanggungjawab dengan menghadirkan suasana religi lengkap dengan pesan-pesan agama di dalamnya. Sedihnya, masih ada stasiun TV yang nggak paham soal ini. Namanya doang yang ada Ramadan-Ramadannya, isinya sih tetap banyak joget-joget nirfaedahnya yang jauh dari suasana religi.
Untuk acara Pesbukers misalnya, tayangnya sih 2 kali, pas sahur dan buka, tapi dua-duanya kompak menampilkan adegan tidak bermutu. Seperti candaan verbal yang cenderung merendahkan orang lain. Jauh banget dari inti suasana Ramadan!
ADVERTISEMENTS
2. Bukannya mengedukasi, program Brownis Sahur dan Ngabuburit Happy di TransTV, malah menampilkan drama yang mengeksploitasi privasi rumah tangga orang lain
Kalau acara Brownis Sahur dan Ngabuburit Happy bikinan TransTV ini, malah sering menampilkan drama rumah tangga Vicky Prasetyo-Angel Lelga. Terlepas dari itu settingan atau bukan, yang namanya buka aib dan privasi rumah tangga itu sama sekali nggak dibenarkan. Nggak cuma asmara Vicky-Angel aja, kadang juga mereka hobi menguak hubungan orang lain, menjadikannya topik bahasan, dan nggak jarang dilebih-lebihkan buat bahan gosip. Jelas aja diprotes, lha wong bertentangan sama spirit Ramadan!
ADVERTISEMENTS
3. Ramadan di Rumah Uya juga disorot karena lebih banyak mengekspos pertengkaran, saling mencaci dan menuduh, antar pengisi acara
Sama halnya kayak acara-acara yang udah disebut di atas, ‘Ramadan di Rumah Uya’ juga nggak luput dari kritik lantaran banyak menampilkan adegan pertengkaran, saling mencaci dan menuduh satu sama lain. Bongkar-bongkar aib bahkan tampaknya jadi “inti” acara ini soalnya Uya selaku host kerap mengundang tamu yang punya masalah percintaan atau rumah tangga untuk kemudian ditanya-tanya. Di bagian akhir, ada sedikit nasihat dari narasumber, Ibu Qurrota A’yun atau dipanggil Ummi, yang mana caranya menyikapi masalah justru kadang disertai gaya menuduh, menghakimi dan malah memperkeruh suasana.
ADVERTISEMENTS
4. Sekalipun mengundang pendakwah, tapi masih ditemukan beberapa pendakwah yang nggak jelas rekam jejaknya. Kompetensinya jadi diragukan
Beberapa tayangan mungkin sudah berusaha membangun suasana Ramadan dengan menampilkan pendakwah di akhir acara, yang biasanya ditutup dengan doa bersama. Tapi menurut Sekretaris Komisi Pengkajian dan Penelitian MUI, Rida HR Salamah, seperti dilansir Republika, pemilihan pendakwah agama juga perlu diperhatikan. Soalnya pihaknya masih menemukan beberapa pendakwah yang malah nggak jelas rekam jejaknya. Sehingga kompetensi dan integritasnya pun diragukan. Dan kebanyakan lebih mengutamakan aspek daya hibur sang figur.
Padahal sebenarnya sudah banyak lho stasiun TV yang mau berbenah dengan berkomitmen menyajikan acara-acara Ramadan yang berkualitas. Tapi gara-gara tayangan di atas, program yang benar-benar apik jadi kalah populer. Ya sebagai media, mestinya mereka mengemban amanah untuk bisa menyajikan konten edukasi yang mencerdaskan. Bukan malah mendegradasi moral bangsa kayak yang selama ini dilakukan~