Asian Games 2018 sudah di depan mata!
Perhelatan olahraga akbar se-Asia tersebut terasa semakin spesial karena akan dilaksanakan di dua kota besar Indonesia, Jakarta dan Palembang, pada bulan Agustus mendatang. Sebagai tuan rumah, Indonesia tentu berharap bisa memperoleh hasil terbaik karena mendapat dukungan langsung orang seantero negeri. Meski tuan rumah diuntungkan, tapi rasanya tetap sulit deh mematahkan dominasi Cina di ajang seperti ini. Mau Asian Games atau Olimpiade sekalipun, Cina hampir dipastikan selalu bertengger di posisi tertinggi peraih medali emas.
Kira-kira apa ya rahasianya? Pernah kepikiran nggak sih kenapa atlet-atlet Cina begitu superior di banyak cabang olahraga? Kalau cuma masalah besar populasi, Indonesia dan India juga punya populasi besar tapi pencapaian olahraganya jauh di bawah Cina. Yang jelas, atlet-atlet di Cina dilatih sejak usia yang sangat muda. Bahkan kabarnya, anak-anak usia 6 tahun pun ada yang sudah dimasukkan pelatihan nasional. Wah gila banget ya! Buat yang penasaran, yuk lihat lebih dalam sistem pelatihan atlet di Cina bareng Hipwee News & Feature! Siapa tahu bisa disontek~
ADVERTISEMENTS
1. Sejak keberhasilan diplomasi ‘ping-pong’ tahun 1970an, prestasi olahraga digunakan untuk memperoleh status & kehormatan. Atlet berprestasi dianggap dapat menaikkan martabat bangsa
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
2. Bukan cuma soal status, menjadi atlet juga dianggap sebagai ‘tiket keluar’ dari kemiskinan. Banyak orangtua mendorong anaknya jadi atlet di tengah ekonomi Cina yang masih terseok-seok beberapa dekade lalu
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
3. Akhirnya menjamurlah berbagai sekolah yang kurikulum utamanya adalah pelatihan olahraga. Tujuannya? Ya untuk mencetak atlet-atlet peraih medali emas olimpiade
ADVERTISEMENTS
4. Sekolah khusus seperti ini bahkan ada di tingkat TK lho. Anak-anak seusia taman kanak-kanak sudah dikategorikan berdasarkan talenta olahraganya
5. Ada 5 kategori dari mereka yang berbakat dan layak diberi beasiswa olahraga : international sportsman, national sportsman, grade 1, grade 2, & grade 3Â
6. Meski dinilai berhasil mencetak generasi peraih medali emas, sistem ini juga banyak dikritik karena kurangnya perhatian terhadap materi selain olahraga
7. Bahkan mantan atlet wushu Cina yang pensiun di usia 25, Wang Linwen, mengaku hanya disuruh belajar saat weekend. Akibatnya, dia merasa tidak pernah mengenyam pendidikan
8. Persoalan ini berkembang jadi masalah besar bagi mereka yang gagal ke Olimpiade atau atlet yang sudah pensiun. Mereka tidak punya skill lain untuk bertahan di dunia nyata
9. Dibarengi dengan meroketnya perekonomian dan taraf hidup di Cina, obsesi terhadap prestasi olahraga tampaknya sedikit berkurang. Kini banyak orangtua yang lebih memilih sekolah akademik berkualitas bagi anak-anaknya
10. Tahun 2010 yang lalu, pemerintah juga tampaknya ingin memperbaiki sistem pendidikan atlet dengan ‘Dokumen 23’ – untuk meningkatkan kualitas kurikulum akademik & jaminan untuk atlet yang sudah pensiun
11. Pemerintah bahkan mulai merileksasi aturan dan tradisi yang telah berjalan selama 40 tahun, dimana anak-anak harus tinggal full-time di asrama. Setengahnya kini punya opsi untuk bersekolah di tempat lain
12. Ternyata selain kerja keras, disiplin, dan sistem pendidikan atlet yang begitu tertata, ada ‘harga mahal’ yang memang harus dibayar di Cina. Meski sulit, kayaknya pemerintah dan warganya pelan-pelan ingin berubah
Prestasi Cina di dunia olahraga memang terkenal, tapi kayaknya belum banyak orang paham proses yang luar biasa berat di baliknya. Sekarang Cina tampaknya tidak lagi seekstrem dulu mengejar pundi-pundi emas Olimpiade-nya. Tapi ya tetap aja, Cina merupakan pesaing paling kuat yang akan bertanding di ajang Asian Games tahun ini. Jadi nggak sabar nunggu perhelatan Asian Games 2018 Agustus mendatang!