Di negara demokrasi, pada dasarnya semua orang memang berhak mengutarakan pendapat. Salah satunya ya lewat aksi protes atau demonstrasi. Kita sendiri di Indonesia, pastinya sudah akrab ‘kan dengan wacana, kejadian, atau dampak demo besar-besaran yang sering terjadi di negeri ini. Bukan cuma Indonesia doang yang doyan demo, di negara-negara lain pun, demonstrasi kerap terjadi kok~
Nah demonstrasi dalam skala yang sangat besar baru saja terjadi di Hong Kong, surga belanja dan destinasi populer bagi tenaga kerja Indonesia. Meski secara resmi di bawah kekuasaan pemerintah China yang otoriter setelah ‘dikembalikan oleh Inggris sejak tahun 1997, wilayah Hong Kong memegang status otonomi khusus sehingga warganya jauh lebih bebas dibandingkan warga China Daratan. Sering dibilang ‘satu negara, dua sistem‘.
Kebebasan itulah yang dikhawatirkan makin terkikis jika sebuah rancangan undang-undang soal ekstradiksi ke China diloloskan. Demi menolak RUU ekstradiksi tersebut, warga Hong Kong minggu lalu tumpah ruah ke jalan-jalan utama mengutarakan pendapatnya. Banyak hal menarik yang terjadi selama aksi demonstrasi terbesar dalam sejarah Hong Kong ini, yuk simak bareng!
ADVERTISEMENTS
Menurut pihak demonstran, aksi menolak RUU Ekstradisi ke China di wilayah berpenduduk 7 juta ini, dihadiri satu juta orang! Kalau polisi sih menaksir jumlah demonstran (hanya) di angka 240 ribu
Aksi protes menolak RUU ini sebenarnya telah berlangsung sejak bulan April, sebelum memuncak pada tanggal 9 serta 12 Juni lalu
Semua warga Hong Kong ini berunjuk rasa supaya rancangan undang-undang tersebut tidak diloloskan oleh parlemen. Mereka yang menolak khawatir kebebasan warga Hong Kong makin terkikis
Pasalnya di bawah undang-undang itu, warga Hong Kong kemungkinan bisa diadili di bawah sistem peradilan China jika tersangkut masalah pidana
ADVERTISEMENTS
Selain khawatir independensi Hong Kong makin dikekang oleh pemerintah China, dilansir dari BBC, mereka yang menolak meyakini bahwa sistem peradilan di China Daratan itu sangat ‘cacat’
ADVERTISEMENTS
Aksi ini berlangsung dengan sangat terorganisir. Walaupun sempat terjadi bentrokan dan ada beberapa demonstran yang ditangkap, tapi secara umum demonstrasi ini minim anarki
ADVERTISEMENTS
Belajar dari aksi demonstrasi besar yang disebut Umbrella Movement tahun 2014 lalu, warga Hong Kong kini punya persiapan mumpuni untuk berdemonstrasi. Full gear gitu~
ADVERTISEMENTS
Para demonstran bahkan terlihat turut serta melindungi wartawan yang meliput
Hong Kong's youth protestors are kind. I post this clip to say thanks. @CBSrandy was rolling when the police fired tear gas at the group we were in. An umbrella and helmet were forced on me. I'll prob never know who they are but I'm so grateful for their care. #HongKongProtests pic.twitter.com/NNAsFjpXOP
— Ramy Inocencio 英若明 (@RamyInocencio) June 13, 2019
ADVERTISEMENTS
Banyak juga demonstran yang berinisiatif membersihkan area demonstrasi setelah selesai
Meski ditolak besar-besaran, para pengusul undang-undang ini tampaknya tetap tak bergeming. Menurut mereka, hukum ekstradiksi ke China, Taiwan, dan Makau ini memang diperlukan
Terutama setelah terjadi satu kasus pembunuhan, seorang pemuda Hong Kong membunuh kekasihnya ketika sedang berlibur di Taiwan. Karena tak ada perjanjian ekstradisi dengan Taiwan, pemuda itu tak bisa diadili
Padahal Hong Kong sebenarnya punya perjanjian ekstradisi dengan 20 negara lain, tetapi tidak dengan China, Taiwan, atau Makau. Kelompok yang kontra, khawatir undang-undang ekstradisi ini bisa dimanfaatkan pemerintah China untuk menangkap aktivis demokrasi dan lebih jauh mengikis otonomi Hong Kong.
Belum ada keputusan lebih lanjut soal undang-undang ini. Jadwal sidang parlemen untuk membahas RUU ini pun terus ditunda karena aksi protes
Menarik juga ya, melihat potret demonstrasi politik atau aksi unjuk rasa di negara lain. Kalau dari aksi demonstrasi Hong Kong ini, kita bisa melihat bagaimana para pengunjuk rasa mempersiapkan aksi mereka dengan sangat rapi dan terorganisir. Misalkan karena tahu akan dihadang polisi dengan gas air mata, dilansir dari Wall Street Journal, mereka membawa peralatan lengkap untuk bertahan seperti masker, cairan sodium chloride untuk meredakan iritasi mata, plastic wrap supaya tangannya tidak panas, dan lain sebagainya.
Benar-benar siap untuk berjuang mengutarakan pendapatnya, tapi tetap aman dan tidak anarkis.