Jagongan Wagen Edisi Oktober “Till There Was You – Perbincangan yang Dirindukan”

Till There Was You Dinar Roos

Dinar Roos, penerima Hibah Seni 2020 akan menampilkan karya terbarunya yang berjudul “Till  There Was You?” pada presentasi Jagongan Wagen edisi Oktober 2020. Melalui karya ini, Dinar  membawa kita pada sebuah perbincangan seputar ketabuan, pelabelan, kesenjangan, dan tatapan  dikotak-kotakkan. Perbincangan yang dihadirkan terdengar akrab, menggunakan bahasa sehari-hari  yang renyah untuk menguak hal-hal yang dirasa sungkan untuk dibahas. Pertunjukan ini sekaligus  membuka tawaran-tawaran dialog atas apa yang seringkali dianggap sebagai seharusnya oleh  kebanyakan orang. 

Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (PSBK) kembali mempersembahkan Jagongan Wagen (JW) edisi  ke delapan tahun ini dalam format alih wahana digital. Proses fasilitasi ruang kreatif keproduksian alih  media dan sajian karya telah terlaksana sejak akhir September di kompleks art center PSBK dengan menyertakan protokol kesehatan penyelenggaraan kegiatan. PSBK akan menampilkan premiere karya  baru ini di portal YouTube Media PSBK yang dapat diakses pada Jumat, 23 Oktober 2020 mulai pukul  19:30 WIB. Registrasi penonton sudah dibuka di www.psbk.or.id dari mulai diterbitkannya press release ini hingga hari H penayangan pukul 17.00 WIB. Penayangan Jagongan Wagen juga disertai dengan  adanya Closed Caption bagi audiens dengan difabilitas. 

Terinspirasi dari sebuah judul lagu dari The Beatles, pertunjukan oleh Dinar Roos ini hadir dengan judul  yang sama yaitu Till There Was You. Lagu milik The Beatles tersebut menceritakan seseorang yang  menemukan hidupnya lebih berwarna ketika bertemu dengan seseorang lainnya. Dalam pertunjukan ini,  Dinar menerjemahkan seseorang yang lain itu adalah dirinya sendiri (tokoh Wajah) dalam bentuk  pantulan (tokoh Cermin) dan bayangan (tokoh Bayangan). Pembicaraannya dengan pantulan dan  bayangannya itu membuatnya kembali memaknai tentang dualitas yang hadir dalam dirinya. Dirinya yang lain yang begitu bertolak belakang. Ia juga kembali memaknai terkait relasi-relasi sederhana yang  hadir dalam kehidupan sehari-hari dan kemudian merefleksikannya. 

Berbicara dengan diri sendiri bisa jadi menjadi hal biasa bagi setiap orang yang pernah melakukannya. Banyak yang berupa renungan, namun tak sedikit pula yang gerundelan. Dengan cepat  laku tersebut didefinisikan sebagai yang domestik, namun jika mau melambat sedikit, ia bisa saja  merupakan cerminan dari yang publik. Sudah jamak diketahui, bahwa apa yang berlangsung di dalam  diri, tak pernah bisa dipisahkan dari kondisi di luarnya. Misalnya, tentang yang tidak boleh dan boleh.  Hukum mayoritas menjadi ukuran yang seakan paling pasti, paling benar, seharusnya diikuti, dan  seringkali mengaburkan kuasa atas diri sendiri. Bahwa Adat Mawa Cara (setiap adat punya caranya sendiri-sendiri) tidak pernah punya gagasan membebaskan diri sebagai individu berwenang melakukan  apapun sesuai caranya sendiri saja, namun juga menyesuaikan cara yang disepakati sebagai sebuah  adat. 

Pertunjukan ini menghadirkan cuplikan pembicaran atas ketabuan, pelabelan, kesenjangan, dan tatapan  dikotak-kotakkan, yang sengaja dipilih Dinar Roos sebagai resapan atas konstruksi suatu masyarakat  tentang apa yang selama ini dibentuk dan kemudian membentuk seseorang. Sebagai peraih Hibah Seni  PSBK 2020, ia menarasikan hal tersebut dengan mengadegankan dialog-dialog yang terbangun di ruang  intim, yang diinginkan untuk dibuka dan diperdengarkan ke luar pada waktu yang bersamaan. Suara suara yang didialogkan terdengar seperti ‘gangguan’ atas apa yang sejak lama diamini, namun ingin  ditawar kembali. 

Jagongan Wagen Edisi Oktober

Sekilas tentang Penerima Hibah Seni PSBK 

Dinar Rooswijayanti lahir di Yogyakarta (1979). Menggeluti seni teater sejak 2012 bersama Teater  STEMKA asuhan Landung Simatupang. Kemudian sering turut serta berbagai pementasan teater di  Yogya, diantaranya: “Jembatan” sutradara Agnes Cristina, “Ronggolawe Makar” Sutradara Jujuk  Prabowo, “Cinta Dalam Sepotong Tahu” disutradarai Agnes Cristina, “Gundala” disutradarai Cicit  Kaswami. Selain itu aktif dalam dunia perfilman, beberapa film yang telah dimainkan: “Meranti”  produksi KOMSOSKAS sutradara Nasarius Sudaryono, “Masih Kecil” Sutradara: Faizal Amri dan “Kotak  Rindu” Produksi ISI Yogyakarta sutradara Endri Setiawan. Pernah menjadi aktor drama radio di Radio  StarJogja dan Sonora FM. Sehari-hari bekerja sebagai staf di Tepas Pariwisata Karaton Yogyakarta. 

Sekilas tentang Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (PSBK) 

Melanjutkan spirit maestro seni Indonesia Bagong Kussudiardja, PSBK mewujudkan diri sebagai art  center dengan misi mendukung pengembangan kreatif seniman dan masyarakat umum untuk terus  terhubung pada nilai-nilai seni dan budaya, keberlanjutannya, dan penciptaan nilai-nilai budaya melalui  seni. PSBK hadir sebagai laboratorium kreatif, tempat berkumpul, ruang presentasi karya seniman dari  berbagai disiplin. PSBK menghadirkan karya seniman-seniman muda, memfasilitasi riset-riset artistik dan  pengembangan profesional, dan merancang program-program untuk meningkatkan community  engagement dan pengembangan jaringan melalui kesenian. 

Jagongan Wagen merupakan sebuah acara ikonik PSBK yang sejak 2007 menampilkan serangkaian karya  pertunjukan baru dan inovatif oleh seniman tari, musik, teater, dan multi-media. Gagasan karya-karya tersebut dikuratori dan diproduksi setiap bulan di kompleks art-center PSBK (kecuali Januari dan  Ramadhan). Platform ini memfasilitasi seniman dan audiens dalam pertukaran kreatif yang memicu  kepekaan rasa dalam lingkungan ruang pertunjukan yang ramah. 

Hibah Seni merupakan program fasilitasi seniman Indonesia untuk mempersembahkan karya  pertunjukan terbarunya secara perdana di platform presentasi seni pertunjukan Jagongan Wagen.  Fasilitasi Hibah Seni PSBK ini meliputi akses studio penciptaan, perlengkapan artistik panggung, publikasi  dan dokumentasi, dan dukungan finansial sebagai dukungan pada upaya seniman membagi gagasannya  kepada publik 

Sekilas tentang BAKTI BUDAYA DJARUM FOUNDATION 

Kemitraan PSBK & Bakti Budaya Djarum Foundation telah terbangun lebih dari satu decade yang disatukan oleh konsistensi kiprah masing-masing dalam mendukung pelestarian budaya. Komitmen keduanya dituangkan dalam investasi bersama dalam fasilitasi riset artistik, pengembangan professional  dan perancangan program community engagement di lingkungan art centre PSBK, Yogyakarta. Masa  transformasi digital hari ini menjadi periode penting bagi kemitraan dua lembaga yang ditandai dengan  peningkatan kolaborasi kerja platform digital masing-masing sebagai ruang seni baru. Salah satunya  dengan alih wahana dan alih media Jagongan Wagen di IndonesiaKaya; sebuah inovasi media digital  persembahan Bakti Budaya Djarum Foundation yang mewadahi kekayaan budaya Indonesia. 

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini