Surakarta, 12 Agustus 2018
SITE PERFORMANCE: SENI, BUDAYA DAN TRADISI
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, melalui DIrektorat Jenderal Kebudayaan telah menjalankan program-program strategis yang menjadi implementasi UUD No. 5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Pengesahan Undang-Undang Pemajuan Kebudayaan merupakan perwujudan komitmen dan perhatian pemerintah terhadap kebudayaan nasional. Setelah penantian lebih dari 30 tahun, Kebudayaan nasional mulai mendapat tempat strategis dalam pembangunan nasional. Dengan adanya UU Pemajuan Kebudayaan diharapkan memberikan arah dan tujuan posisi budaya nasional. Ada sepuluh obyek pemajuan kebudayaan yang mengangkat seni, budaya dan tradisi yaitu: Tradisi Lisan, Manuskrip, Adat Istiadat, Permainan Rakyat, Olahraga Tradisional, Pengetahuan Tradisional, Teknologi Tradisional, Seni, Bahasa dan Ritus.
Seni, budaya dan tradisi menjadi bagian dari masyarakat Indonesia yang dilestarikan dan dikemas dalam bentuk seni tari, seni rupa, seni pertunjukan maupun seni musik
Dalam rangka mendorong Pemerintah Daerah untuk tetap mengaktifasi dan melestarikan seni, budaya dan tradisi maka penguatan pegelolaan obyek pemajuan kebudayaan menyasar komunitas budaya tradisional untuk diangkat, dikenal dan diketahui masyarakat luas.
Program Site Performance (Anjangsana Kebudayaan) : Seni, Budaya dan Tradisi
Dalam Rangka Pemajuan Kebudayaan dan menumbuhkan ekosistem kebudayaan dalam sebuah masyarakat, maka Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, melalui Sekretaris Direktorat Jenderal Kebudayaan menggagas suatu program “Site Performance” pada tanggal 12 s.d. 16 Agustus 2018.
Kegiatan ini akan melibatkan 70 peserta yang terdiri dari praktisi kebudayaan dan seniman dari luar negeri untuk melakukan kunjungan di empat Kabupaten yaitu: Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Blora. Kunjungan ini diharapkan terjadi interaksi dan apresiasi melihat situs-situs perkembangan seni, budaya dan tradisi di empat kabupaten tersebut.
Anjangsana Kebudayaan
Kabupaten Wonogiri – 12 Agustus 2018
Kegiatan “Anjangsana Kebudayaan” ini bertujuan sebagai sarana untuk mengangkat sekaligus meningkatkan potensi seni, budaya dan tradisi masing-masing daerah dengan menampilkan salah satu seni pertunjukan yakni Reog yang sudah tidak asing lagi di kalangan masyarakat. Dinobatkan rangking kedua Reog terbesar setelah Ponorogo, kesenian tradisi lain di desa Manyaran, Wonogiri, Jawa Tengah juga memiliki populasi kesenian sangat banyak. Hal ini dibuktikan dengan hampir disetiap desa di daerah Wonogiri memiliki kelompok seni Pertunjukkan yakni Reog, Gamelan, Tatah Wayang, kethek ogleng, dan sebagainya.
Aktivitas keseharian masyarakat ialah latihan dan pentas pertunjukkan, sehingga selayaknya bunyi gamelan reog ini menjadi salahsatu soundscape yang otentik. Memiliki kelompok Reog dan menghidupinya adalah kebanggaan bagi mereka, masyarakat Wonogiri yang genetika kulturalnya hampir sama dengan masyarakat Ponorogo. Pertunjukkan Kelompok Reog Singo Sejati Pimpinan Bapak Joko, yakni hidup dan terpelihara oleh masyarakat Kampung Wayang yang baru saja lihat misalnya, merupakan salah satu contoh adanya tradisi seni budaya yang masih kental dimasyarakat.
Setelah menyaksikan seni pertunjukkan reog, selanjutnya Kampung Wayang yakni pusat aktivitas masyarakat dengan profesi mayoritas pembuat wayang kulit yang diberi nama “Sanggar Adto Kenyo”. Sederet hasil karya dari warga kampung wayang yang berupa tatahan dan nyungging wayang berbahan dasar kulit, kemudian aktivitas beberapa pengrajin ahli pembuat wayang sekaligus workshop mencoba merasakan membuat wayang dapat disaksikan, bahkan suguhan seni pertunjukkan “kethek Ogleng” juga.
Di Desa Manyaran semua penduduk dari usia dini diajarkan untuk membuat Wayang , kali ini para peserta Anjangsana Kebudayaan diajarkan bagaimana cara tatah sungging. Imbuh Ibu Retno Lawiyati Ketua Pengelola Kampug Wayang.
Selain itu Bapak Imam , Camat Manyaran menambahkan,“Sebagian besar penduduk Manyaran bertani tetapi kami secara intens mengajarkan tatah sungging dan karya karya mereka sudah siap untuk dijadikan buah tangan atau sovenir dan dapat menjadi mata pencaharian. Selain itu di Kampung Wayang juga dapat menikmati makanan-makanan tradisional berbahan dasar singkong tempe benguk dan mencoba jamu-jamu tradisional. Kami sangat berterimakasih kepada Kemendikbud Republik Indonesia mengundang Budayawan asing dari Inggris, Irlandia, Jepang dan Australia ke Kampung Wayang”.