Bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman hayati satwa liar yang tinggi. Satwa-satwa liar tersebut tersebar di seluruh pulau-pulau yang ada di Indonesia. Indonesia memiliki 20% kekayaan keanekaragaman spesies primata dunia. Salah satu spesies primata yang menjadi kekayaan keanekaragaman hayati Indonesia adalah orangutan, satu-satunya spesies kera besar tak berekor yang dapat ditemukan di Asia, sementara tiga kera besar lainnya yaitu gorilla, simpanse, dan bonobo hidup di benua Afrika. Populasi orangutan pada zaman pleistosen sebenarnya tersebar luas di dataran Cina, Asia Tenggara, sampai di Pulau Jawa. Tetapi, sekarang populasi orangutan yang tersisa hanya terdapat di Pulau Sumatera dan Kalimantan.
Orangutan di kedua pulau tersebut telah dibedakan menjadi tiga spesies yaitu orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus), orangutan Sumatera (Pongo abelii), dan orangutan Tapanuli (Pongo tapanuliensis). Orangutan dianggap sebagai spesies kunci dalam ekosistem hutan yang menjadi simbol untuk meningkatkan kesadaran serta menggalang partisipasi semua pihak dalam aksi konservasi khususnya terhadap orangutan.
Status orangutan termasuk dalam jenis satwa dilindungi. International Union For Conservation of Nature and Natural Recources (IUCN) Red List menyebutkan orangutan Sumatera dan orangutan Tapanuli dikategorikan Critically Endangered, artinya sangat terancam punah, sedangkan orangutan Kalimantan dikategorikan Endangered atau langka. Orangutan adalah satwa endemik Indonesia yang keberadaannya hampir punah dan dilindungi oleh Undang-Undang No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar, serta dilindungi secara Internasional oleh Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES).
Berdasarkan PHVA Orangutan 2016, populasi orangutan Kalimantan ± 57.300 individu dan populasi orangutan Sumatera ± 14.600 individu (termasuk orangutan Tapanuli yang pada tahun 2017 diumumkan sebagai spesies orangutan baru dengan jumlah populasi ± 600 individu). Populasi orangutan di Indonesia setiap tahun mengalami penurunan yang disebabkan faktor utama yaitu rusak dan hilangnya kawasan hutan yang menjadi habitat orangutan akibat perambahan dan pembalakan liar, serta akibat perburuan dan perdagangan satwa liar.
Sejak tahun 2013 pada tanggal 19 Agustus diperingati sebagai Hari Orangutan Internasional. Peringatan ini dimaksudkan untuk mengenalkan orangutan kepada seluruh lapisan masyarakat sebagai salah satu satwa liar kekayaan keanekaragaman hayati Indonesia yang dilindungi dan mengajak masyarakat untuk peduli dan ikut berpartisipasi dalam upaya penyelamatan dan pelestarian orangutan.
Yayasan Orangutan Sumatera Lestari–Orangutan Information Centre (YOSL-OIC) akan kembali menyelenggarakan Orangutan Festival yang ke-3 dalam rangka memperingati Hari Orangutan Internasional. Orangutan Festival sudah dilaksanakan YOSL-OIC sejak tahun 2017. Tahun ini YOSL-OIC akan menyelenggarakan Orangutan Festival 2019 (OuFEST 2019) dengan melibatkan generasi muda yang tergabung dalam komunitas Sahabat Alam Lestari (SALi) dan generasi muda lintas komunitas di Medan.
Penyelenggaraan OuFest 2019 bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat terutama generasi muda tentang orangutan sebagai kekayaan keanekaragaman hayati satwa liar Indonesia yang dilindungi undang-undang baik nasional maupun internasional dengan status sangat terancam punah, serta meningkatkan kesadaran masyarakat terutama generasi muda tentang peran dan fungsi keberadaan orangutan sebagai umbrella species “spesies payung” yang juga menaungi kehidupan keanekaragaman hayati lainnya di ekosistem hutan hujan tropis. Selain itu, dengan adanya OuFest 2019 harapannya dapat memunculkan rasa kepedulian masyarakat terutama generasi muda untuk berpartisipasi dalam upaya penyelamatan dan pelestarian orangutan dan habitatnya.
Orangutan Festival 2019 ini akan dilaksanakan pada hari Jum’at – Minggu tanggal 16 – 18 Agustus 2019 di Taman Hutan Raya (TAHURA) Bukit Barisan, Berastagi, Kabupaten Karo. Orangutan Festival 2019 mengangkat tema “Scream of Orangutan” yang dilatarbelakangi konflik antara manusia dan orangutan yang terjadi di Subulussalam, Provinsi Aceh. Dimana, orangutan betina dewasa yang diberi nama “Hope” ditemukan dalam kondisi luka parah pada tubuhnya, antara lain luka akibat benda tajam (dodos/alat panen sawit), patah tulang bahu, dan bersarang 74 peluru senapan angin yang salah satunya membutakan mata si Hope serta trauma yang juga dialami si Hope karena anaknya yang berumur 1 tahun meninggal dalam proses evakuasi untuk diselamatkan. Dengan mengangkat tema “Scream of Orangutan” pada Orangutan Festival 2019 dalam rangka Hari Orangutan Internasional ini diharapkan masyarakat mendengar jeritan orangutan yang merindukan kebebasan hidup di alam liar sekaligus berkenaan dengan peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus sehingga masyarakat/manusia memberikan kebebasan itu sekaligus bebas untuk ikut melestarikan orangutan dan habitatnya.
Adapun bentuk dari kegiatan Orangutan Festival 2019 (OuFEST 2019) adalah:
- Orangutan Camp
Kemping atau berkemah saat ini menjadi salah satu hobi yang sangat diminati oleh generasi muda milenial, sehingga OuFEST 2019 dikemas dalam bentuk kemping/berkemah. Diharapkan OuFEST 2019 yang dikemas dalam bentuk Orangutan Camp ini dapat menarik minat banyak generasi muda milenial untuk ikut serta yang nantinya mereka dapat mengikuti bentuk kegiatan lainnya.
- NgoVi (Ngobrolin Konservasi)
NgoVi adalah kegiatan diskusi antara peserta Orangutan Camp dengan narasumber yang berkompeten terkait upaya konservasi orangutan, mitigasi konflik antara manusia dan satwa liar, dan penegakan hukum tindak pidana kehutanan perburuan dan perdagangan satwa liar. Narasumber yang akan diundang berasal dari NGO yang bergerak di konservasi orangutan seperti YOSL-OIC, Yayasan Ekosistem Lestari (YEL) dan Tropical Conservation Action (TFCA) Sumatera.
- NOBAR (Nonton Bareng)
Pada malam hari, peserta Orangutan Camp diajak untuk nonton bareng film-film documenter yang berkaitan dengan konservasi orangutan dan mitigasi konflik antara manusia dan orangutan untuk memberikan gambaran fakta dan realita tentang penurunan populasi orangutan di alam liar, perusakan habitatnya, dan konflik antara manusia dan orangutan. Peserta Orangutan Camp juga akan diajak berdiskusi untuk menggali permasalahan yang terjadi dan memunculkan solusi yang dapat dilakukan oleh masyarakat terutama generasi muda milenial untuk terlibat dalam upaya penyelamatan dan pelestarian orangutan dan habitatnya.
- Cari Tau Orangutan
Pada setiap sudut camping groundakan dipasang banneryang berisikan informasi tentang orangutan. Informasi yang tertuang dalam banner tersebut akan dijadikan panitia sebagai bahan pertanyaan kuis yang akan diajukan kepada peserta Orangutan Camp di sela/jeda waktu acara. Setiap peserta yang menjawab dengan benar akan mendapatkan hadiah/door prize. Meskipun sederhana tapi metode ini dapat menjadi tolak ukur tingkat pemahaman peserta yang hadir terkait fakta-fakta tentang orangutan dan untuk mengetahui antusiasme peserta apakah sekedar untuk having funatau benar-benar mengikuti rangkaian kegiatan OuFEST 2019.
- ONE SHOOT (On The Spot Photo Contest)
ONE SHOOTadalah ajanglomba fotografi bagi peserta Orangutan Camp dengan mengabadikan momen selama acara berlangsung. Peserta yang akan mengikuti lomba foto wajib menggunakan kamera digital jenis DSLR atau mirror less. Hasil jepretan kamera dari peserta lomba akan ditampilkan dalam bentuk slide pada layar lebar di malam terakhir OuFEST 2019.
- Jungle Run “Ku Lari Ke Hutan”
Ku Lari Ke Hutan adalah kegiatan jungle run bagi peserta Orangutan Camp, dimana seluruh peserta yang mengikuti kegiatan lari akan memakai baju kaos bertemakan orangutan dan di sela-sela peserta akan ada seseorang yang memakai kostum orangutan ikut berlari. Kegiatan ini akan menjadi media kampanye yang unik dan menarik untuk mengajak generasi muda milenial ikut berpartisipasi dalam upaya penyelamatan dan pelestarian orangutan dan habitatnya.
- PADU (Pagelaran Seni Budaya)
Selama OuFEST 2019, baik sebagai kegiatan utama ataupun pengisi waktu sela/jeda pada kegiatan lainnya akan ditampilkan berbagai penampilan seni, seperti live music, drama teatrikal, monolog, dan tarian daerah. Pagelaran seni ini diharapkan dapat mencairkan suasana dan menjadi media untuk menarik minat generasi muda milenial terlibat dalam kampanye pelestarian orangutan dan habitatnya.
- Lomba Foto di Media Sosial
Panitia akan menyediakan photo booth/pojok selfie bagi peserta Orangutan Camp untuk bisa mengabadikan foto dengan latar gambar orangutan. Peserta Orangutan Camp akan diajak untuk mengkampanyekan penyelamatan dan pelestarian orangutan dan habitatnya dengan mempublikasikan foto selama mengikuti acara OuFEST 2019 ke sosial media menggunakan tagar #saveorangutan #orangutaninternationalday2019 #orangutanfestival2019 serta wajib mengikuti (follow) dan menandai akun sosial media Orangutan Information Centre @orangutaninformationcentre dan Sahabat Alam Lestari @sahabatalamlestari. Caption media sosial yang menarik akan mendapatkan hadiah/door prize dari panitia.
- Stand/Bazar
Panitia menyediakan areal stand/bazar bagi generasi muda milenial yang bergerak di bidang wirausaha atapun UKM (Usaha Kecil Menengah) yang bisa turut memeriahkan OuFEST 2019. Stand/bazar ini dapat diisi dengan produk kuliner, outdoor equipment, merchandise, dan lain-lain. Biaya sewa stand/bazar akan digunakan untuk mendukung pelaksanaan OuFEST 2019.
- Upacara dan Perlombaan Dalam Rangka Hari Kemerdekaan RI
Pada pagi hari tanggal 17 Agustus 2019, seluruh peserta OuFEST 2019 akan mengikuti upacara bendera memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-74. Setelah upacara bendera akan dilanjutkan dengan berbagai kegiatan perlombaan tradisional masyarakat yang umum dilaksanakan dalam setiap peringatan Hari Kemerdekaan RI.
- Simulasi Mitigasi Konflik Manusia dan Orangutan (HOCRU)
Simulasi ini di sampaikan oleh Tim HOCRU-OIC kepada peserta OuFEST 2019. Melalui simulasi ini semua peserta diharapkan dapat berkolaborasi melakukan upaya mitigasi untuk mengurangi terjadinya konflik antara manusia dan satwa liar seperti Orangutan dan dapat mengikat komitmen para pihak dalam memitigasi terjadinya konflik serta dapat proaktif melaporkan kasus atau temuan konflik.